Anda di halaman 1dari 15

RESUME BUKU AL-QOWAID AL-ASASIYAH

Karya ; Sayyid Muhammad bin Alawi Al-maliky Al-hasani

''Diresume dalam rangka memenuhi tugas kuliah pada mata kuliah

Study Al-hadist Oleh Dosen Makhfud, M.pd.I''

Diresume Oleh : M. Nurul Ilmi

2101010081

FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM TRIBAKTI (IAIT) Kediri
2022
RESENSI BUKU

Judul : Al-Qowaid Al-Asasiyah


Penulis : Sayyid Muhammad bin Alawi Al-maliky Al-hasany
Penerbit : Ash-shofwah Al-malikiyyah
Tahun : 2020
Sampul : Latar biru bercorak hijau dan kuning

Ilmu hadis (ulum al-hadist) terdiri dari dua kata, yaitu ilmu (ulum) dan al-hadist. Kata ulum
dalam bahasa Arab adalah bentuk jamak dari ‘ilm, yang berarti “ilmu-ilmu”; sedangkan al-
hadist di kalangan ulama hadis berarti “segala sesuatu yang disandarkan kepada nabi
Muhammad SAW. dari perbuatan, perkataan, takrir, atau sifat.”Dengan demikian, gabungan
kata ulum al-hadist mengandung pengertian “ilmu-ilmu yang membahas atau berkaitan
dengan hadis Nabi Muhammad SAW, bagaimana hadis-hadis bisa tersambung hingga sampai
kepada Rasul SAW. baik dari sisi ke-ḍabit-an dan keadilan periwayatnya, maupun dari sisi
sambung atau putusnya rangkaian rantai sanad.”
BAB I
ILMU HADIST RIWAYAH
1. Ilmu Hadist Riwayah
Ilmu hadist riwayah adalah ilmu yang membahas tentang penuqilan dan
periwayatan dari apa yang disandarkan kepada Rasulullah SAW, baik dari segi
perkataan yang beliau sabdakan, aktifitas yang beliau lakukan, maupun
ketetapan beliau.
Topik yang dibahas ilmu ini adalah dzatnya Rasulullah SAW dari segi
ucapan, perbuatan / aktivitas, dan ketetapan-ketetapan beliau.
Faidah dari ilmu ini adalah membantu dalam menjaga kelestarian as-sunnah an-
nabawiyah, mengetahuinya dan menybarkan ilmunya kepada umat muslim.
Pengarang dari ilmu ini adalah syekh Muhammad bin muslim bin ubaidillah bin
Abdullah bin syihab az-zuhri yang wafat pada tahun 125 H, Pada masa
kepemimpinan kholifah umar bin abdul aziz.

BAB II
ILMU HADIST DIROYAH
2. Ilmu Hadist Diroyah
Ilmu ini juga disebut atau dikenal dengan istilah ilmu ushul hadist, ilmu
ushul riwayah hadist, ilmu mustholah hadist, atau ilmu mustholah ahli atsar.
Adapun yang dimaksud mustholah adalah sesuatu yang telah disepakati oleh
ahli hadist dari qowaid dan ushulnya.
Adapun definisi yang masyhur dari ilmu ini adalah ilmu yang
mempelajari tentang qonun (aturan) untuk mengetahui ahwal (status) dari suatu
sanad dan matan. Ilmu ini memiliki beberapa istilah didalamnya, diantaranya:

A. Al-qonun, adalah sesuatu yang menjadi aturan baik berupa ta’rif atau
qo’idah
B. Sanad, adalah jalan yang sampai kepada matan, maksudnya, para perawi
hadist yang sambung sampai kepada matan hadist, jalan ini dinamakan
sanad karena para khuffad hadist berpegang dengannya pada hukum
suatu hadist
C. Matan, adalah tempat pemberhentian sanad dari segi ucapan
D. Isnad, adalah suatu informasi melalui teks dan narasinya, terkadang
istilah sanad dimutlakkan atas isnad dan juga sebaliknya, maka keduanya
adalah dua kata memiliki arti yang sama.

Adapun topik yang dibahas oleh ilmu ini adalah perawi dan marwi dari segi
diterima atau tidaknya. Sedangkan faidah dari ilmu ini adalah mengetahui akan
suatu hadist itu bisa diterma atau tidak. Dan pencetus ilmu ini adalah Al-qodhi
abu Muhammad al-hasan bin abdur Rahman bin khilad yang terkenal dengan
julukan Romahrumuziy.

