Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. latar belakang masalah
Hadits ahad adalah suatu hadis yang terdiri dari hadis masyhur, hadits azis, dan
hadits ghorib.Yang mana hadis tersebut memiliki para penukil dan periwayat yang
memiliki sifat-sifat tertentu yang ditinjau dari segi kuat dan lemahnya yang menjadikan
hadis itu bisa diterima atau ditolak oleh mayoritas ulama. maka para ulama membagi
hadis tersebut menjadi dua bagian yaitu
1.Maqbul (diterima)
2.Mardud (ditolak)
maka pada makalah penulis kali ini ingin mengungkap bagaimanakah hadits itu bisa
diterima ataukah hadis itu akan ditolak sebagai sumber hukum.

B. Rumusan masalah
a.Bagaimanakah definisi hadits maqbul dan hadits mardud itu ?
b.Ada berapakah pembagian hadits maqbul dan hadits mardud itu dan bagaimana
definisinya masing-masing ?
C. Tujuan masalah
a. Para mahasiswa dapat mengerti definisi hadis maqbul dan hadits mardud.
b. Para mahasiswa dapat mengetahui pembagiannya hadis maqbul dan hadits
mardud serta endefinisikannya.









BAB II
PEMBAHASAN

A.Pengertian Hadis Maqbul
Dalam bahasa kata maqbul ((,--- artinya diterima. Hadits itu dapat diterima
sebagaihujah dalam islam, karena sudah memenuhi beberapa kriteria persyaratan baik
baik yang menyangkut sanad atau matan. adapun menurut istilah hadits makbul adalah:

'-; _=,- -~ ,-=-- --
Adalah hadits yang unggul pembenaran pemberitaannya.
keunggulan pembenaran berita itu mungkin pada proses awal adanya ada dua
dugaan antara benar dan salah. kemudian, karena adanya bukti-bukti atau alasan lain
yang memperkuat atau yang mendukung salah satu dari dua dugaan tersebut, maka ia
menjadi unggul. dalam hal ini hadis maqbul adalah hadis yang yang mendapat dukungan
bukti-bukti dan membuat unggul itu adalah dugaan pembenaran.
1

Versi lain mengatakan, hadits maqbul ialah hadis yang kuat kebenaran
pemberitaannya.
2
pendapat yang lain mengatakan hadits yang diterima (maqbul) adalah
para penukil dan para perowinya memiliki sifat- sifat yang memenuhi syarat untuk
diterima. oleh sebab itu, hadits yang mereka nukil dan yang mereka riwayatkan menjadi
diterima (maqbul) menurut para ulama.
3

Hadits maqbul inilah yang menurut ulama ilmu musthalah disebut hadits shahih,
mengingat sifat-sifat (syarat) penerimaan suatu hadits itu kadang-kadang terpenuhi secara
sempurna oleh rowi dan dan kadang-kadang kurang sedikit, maka hadits yang diterima
itu ada dua derajat: derajat tertinggi dan dibawah derajat tertinggi. hadits yang mencakup
sifat-sifat rangking (derajat) tertinggi disebut shahih, sedangkan yang mecakup sifat-sifat
dibawahnya disebut hasan. Masing-masing dari keduanya terbagi menjadi dua bagian,
lidzati dan lighairi, kemudian untuk yang makbul secara tuntas terbagi menjadi empat
bagian:

1
. DR.H. Abdul Majid Khon, M.Ag., Ulumul Hadis, (Ahzam,Jakarta,2008),148-149
2
. Dr. Mahmud Thohan, ulumul hadis studi kompleksitas hadis nabi, (Titian Ilahi Pres, Yogyakarta, 1997),
40.
3
. H.M.Fadlil Said,alih bahasa dari Kowaidul Asasiyah Fi Ilmi Mustholahul Hadits, (Al-Hidayah,
Surabaya, 2007), 21.
1. Shahih lidzati.
2. Hasan lidzatihi.
3. Shahih lighairihi.
4. Hasan lighoirihi.
4


