Anda di halaman 1dari 6

MAKALAH

STUDI KEISLAMAN
STUDI UMUM TENTANG ULUMUL HADITS

Nama : Dianti Ria Saputri


Nim : 2220901043
Dosen Pengampu : Dr. Abu Mansur M.Pd.I

Fakultas Psikologi Islam


Jurusan Psikologi Islam
UIN Raden Fatah Palembang
Tahun Ajaran 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT Atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat
menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "Studi umum tentang Ulumul Hadits”.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Studi Keislaman. Selain
itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan untuk kita semua, bagi para
pembaca dan juga bagi penulis.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Pak Dr. Abu Mansur M.Pd.I selaku
Dosen Pengampu Mata Kuliah Studi Keislaman.Ucapan terima kasih juga
disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu diselesaikannya makalah ini.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran
dan kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Palembang, 20 Oktober 2022

Dianti Ria Saputri


A. Pengertian Ulumul Hadist

Secara etimologis kata “Ilmu Hadits” merupakan kata serapan dari bahasa arab “Ilmu Al-Hadits”
yang terdiri atas dua kata, yaitu “ilmu” dan “hadits”. berarti ilmu pengetahuan yang mengkaji atau
membahas tentang segala yang disandarkan kepada Nabi SAW.
Kata “al hadits” juga dapat dipandang sebagai istilah yang lebih umum dari kata“sebagai
sunnah”. Yang mencakup seluruh yang berhubungan dan disandarkan kepada Nabi
Muhammad SAW. Sedangkan istilah “as sunnah” digunakan untuk perbuatan (amal) dari
Nabi SAW saja.
Definisi lain, dari segi bahasa ilmu hadits terdiri dari dua kata yakni ilmu dan hadits,secara sederhana
ilmu artinya pengetahuan, pengetahuan, dan Ilmu dan hadits artinya segala sesuatu yang disandarkan
kepadaNabi Muhammad SAW, baik dari hadits, maupun persetujuannya (taqrir/ketetapan).
Sedangkan pengertian ilmu hadits secara terminologi adalah suatu ilmu yang dengannya dapat
diketahui betul tidak ucapan, perbuatan, keadaan atau lain-lainnya, yangorang katakan dari Nabi
Muhammad SAW
Istilah lain dari hadist :

 Al – Hadist
 Khobar
 Atsar
 Sunnah

B. Pembagian Ulumul Hadist


Ilmu ini terbagi menjadi dua yaitu ilmu hadits riwayah dan ilmu hadits dirayah. Pengertian ilmu
hadits riwayah adalah suatu yang membahas tentang pengambilan dan periwayatan dari suatu
hadits baik itu berhubungan perbuatan, perkataan, ketetapan dan sifat Nabi. Obyek ilmu ini
adalah perbuatan, perkataan, ketetapan, dan sifat Nabi itu sendiri. Manfaat dari ilmu ini adalah bisa
menghafal hadits Nabi dan mengetahui bagaimana hadits Nabi itu tersebar di kalangan umat Islam.
Pendiri ilmu ini adalah Muhammad bin Syihab Az-Zuhri pada zaman Khalifah Umar bin Abdul Aziz.
Yang kedua adalah Ilmu Hadits Dirayah, disebut juga Ilmu Hadist Ushur atau Ilmu Dilaya
Ushur, namun yang lebih terkenal adalah Ilmu Hadits Dirayah. Ilmu Hadits adalah ilmu yang
membahas tentang syarat-syarat Sanad dan Mattan. Pendiri ilmu ini adalah Al Badi Abu Hasan
bin Harad yang tinggal di Ramamuz Muzi. Subjek kegiatan ini adalah narator, dan guru narator
sendiri yang memutuskan apakah akan menerima atau menolak narasinya.
Keuntungan mempelajari ilmu ini adalah bahwa setelah mempelajarinya, diharapkan dapat
membedakan apakah sebuah hadits tidak dapat digunakan sebagai hujjah.
1. Pengertian Sunnah atau Hadits

Arti sunnah secara etimologi berarti jalan yang tampak (ath thariqatul maslukah). Kata sunnah berasal
dari akar kata sanna, yasinnu, sunnatan.

sumber hadits ada tiga macam, yaitu:

a. Qauliyah yaitu hadits yang berhubungan dengan perkataan Nabi.


b. Fi’liyah yaitu hadits yang berhubungan dengan perbuatan Nabi
c. Taqririyah yaitu hadits yang berhubungan dengan ketetapan Nabi.

2. Unsur-unsur yang harus ada pada hadits

Untuk membedakan dengan masalah hikmah dan lain-lain dengan hadits, para muhaditsin
memberikan persyaratan. Persyaratan itu adalah sebagai berikut:

a. Rawi adalah subjek periwayatan, rawi atau yang meriwayatkan Hadits.


b. Sanad atau thariq adalah jalan menghubungkan matan Hadits kepada NabiMuhammad
SAW.Yaitu sandaran hadits, yakni referensi atau sumber yang 7 hadits, yakni rangkaian para
rawi keseluruhan yangmeriwayatkan Hadits.
c. Matan adalah materi berita, yakni lafazh (teks) Haditsnya, berupa kutipan, Perbuatan atau
taqrir,baik yang di idhafahkan untuk Nabi GERGAJI,sahabat atau tabi'in, yang letaknya suatu
hadits pada penghujung sanad.
d. Rijalul Hadits yaitu tokoh-tokoh terkemuka periwayat hadits yang di akui keabsahannya
dalam bidang hadits. Dengan demikian untuk mengetahui seseorang disebut sebagai
rijalul hadits ditentukan oleh ilmu rijalul hadits

3. Perbedaan dan persamaan hadits nabawy dengan hadits qudsi, hadits qudsi dengan Al-Qur'an

 Perbedaan

1) Hadits qudsi bisa juga disebut hadits rabby atau hadits Ilahi, yaitu maknanya dari Allah
sedangkan lafadznya dari Nabi dengan ciri-ciri sebagai berikut:
- Bala ata ykulu Allahhu ta’ala
- Ana.