BAB III

MACAM-MACAM HADIST

3. Macam-macam Hadist

Kebanyakan dari ulama hadis membagi hadis menjadi dua, yaitu;


maqbul dan mardud. Yang dimaksud dengan hadis maqbul adalah hadis yang
para penukil atau perawinya memiliki semua sifat qobul, sehingga penukilannya
dapat diterima oleh ulama’, sedangkan hadis mardud adalah hadis yang para
perawinya tidak memenuhi sifat-sifat qobul, sehingga hadis yang dinukil
olehnya ditolak oleh ulama’.

Ulama’ mustholah hadits menamai hadits maqbul dengan hadits shohih


dan hadits hasan, sedangkan hadits mardud dinamai dengan hadits dho’if.
Dikarenakan para perawi hadits ini terkadang ada yang memiliki sifat qobul
secara sempurna dan ada yang kurang sempurna, maka hadits maqbul memiliki
dua status, yaitu status ulya (tinggi), yaitu hadits shohih dan status yang sedikit
lebih rendah darinya, yaitu hadits hasan.

Dari keterangan diatas bisa disimpulkan bahwa jika dilihat dari segi
penghukuman, hadits terbagi menjadi tiga, yaitu hadits shohih, hasan, dan
dho’if.
BAB IV

HADITS SHOHIH

4.Hadits Shohih

Hadits shohih adalah hadits yang didalamnya terkumpul semua sifat


qobul secara sempurna, yang jumlahnya ada 5;

a. Sanadnya sambung, maksudnya adalah perawinya mendengarkan suatu


hadits dari gurunya, dan gurunya mendengar dari gurunya secara hakikat,
dan begitu seterusnya sampai akhir sanad.
b. Rawinya adil, adil disini yang dimaksud adalah seorang muslim yang
berakal, selamat dari fasiq, dosa-dosa kecil dan sifat-sifat yang hina, oleh
karena itu tidak bisa dikatakan sebagai seorang yang adil, orang kafir,
gila, dan bodoh. Berbeda dengan perempuan, selama dia adalah muslim
yang berakal, selamat dari sifat fasiq, dosa-dosa kecil dan sifat-sifat yang
hina, dia masih bisa diterma periwayatannya.
c. Dhobit, yaitu rawi dari hadits ini menduduki derajat yang ulya,
maksudnya apapun yang didengar olehnya tersimpan secara sempurna
didalam memori hatinya, sehingga dia bisa melafadhkannya kapanpun dia
mau.
d. Sepi dari syad, maksudnya perawinya adalah orang yang tsiqoh (jujur,
dapat dipercaya)
e. Tidak ada kecacatan didalamnya.

Hukum hadits ini adalah, bisa dijadikan hujjah dalam permasalahan


aqidah, hukum, dan lain sebagainya, dan wajib mengamalkannya.
BAB V
HADITS HASAN
5. Hadits Hasan
Hadits hasan adalah hadits yang sanadnya sambung sebab penuqilan dari
rawi adil yang tingkat kedhobitannya sedikit lebih rendah dari rawi hadits
shohih dan juga tidak ada syad dan cacat didalamnya. Maka syarat hadits hasan
ada 5;
a. Sanadnya sambung
b. Rawinya adil
c. Rawinya dhobit (dhobitnya lebih lemah daripada dhobit hadits shohih)
d. Tidak ada syad
e. Tidak ada kecacatan

Dengan pernyataan diatas dapat diketahui bahwa syarat hadits hasan ini
sama dengan hadis shohih, kecuali syarat yang ketiga, maksudnya jika pada
hadis hasan disyaratkan kedhobitan rawi harus mencapai darojah al-ulya,
sedangkan pada hadis hasan tidak disyaratkan demikian tapi cukup dengan
dengan dhobit yang khiffah (lemah).

Hukum hadits hasan adalah sama dengan hadits shohih dalam penjadian
hujjah dan pengamalannya, meskkipun kurang kuat, oleh karena itu Ketika ada
dalil yang bertentangan antara hadis shohih dan hasan maka didahulukan hadits
shohih, karena rawi dari hadis shohih sudah pasti memenuhi syarat hadits hasan
akan tetapi tidak sebaliknya.
BAB VI

HADITS DHO’IF

6. Hadits dho’if

Hadits dho’if adalah hadits yang didalamnya tidak terkumpul sifat-sifat /


syarat-syarat hadits shohih maupun hasan. Hadits ini juga dikatakan sebagai
hadits mardud.