B. Hadits Shahih
1. Definisi Hadits Shahih
kata Shahih ((_,=-' dalam bahasa diartikan orang sehat antonim dari kata as-
saqim ( (,--'= orang yang sakit jadi yang dimaksud hadits shahih adalah hadits yang
sehat dan benar tidak terdapat penyakit dan cacat.
, '- .-- ---- .-- -' =-'-' '=-- `-' = '`- `= -- --' ''
hadis yang muttasil (bersambung) sanadnya, diriwayatkan oleh orang adil dan
dhobith(kuat daya ingatan) sempurna dari sesamanya, selamat dari kejanggalan (syadz),
dan cacat (ilat)
5
.
Imam Al-Suyuti mendifinisikan hadis shahih dengan hadis yang bersambung
sanadnya, dfiriwayatkan oleh perowi yang adil dan dhobit, tidak syadz dan tidak
berilat.
6

Defisi hadis shahih secara konkrit baru muncul setelah Imam Syafii memberikan
penjelasan tentang riwayat yang dapat dijadikan hujah, yaitu:
pertama, apabila diriwayatksn oleh para perowi yang dapat dipercaya
pengamalan agamanya; dikenal sebagai orang yang jujur mermahami hadis yang
diriwayatkan dengan baik, mengetahui perubahan arti hadis bila terjadi perubahan
lafadnya; mampu meriwayatkan hadis secara lafad; terpelihara hafalannya bila
meriwayatkan hadis secara lafad, bunyi hadis yang Dia riwayatkan sama dengan hadis
yang diriwayatkan orang lain dan terlepas dari tadlis (penyembuyian cacat),
kedua, rangkaian riwayatnya bersmbung sampai kepada Nabi SAW. atau dapat
juga tidak sampai kepada Nabi.
7

Imam Bukhori dan Imam Muslim membuat kriteria hadis shahih sebagai berikut:

4
. Dr. Mahmud Thohan, 41.
5
. Dr. H. Abdul Majid Khon, Ulumul Hadis, 149
6
. Mohammad Nor Ichwan, Studi Ilmu Hadis, (Rasail, Semarang, 2007), 122
7
. Mohammad Nor Ichwan,123
(1)Rangkaian perawi dalam sanad itu harus bersambung mulai dari perowi pertama
sampai perowi terakhir, (2) para perowinya harus terdiri dari orang-orang yang dikenal
siqat, dalam arti adil dan dhobith, (3) hadisnya terhindar dari ilat (cacat) dan syadz
(janggal), dan (4) para perowi yang terdekat dalam sanad harus sejaman.

2. Syarat-Syarat Hadis Shahih
Berdasarkan definisi hadis shahih diatas, dapat dipahami bahwa syarat-syarat
hadis shahih dapat dirumuskan sebagai berikut: (1) sanadnya bersambung, (2) para
perowinya bersifat adil, (3) para perowinya bersifat dhobit, (4) matannya tidak syadz, dan
(5) matannya tidak berilat.
a. Sanadnya Bersambung
Maksudnya adalah tiap-tiap perowi dari perowi lainnya benar-benar
mengambil secara langsung dari orang yang ditanyanya, dari sejak awal
hingga akhir sanadnya.
Untuk mengetahui dan bersambungnya dan tidaknya suatu sanad,
biasanya ulama hadis menempuh tata kerja sebagai berikut;
1. Mencatat semua periwayat yang diteliti;
2. Mempelajari hidup masing-masing periwayat;
3. Meneliti kata-kata yang berhubungan antara para periwayat dengan
periwayat yang terdekat dalam sanad, yakni apakah kata-kata yang
terpakai berupa haddasani, haddasani, akhbarana, akhbarani,
an,anna, atau kasta-kata lainnya.
8

b. Perawinya Bersifat Adil
Maksudnya adalah tiap-tiap perowi itu seorang Muslim, bersetatus
Mukallaf (baligh), bukan fasiq dan tidak pula jelek prilakunya.
Dalam menilai keadilan seorang periwayat cukup dilakuakan
dengan salah satu teknik berikut:
1. keterangan sesseorang atau beberapa ulama ahli tadil bahwa seorang
itu bersifat adil, sebagaimana yang disebutkan dalam kitab-kitab
jarh wa at-tadil.