2) Sedangkan hadits Nabi itu lafadz dan maknanya dari Nabi sendiri dan tidak mempunyai
ciri-ciri seperti hadits qudsi tersebut.

 Persamaan

Sedangkan persamaannya adalah bahwa hadits nabawiyah dan hadits qudsi adalah sama-sama
bersal dari nabi dan sebagai sumber matan hadits
C. Hadits Ditinjau dari Segi Kualitas Shahih, Hasan dan Dhaif

(Kriteria, Macam-macam dan Kehujjahannya)

Pendapat pertama yang muncul mengenai pembagian hadits dari segi kualitas, terbagi dua, kualitas
shahih dan dhaif. Kualitas hasan diperkenalkan pertama kali oleh Imam Turmidzi. Secara jelas beliau
memberikan batasan-batasan dasar untuk hadits hasan. Batasan-batasan tersebut kemudian diikuti
oleh ulama hadits pada umumnya.

1. Hadits Shahih
Penentuan kriteria hadits shahih diambil dari definisi hadits shahih itu sendiri. Bahwa hadits shahih
ialah hadits yang bersambung sanadnya, diriwayatkan oleh orang yang adil lagi kuat daya ingatnya
dari yang semisalnya hingga puncak akhirnya, terhindar dari syadz dan cacat.

2. Hadits Hasan
adalah hadits yang dinukilkan oleh orang yang adil, yang kurang kuat ingatannya, yang muttasil
sanadnya, tidak cacat, dan tidak ganjil.
3. Hadits Dhaif
hadist yang tidak memenuhi kriteria penerimaan hadist ataupun sifat-sifatnya tidak memenuhi kriteria
hadist shahih ataupun hadist hasan
4. Hadits Maudhu / Palsu
Tidak memenuhi syarat sebagai hadits

D. Keberadaan dan fungsi hadits


 Hadits memperkuat pernyataan yang ada di Al- qur’an
 Merinci / menafsirkan nafs – nafs yang bersifat mujmal / umum ayat – ayat yang mutasabihat
 Menetapkan hukum yang belum ditetapkan oleh Al – Qur’an

E. Hadits Maudhu / Palsu , hal – hal yang menyebabkannya :


 Masa peninggalan hadits yang telah meninggalnya rasul
 Faktor Politik
 Faktor Ekonomi

F. Penulisan dan Pembukuan Hadits

 Periode periwayatan hadits secara lisan


 Periode menulis dan pembukuan hadits

G. Asbabul Wurud
Ilmu Asbab Wurud al-Hadits (sebab-sebab munculnya Hadits)

Yaitu ilmu yang menerangkan sebab-sebab Nabi menuturkan sabdanya dan masa-masanya Nabi
menuturkan itu. Seperti di dalam Al Qur`an dikenal adalah Ilmu Asbab al-nuzul, di dalam Ilmu
hadits ada Ilmu Asbab wurud al-Hadits. Terkadang ada hadits yang apabila tidak di ketahui sebab
turunnya, akan menimbulkan dampak yang tidak baik ketika hendak di amalkan.
H. Ilmu Nasikh dan Mansukh Hadits
Nasikh artinya menghapus atau menghilangkan, sedangkan masukh adalah yang dihapus atau
dihilangkan. Menurut ulama ushul Naskh adalah penghapusan oleh syari’ (pembuat hukum dalam
hal ini adalah Allah dan Rasul-Nya SAW) terhadap suatu hukum syara’ dengan dalil syar’iy yang
datang kemudian.
Ilmu nasikh dan mansukh hadits yaitu ilmu yang membahas Hadits-hadits yang bertentangan dan
tidak mungkin di ambil jalan tengah. Hukum hadits yang satu menghapus (menasikh) hukum
Hadits yang lain (mansukh). Yang datang dahulu disebut mansukh, dan yang muncul belakangan
dinamakan nasikh. Nasikh inilah yang berlaku selanjutnya.

I. Ilmu Mukhtalif al-Hadits


Adalah ilmu yang membahas tentang hadits-hadits yang tampaknya saling bertentangan. Lalu
menghilangkan pertentangan itu atau mengkompromikannya, disamping membahas hadits-hadits
yang sulit difahami atau dimengerti. Kemudian menghilangkan kesulitan tersebut serta
menjelaskan hakikatnya.
Oleh karena itu sebagian ulama menamai ilmu ini dengan ilmu musykilul Hadits, ada juga yang
menamainya ilmu Ikhtilaful hadits, ilmu Ta’wilul Hadits dan ilmu Talfiqul Hadits.Seangkan obyek
pembahasan ilmu ini adalah hadits-hadits yang tampaknya berlawanan, untuk kemudian
dikompromikan kandungan dengan jalan membatasi (taqyid) kemutlakannya, mengkhususkan
(takhshish) keumumannya dan lain sebagainya. Atau mentakwilkan hadits-hadits yang musykil
hinga hilang kemusykilannya.

Anda mungkin juga menyukai