Hukum hadits dho’if adalah tidak boleh dijadikan hujjah dalam


permasalahan aqidah dan hukum, akan tetapi boleh diamalkan dalam fadho il
(keutamaan), targhib (memunculkan minat dalam amal baik), tarhib (menakut-
nakuti melakukan amal buruk), dan menceritakan manaqib dengan syarat-syarat
yang terperinci dalam setiap topiknya.

BAB VII

HADITS MARFU’

7. Hadits Marfu’
Hadits marfu’ adalah suatu hadits yang disandarkan kepada nabi SAW
dari ucapan, tingkah laku, atau ketetapan baik nanti apakah sanadnya itu
muttasil atau tidak.
Hadits ini dinamai marfu’ sebab adanya penyandaran kepada nabi SAW,
maka Ketika ada sahabat yang berkata “nabi SAW telah bersabda”, “nabi SAW
melakukannya seperti ini” maka hadits tersebut dinamakan marfu’, atau yang
berkata demikian bukan sahabat tapi tabi’in atau tabi’ut tabi’in atau orang yang
stelahnya, maka tetap dinamakan marfu’.
Hukum hadits marfu’ ada kalanya shohih, hasan, dan dho’if

BAB VIII
HADITS MUSNAD
8. Hadits Musnad
Istilah musnad itu ada yang dijadikan sebagai nama suatu kitab yang
memuat hadits yang disandarkan kepada sahabat.
Hadits musnad adalah hadits yang sanad perawinya itu sambung sampai
dengan nabi SAW, dan juga ada yang memberi definisi lain dari definisi diatas.
Maka dari definisi diatas, hadits mauquf, maqtu’, munqati’, mu’allaq, mursal,
dan mu’addhol bukan termasuk musnad.
Hukum hadis ini ada kalanya shohih, hasan, dan dho’if dengan
mempertimbangkan sifat perawinya.

BAB IX
HADITS MUTTASHIL
9. Hadits Muttashil
Hadits muttashil adalah hadits yang sanadnya sambung karena stiap
rawinya mendengarkan langsung dari gurunya sampai akhir sanad, baik nanti
yang menjadi penghujung sanad adalah Nabi SAW, ataupun shahabat. Hadits
ini juga terkadang disebut sebagai maushul atau mu’tashil.
Dari pengertian ini maka hadits mauquf dan maqtu’ terkadang termasuk
hadits muttashil.
Hukumnya sama seperti hadits sebelumnya, yaitu terkadang shohih, hasan, dan
dho’if.
BAB X
HADITS MAUQUF
10. Hadits Mauquf
Hadits mauquf adalah hadits yang disandarkan pada shahabat, baik
berupa ucapan atau tingkah laku dan baik sanadnya sambung atau terputus.
Termasuk juga dalam definisi ini hadits muttashil, munqhoti’, mu’addhol, dan
tidak termasuk hadits marfu’ dan mursal.
Hukumnya juga sama dengan hadits yang sebelumnya, adakalanya
shohih, hasan, dan dho’if.

BAB XI
HADITS MAQTU’
11. Hadits Maqtu’
Hadis maqtu adalah Hadits yang disandarkan kepada tabiin hingga ke
bawahnya (orang-orang yang berada dibawahnya tabiin) baik itu berupa ucapan
atau perbuatan, baik tabiin itu anak kecil atau sudah dewasa, baik sanadnya
bertemu atau tidak, maka dikecualikan dari hadis yang disandarkan kepada tabiin
yaitu hadis yang disandarkan kepada Nabi SAW atau disandarkan kepada sahabat
R.A.
Adapun hukum dari hadis maqtu' itu tidak boleh dibuat hujjah sekiranya
tidak ada qarinah (indikasi), adapun ketika ada qarinah yang menunjukkan
tercapainya hadis kepada Nabi SAW maka dihukumi Hadits marfu,' dan ketika
hanya berhenti di sahabat maka dikategorikan sebagai Hadits mauquf.
BAB XII
HADITS MUSALSAL
12. Hadits Musalsal
Hadits musalsal adalah hadits yang diriwayatkan oleh Rawi berdasarkan
suatu sifat, baik periwayatan tersebut bersifat qouli (ucapan) dan perawi yang lain
meriwayatkan hal yang semacam itu dengan suatu ucapan juga, atau bersifat Fi'li
(perbuatan) kemudian rowi yang lain meriwayatkan hal yang semacam itu dengan
bentuk perbuatan juga, atau bersifat murokab (tersusun) dari qoul (ucapan) dan
Fi'li (perbuatan)
Contoh seorang Rawi meriwayatkan dengan bentuk ucapan dan yang lain
meriwayatkan dengan bentuk perbuatan maka hal semacam itu dinamakan Hadits
musalsal, contoh hadis yang berbentuk ucapan yaitu ungkapan nabi kepada
Muadz Bin Jabal ‫ انّى احبك‬sedangkan yang berbentuk perbuatan seperti
menyampaikan hadits dengan ekspresi tersenyum atau berdiri