8
. ibid,124
2. ketenaran seseorang bahwa ia bersifast adil, sdeperti imam empat
Hanafi,Maliki, Asy-Syafii, dan Hambali.
9

khusus mengenai perawi hadis pada tingkat sahabat, jumhur ulama
sepakat bahwa seluruh sahabat adalah adil. Pandangan berbeda
datang dari golongan muktazilah yang menilai bahwa sahabat yang
terlibat dalam pembunuhan Ali dianggap fasiq, dan periwayatannya
pun ditolak.
10

c. Perowinya Bersifat Dhobith
Maksudnya masing-masing perowinya sempurna daya ingatannya,
baik berupa kuat ingatan dalam dada maupun dalam kitab (tulisan).
Dhobith dalam dada ialah terpelihara periwayatan dalam ingatan, sejak
ia maneriama hadis sampai meriwayatkannya kepada orang lain, sedang,
dhobith dalam kitab ialah terpeliharanya kebenaran suatu periwayatan melalui
tulisan.
Adapun sifat-sifat kedhobitan perowi, nmenurut para ulama, dapat
diketahui melalui: (1) kesaksian para ulama (2) berdasarkan kesesuaian
riwayatannya dengan riwayat dari orang lain yang telah dikenal
kedhobithannya.
d. Tidak Syadz
Maksudnya ialah hadis itu benar-benar tidak syadz, dalam arti
bertentangan atau menyalesihi orang yang terpercaya dan lainnya.
Menurut al-Syafii, suatu hadis tidak dinyastakan sebagai
mengandung syudzudz, bila hadis itu hanya diriwayatkan oleh seorang
periwayat yang tsiqah, sedang periwayat yang tsiqah lainnya tidak
meriwayatkan hadis itu. Artinya, suatu hadis dinyatakan syudzudz, bila hadisd
yang diriwayatkan oleh seorang periwayat yang tsiqah tersebut bertentengan
dengan hadis yang dirirwayatkan oleh banyak periwayat yang juga bersifat
tsiqah.
11



9
. Dr. Abdul Majid Khon, 151
10
Mohammad Nor Ichwan,125
11
. Ibid,127
e. Tidak Berilat
Maksudnya ialah hadis itu tidak ada cacatnya, dalam arti adanya
sebab yang menutup tersembunyi yang dapat menciderai pada ke-shahih-an
hadis, sementara dhahirnya selamat dari cacat.
Illat hadis dapat terjadi pada sanad mapun pada matan atau pada
keduanya secara bersama-sama. Namun demikian, illat yang paling banyak
terjadi adalah pada sanad, seperti menyebutkan muttasil terhadap hadis yang
munqati atau mursal.

C. Pembagian Hadis
Para ahli hadis membagi hadis shshih kepada dua bagian, yaitu shahih li-dzati dan
shahih li-ghoirih. perbedaan antara keduanya terletak pada segi hafalan atau ingatan
perowinya. pada shahih li-dzatih, ingatan perowinya sempurna, sedang pada hadis shahih
li-ghoirih, ingatan perowinya kurang sempurna.
a.Hadis Shahih li dzati
Maksudnya ialah syarat-syarat lima tersebut benar-benar telah terbukti
adanya,bukan dia itu terputus tetapi shahih dalam hakikat masalahnya, karena bolehnya
salah dan khilaf bagi orang kepercayaan.
b. Hadis Shahih Li Ghoirihi
Maksudnya ialah hadis tersebut tidak terbukti adanya lima syarat hadis shahih
tersebut baik keseluruhan atau sebagian. Bukan berarti sama sekali dusta, mengingat
bolehnya berlaku bagi orang yang banyak salah.
Hadis shahih li-ghoirih, adalah hadis hasan li-dzatihi apabila diriwayatkan
melamui jalan yang lain oleh perowi yang sama kualitasnya atau yang lebih kuat dari
padanya.
12


D. kehujahan Hadis Shahih
Hadis yang telah memenuhi persyaratan hadis shahih wajib diamalkan sebagai
hujah atau dalil syara sesuai ijma para uluma hadis dan sebagian ulama ushul dan fikih.

12
. Mohammad Nor Ichwan, 129
Kesepakatan ini terjadi dalam soal-soal yang berkaitan dengan penetapan halal atau
haramnya sesuatu, tidak dalam hal-hal yang berhubungan dengan aqidah.
Sebagian besar ulama menetapkan dengan dalil-dalil qati, yaitu al-Quran dan
hadis mutawatir. oleh karena itu, hadis ahad tidak dapat dijadikan hujjah untuk
menetapkan persoalan-persoalan yang berhubungan dengan aqidah.