BAB XIII
HADITS AZIZ
13. Hadits Aziz
Hadits Aziz adalah hadits yang diriwayatkan oleh 2 orang dari 1 Imam,
atau 3 orang dari satu Imam, walaupun dari dua atau tiga orang tersebut
diriwayatkan lagi oleh 100 orang. Adapun hukumnya adakalanya shohih, hasan
dan dhaif
BAB XIV
HADIST MASYHUR

14. Hadist Masyhur


Hadits masyhur adalah hadits yang diriwayatkan oleh banyak orang
(lebih dari 3) dari 1 Imam. Contoh dari hadis masyhur adalah " sesungguhnya
Allah tidak mencabut ilmu dari hamba-nya akan tetapi mencabut ilmu dengan
cara mencabut para ulama sehingga ketika tidak tersisa satupun ulama, maka
manusia akan mengangkat pemimpin yang bodoh, dan orang-orang akan
meminta fatwa kepadanya, dan diapun memberi fatwa dengan tanpa ilmu,
sehingga bukan hanya dia yang tersesat tapi juga menyesatkan orang lain.

BAB XV
HADIST MUAN'AN

15. Hadist Muan'an


Hadits mu'an'an adalah hadits yang diriwayatkan dengan menggunakan
lafadz ‫عن فالن عن فالن‬bukan menggunakan ‫ حدثنا‬atu ‫ اخبرنا‬atau ‫سمعت‬
ulama berbeda pendapat mengenai hadits muan'an apakah termasuk dalam
kategori hadis muttasil atau hadits munqathi, adapun hukum yang ditashih oleh
ulama jumhur bahwasanya hadits muan'an itu termasuk hadis muttasil dengan dua
syarat
1. orang yang meriwayatkan hadits muan'an itu harus selamat dari tadlis
(pemalsuan)
2. Bertemunya orang yang meriwayatkan hadits muan'an dengan orang
yang diambil periwayatannya, dan syarat kedua ini adalah syarat yang
diutarakan oleh Imam Bukhari, sedangkan imam muslim itu tidak
mensyaratkan syarat yang kedua, hanya saja imam muslim itu
mencukupkan antara orang yang meriwayatkan dan orang yang diambil
periwayatannya itu berada dalam satu masa.

BAB XVI
HADIST MUBHAM

16. Hadist Mubham


Hadits mubham adalah Hadits yang di dalam sanad dan matannya itu ada
seorang laki-laki dan perempuan namun tidak diungkapkan namanya, sehingga
menggunakan lafadz yang umum, seperti halnya hadis dalam Matan yang
diriwayatkan oleh Sayyidah Aisyah bahwa ada seorang perempuan bertanya
kepada nabi tentang permasalahan mandi besar dalam haid, dan nama dari
perempuan itu tidak disebutkan dalam hadist, dan perempuan itu bernama asma
binti syakal

BAB XVII
HADIST ALI

17. Hadist Ali


· Hadits Ali adalah Hadits yang bilangan rowinya sedikit dan hadist
tersebut dinisbatkan kepada sanad yang lain yang bilangan rawinya sangat
banyak
BAB XVIII
HADIST NAZIL

18. Hadist Nazil


Hadis nazil adalah Hadits yang bilangan rowinya itu banyak dan hadist
tersebut dinisbatkan kepada sanad yang lain yang rowinya sediki

BAB XIX
HADIST MURSAL

19. Hadist Mursal


Hadits Mursal adalah Hadits yang dalam sanadnya membuang 1 sahabat,
dengan gambaran seorang tabiin menisbatkan hadis kepada Rasulullah dengan
menggugurkan satu sahabat dalam sanad hadis tersebut

BAB XX
HADIST GHARIB
·
20. Hadist Gharib
Hadits gharib adalah hadits yang diriwayatkan oleh 1 orang, baik dalam
matan ataupun sanad, dinamakan Hadits gharib karena memang hadistnya tidak
familiar.

Anda mungkin juga menyukai