E. Tingkatan Hadis Shahih
Perlu diketahui bahwa martabat hadis shahih itu tergantung tinggi dan rendahnya
kepada ke-dhabit-an dan keadilan para perowinya. Berdasarkan martabat seperti ini, para
muhadisin membagi tingkatan sanad menjadi tiga yaitu:
Pertama, ashah al-asanid yaitu rangkaian sanad yang paling tinggi derajatnya.
seperti periwayatan sanad dari Imam Malik bin Anas dari Nafi mawla (mawla = budak
yang telah dimerdekakan) dari Ibnu Umar.
Kedua, ahsan al-asanid, yaitu rangkaian sanad hadis yang yang tingkatannya
dibawash tingkat pertama diatas. Seperti periwayatan sanad dari Hammad bin Salamah
dari Tsabit dari Anas.
Ketiga. adaf al-asanid, yaitu rangkaian sanad hadis yang tingkatannya lebih
rendah dari tingkatan kedua. seperti periwayatan Suhail bin Abu Shalih dari ayahnya dari
Abu Hurairah.
Dari segi persyaratan shahih yang terpenuhi dapat dibagi menjadi tujuh tingkatan,
yang secara berurutan sebagai berikut:
1. Hadis yang disepakati oleh bukhari dan muslim (muttafaq alaih);
2. Hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori saja;
3. Hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim saja;
4. Hadis yang diriwayatkan orang lain memenuhi persyaratan AL-Bukhari dan
Muslim;
5. Hadis yang diriwayatkan orang lain memenuhi persyaratan Al-Bukhari saja;
6. Hadis yang diriwayatkan orang lain memenuhi persyaratan Muslim saja;
7. Hadis yang dinilai shahih menurut ilama hadis selain Al-Bukhari dan Muslim
dan tidak mengikuti persyratan keduanya, seperti Ibnu Khuzaimah, Ibnu
Hibban, dan lain-lain.
Kitab-kitab hadis yang menghimpun hadis shahih secara berurutan sebagai berikut:
1. Shahih Al-Bukhari (w.250 H).
2. Shahih Muslim (w. 261 H).
3. Shahih Ibnu Khuzaimah (w. 311 H).
4. Shahih Ibnu Hiban (w. 354 H).
5. Mustadrok Al-hakim (w. 405).
6. Shahih Ibn As-Sakan.
7. Shahih Al-Abani.

B. HADIS HASAN
A.Pengertian Hadis Hasan
Secara bahasa, hasan berarti al-jamal, yaitu indah. Hasan juga dapat juga berarti
sesuatu sesuatu yang disenangi dan dicondongi oleh nafsu. Sedangkan para ulama
berbeda pendapat dalam mendefinisikan hadis hasan karena melihat bahwa ia meupakan
pertengahan antara hadis shahih dan hadis dhaif, dan juga karena sebagian ulama
mendefinisikan sebagai salah satu bagiannya. Sebagian dari definisinya yaitu:
1. definisi al- Chatabi: adalah hadis yang diketahui tempat keluarnya, dan telah
mashur rawi-rawi sanadnya, dan kepadanya tempat berputar kebanyakan
hadis, dan yang diterima kebanyakan ulama, dan yang dipakai oleh umumnya
fukoha
2. definisi Tirmidzi: yaitu semua hadis yang diriwayatkan, dimana dalam
sanadnya tidak ada yang dituduh berdusta, serta tidak ada syadz (kejangalan),
dan diriwatkan dari selain jalan sepereti demikian, maka dia menurut kami
adalah hadis hasan.
3. definisi Ibnu Hajar: beliau berkata, adalah hadis ahad yang diriwayatkan oleh
yang adil, sempurna ke-dhabit-annya, bersanbung sanadnya, tidak cacat, dan
tidak syadz (janggal) maka dia adalah hadis shahih li-dzatihi, lalu jika ringan
ke-dhabit-annya maka dia adalah hadis hasan li dszatihi.
13

kriteria hadis hasan sama dengan kriteria hadis shahih. Perbedaannya hanya
terletak pada sisi ke-dhabit-annya. yaitu hadis shahih lebih sempurna ke-dhabit-annya

13
. Dr. Mahmud Thahhan, 51
dibandingkan dengan hadis hasan. Tetapi jika dibandingkan dengan ke-dhabit-an perawi
hadis dhaif tentu belum seimbang, ke-dhabit-an perawi hadis hasan lebih unggul.

B. Macam-Macam Hadis Hasan
Sebagaimana hadis shahih yang terbagi menjadi dua macam, hadis hasasn pun
terbagi menjadi dua macam, yaitu hasan li-dzatih dan hasan li-ghairih;
a. Hasan Li-Dzatih
Hadis hasan li-dzatih adalah hadis yang telah memenuhi persyaratan hadis hasan
yang telah ditentukan. pengertian hadis hasan li-dzatih sebagaimana telah diuraikan
sebelumnya.
b. Hasan Li-Ghairih
Hadis hasan yang tidak memenuhi persyaratan secara sempurna. dengan kata lain,
hadis tersebut pada dasarnya adalah hadis dhaif, akan tetapi karena adanya sanad atau
matan lain yang menguatkannya (syahid atau muttabi), maka kedudukan hadis dhaif
tersebut naik derajatnya menjadi hadis hasan li-ghairih.

C. Kehujahan Hadis Hasan
Hadis hasan sebagai mana halnya hadis shahih, meskipun derajatnya dibawah
hadis shahih, adalah hadis yang dapat diterima dan dipergunakan sebagai dalil atau hujjah
dalam menetapkan suatu hukum atau dalam beramal. Paraulama hadis, ulama ushul fiqih,
dan fuqaha sepakat tentang kehujjahan hadis hasan.

HADIS MARDUD DAN SEBAB-SEBABNYA

A. Hadis Mardud
1. Pengertian Hadis Mardud
Mardud secara bahasa lawan dari maqbul yakni = ditolak atau tidak diterima.
penolakan hadis ini dikarenakan tidak memenuhi beberapa kriteria persyaratan yang
ditetapkan para ulama, baik yang menyangkut sanad maupun yang menyangkut matan.
Hadis mardud ini juga disebut dengan hadis dhaif. Sedang hadis mardud secara istilah
adalah hadis yang tidak kuat kkuat kebenaran si pemberitanya.
Dalam hal ini terjadi karena hilang salah satu syarat atau lebih dari syarat-syarat
hadis maqbul sebagtai mana telah kita bicarakan dalam pembahasan hadis shahih.
14

Hadis mardud tidk dapat dijadikan hujah dan tidak wajib diamalkan. Sercara umum hadis
mardud adalah hadis dhaif (lemah) dengan segala macamnya.
2. Macam-Macam dan Sebab-Sebab Tertolak:
Para ulama benar-benar telah membagi hadis mardud kepada beberapa bagian.
Adapun sebab-sebab terto;lak hadis itu banyak sekali akan tetapi secara global kembali
kepada dua sebab pokok; yaitu:
1. Gugur sanadnya.
2. Cacat pada rawinya.
Dibawah tiap-tiap dua sebab ini terdapat bermacam-macam cabang, yang
kesemuanya itu dinamakan dengan hadis dhaif, sebuah nama umum yang sering dipakai
sebagai nama untuk bermacam-macam hadis mardud.

B. Hadis Dhaif
1. Pengertian Hadis Dhaif
Dhaif menurat bahasa adalah lemah. Hadis dhaif menurut istilah ialah hadis yang
tidak memenuhi syarat-syarat hadis shahih dan juga tidak memenuhi syarat-syarat hadis
hasan.
15

Al-Baiquni dalam kitab nadlamnya menyatakan, tiap-tiap hadis yang dalam tingkatan
lebih rendah dari hadis hasan, maka dia itu hadis dhaif yang banyak macamnya.
16

2. Pembagian Hadis Dhaif
Berdasarkan penelitian para ulama hadis, bahwa kedhaifan suatu hadis terjadi
pada tiga tempat, yaitu pada sanad, pada matan, dan pada perowinya. dari ketiga bagian
ini, lalu mereka membagi hadis kedalam beberapa hadis dhaif, yang jumlahnya sangat
banyak sekali.




14
. Dr. Mahmud Thahhan, 65
15
. H.M.Fadlil Said A-Nadwi, 30
16
. Dr. Mahmud Thahan, 66
a. Dhaif Ditinjau dari Segi Sanad
Ditinjau dari sanadnya para ulam hadis banyak menemukan hadis
yang sanadnya tidak tersambung atau terputus. yang tergolong dalam
kelompok ini adalah hadis mursal, hadis mungqati, hadis mudal, dfan
hadis mudallas.
1. Hadis Mursal
Hadis mursal ialah hadis yang diriwayatkan oleh seorang tabiin
dari nabi dengan tidak disebut nama sahabat yang menjadi perantara
antara tabiin dengan Nabi, seperti berkata tabiin:Berkata Rasullulah
SAW.
17

2. Hadis Mungqati
hadis munqhati ialah: hadis yang gugur dari isnadnya nama
seorang rawi sebelum sahabat.
18

3. Hadis Mudal
hadis mudal ialah hadis yang gugur dua orang sanadnya atau
lebih, secara berturut-turut atau hadis yang gugur dua orang orang
perawinya atau lebih, secara berturut-turut, baik gugurnya itu antara
sahabat dengan tabiin atau dua orang orang sebelumnya.
19

4. Hadis Mudallas
Hadis-hadis yang telah disisipkan kedalam sanadnya, seseorang
yang bukan dari sanadnya, atau dirupakan dengan bukan rupa yang
asli.
Maksudnya seorang perawi meriwayatkan hadis dari orang yang
semasa dengannya yang hadis tersebut tidak didengarnya dari orang
itu namun seolah-olah dia mendengarnya dari orang tersebut dengan
menggunakan perkataan: Berkata si Fulan atau dari si Fulan, dan
yang seumpamanya. Boleh jadi dia menggugurkan gurunya, atau orang
lain, yang dhaif atau masih kecil, agar hadis tersebut dipandang baik.

17
. Tengku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, sejarah dan pengantar ilamu hadis, (pt. pustaska Rizki
Putra,Semarang, 1999), 349
18
. Tengku Muhammad Hasbi Ash Shidieqy, 349
19
. Mohammad Nor Ichwan, 136
b. Dhaif Ditinjau dari Segi Sandaranya
Para ahli hadis memesukkan ke dalam kelompok hadis dhaif dari segi
persandaranya, segala hadis yang mauquf dan maqtu.
Beriut ini akan dijelaskan secara singkat masing-masing hadis yang di maksud
1. Hadis Mauquf
Hadis mauquf ialah hadis yang diriwayatkan dari para sahabat,
baik berupa perkataan, perbuatan, atau taqrirnya. Periwayatannya, baik
bersambung atau tidak.
Dengan demikian dapat difahami bahwa hadis mauquf adalah apa
saja yang disandarkan kepada sahabat, baik berupa perkataan, perbuatan
atau taqrirnya.disebut mauquf, karena sandarannya terhenti pada
thabaqah sahabat.
20

2. Hadis Maqtu
Hadisb maqtu adalah hadis yang diriwayatkan dari tabiin dan
disandarkan kepadanya, baik perkataannya maupun perbutannya. Atau
dengan kata lain, bahwa hadis maqtu, adalah perkataan atau perbuatan
tabiin.
21
Para ulama ada yang menyebut hadis mauquf dan maqtu ini
dengan al-asar dan al-khabar.

c. Dhaif Ditinjau dari Segi Cacatnya Perawi
Yang dimaksud dengan cacat para perowi adalah terdapatnya atau cacat
(jarh) pada diri perawi, baik dari segi keadilannya, agama, atau dari segi
ingatan, hafalan, dan ketelitiannya.
Beriut ini akan dijelaskan definisi hadis dhaif berdasarkan cacat yang
dimiliki para peraweinya,antara lain:
1. Hadis matruk
Hadis matruk adalah hadis yang diriwayatkan oleh seorang yang
telah tertuduh dusta baik dalam meriwayatkan hadis ataupun selainnya
22
.

20
. Ibid, 139
21
. Ibid, 140
22
. Ibid, 141
Hadis ini seburu-buruk hadis dhaif sesudah hadis mawdhu. Ibnu
hajar menyatakan bahwa hadis dhaif yang paling buruk keadaannya
adalah hadis mawdhu.
2. Hadis Munkar
Hadis mungkar adalah hadis yang perawinya memeliki cacat dalam
kadar sangat kelirunya atau nyata kefasikanya. dapat juga didefinisikan
sebagai hadis yang terdapat pada sanadnya seorang perowi yang sangat
kelirunya, atau sering kali lalai dan terlihat kefasikanya secara nyata.
23

3. Hadis Muallal
Hadis muallal adalah hadis yang perowinya cacat karena al-wahw,
yaitu nbanyaknya dugaan atau sasngkaan yang tidak mempunyai
landasan yang kuat. umpamanya, seorang perowi yang menduga suatu
sanad adalaah muttasil (bersambung) yang sebenarnya adalah
mungqathi (terputus), atau dia mengirsalkan yang muttshil,
memauqufkan yang marfu; dan sebagainya.
Para ulama hadis mendefinisikannya sebagai: hadis yang apabila
diteliti secara cermat terdapat padanya illat yang merusak keshahihan
hadis tersebut meskipun tampak secara lahirnya tidak cacat
24

4. Hadis Mudraj
Hadis mudraj adalah hadis yang telah ditambah oleh perowinya
sendiri diprmulaan hadis atau dipertengahanya atau di akhirnya, hingga
orang yang tidak mengetahui hakikat hadis itu menyangka, bahwa kata
perawi yang telah dimasukkan ke dalam hadis, berasal dari hadis itu
sendiri.
Bersengaja memasukkan sesuatu perkataan ke dalam hadis tiada
dibolehkan sekali-kali, melainkan sekadar untuk menafsirkan saja
dengan diberikan tanda.
25




23
. Ibid. 142
24
. Ibid, 142
25
. Teungku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, 351
5. Hadis Maqlub
Hadis maklub adalah hadis yang terbaik sususnan kalimatnya tidak
sesuai dengan susunan yang semestinya, terksadang mendahulukan yang
seharusnya diakhirkan atau sebaliknya, atau mengganti kata lain dengan
tujaan tertentu. faktor penyebabnya karena memang kesalahan yang tak
disengaja atau karena untuk menguji daya ingat seseorang seperti yang
terjadi terhadap kecerdasan Al-Bukhari yang dilakukan oleh ulama
Bagdad dengan memutarkanbalikkan 100 sanad dengan matan lain atau
agar lebih dicintai oleh pendengar.
26

6. Hadis Mudhtharib
Hadis Mudhthrib adalah hadis yang diriwayatkan dengan
bermacam-macam bunyi (lafad) dan berlain-lainan atau berlawanan
serta tak dapat dikumpulkan, dari seseorang perowi atau dari beberapa
perowi, seperti hadis yang membataskan air dengan dua qullah (hadis air
dua qullah).
Kata sebagian ulama hadis: hadis air dua qullah itu, mudltharab,
dhaif hukumnya.
Hadis muddhtharib adalah hadis yang kontra antara satu dengan
yang lain tidak dapat dikompromikan dan tidak dapat di-tarjih (tidak
dapat dicari yang lebih unggul) dan sama kekuatan kualitasnya. Di
antara sebab idhthirab-nya suatu hadis adalah karena lemahnya daya
ingat perawi dalam meriwayatkan hadis tersebut, sehingga terjadi kontra
yang tak kunjung dapat di selesaikan solusinya.
7. Hadis Mushahhaf dan Hadis Muharraf
Hadis mushahhaf ialah mengubah kalilmat yang terdapat pada
suatu hadis menjadi kaliamat yang tidak diriwayatkan oleh para perawi
yang tsiqah, baik secara lafad maupun maknanya.
27

Pendapat lain mengatakan bahwa hadis mushahhaf ialah hadis
yang terdapat perbedaan di dalamnya dengan mengubah beberapa titik

26
. Dr. H. Abdul Majid Khon, M. Ag., 139
27
. Mohammad Nor Ichwan, 147
sedang tuisannya tetap.Sedang hadis Muharraf hadis yang terdapat
perbedaan di dalamnya dengan mengubah syakal aytau harakat sedang
untuk tulisannya tetep.
28
















28
. Dr. H. Abdul Majid Khon, 197

Anda mungkin juga menyukai