Makalah
Disusun:
Nurindah (21122428)
Reguler 1A
2021
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hadis merupakan segala sesuatu yang bersandar atau bersumber dari Nabi
Muhammad SAW baik berupa perkataan, perbuatan dan taqrir (ketetapan). Selain
itu hadis merupakan sumber pokok ajaran Islam dan sebagai rujukan umat Islam
Kedudukan hadis dijadikan sebagai hujjah atau landasan hukum kedua setelah
kitab suci Al-Qur’an yang dijadikan sebagai pedoman untuk menetapkan suatu
hukum. Fungsi hadis tidak hanya sebagai pedoman hidup manusia, akan tetapi
hukum yang belum jelas dalam Al-Qur’an, menjelaskan ayat-ayat Al-Quran yang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Hadis Shahih
Shahih menurut bahasa artinya benar atau sah. Sedangkan hadis shahih
ulama, namun secara umum pendapat mereka tidak berbeda jauh. Adapun
هوما اتصل سنده بعدول الضا بطين من غير شذوذ وال علة
“Hadis yang dinukil (diriwayatkan) oleh periwayat yang adil, sempurna ingatan,
sanadnya bersambung, tidak ber’illat dan tidak janggal"
Sedangkan menurut para ahli mempunyai redaksi yang berbeda pula
1. As-Suyuti
ما نقله عدل تام الضبط متصل السند غير معلل وال شاذ
“Hadis shahih ialah yang sanadnya bersambung, diriwayatkan oleh perawi yang
adil dan dhabith, tidak ditemukan kejanggalan dan tidak juga ber’illat.”
2. Ibnu Shalah
هو الحديث المسند الذى يتصل اسناده بنقل العدل الضابط عن العدل الضابط الى منتها ه وال يكون شاذاوال
معلال
2
2. Syarat-Syarat Hadis shahih
1) Sanadnya bersambung
menerimanya dari rawi yang berada di atasnya dan terus berlangsung hingga akhir
Yang dimaksud dengan perawinya harus adil yaitu beragama Islam dan
balig dan memenenuhi syarat seperti bertaqwa kepada Allah yaitu menjalankan
kecil dan memelihara segala ucapan dan perbuatannya dari segala sesuatu yang
dapat menodai mura’ah atau kehormatan diri serta bersikap hati-hati terhadap
adalah:
a. Beragama Islam.
d. Memelihara muru'ah.
dengan baik, dengan hafalan yang kuat, lalu mampu mengungkapkannya kembali
perawi yang dhabit ialah perawi yang kuat hafalan atau ingatannya terhadap apa
3
yang pernah mereka dengar dan mampu menyampaikan hafalan tersebut ketika
diperlukan.
yang saling bertentangan dengan periwayat hadis lain yang lebih kuat atau tsiqah.
meskipun tampak bahwa hadis itu tidak menunjukkan adanya cacat tersebut
Hadis shahih terbagi menjadi dua, yaitu shahih li dzatih dan shahih li
secara maksimal, seperti yang telah disebutkan di atas. Adapun hadis shahih li
annya(kapasitas intelektualnya rendah). Bila jenis ini dikukuhkan oleh jalur lain
hadis yang kesahihannya disebabkan oleh faktor lain karena tidak memenuhi
4
4. Tingkatan-tingkatan Hadis Shahih
sifat perawinya seperti sifat dhabit, adil ataupun sifat-sifat yang menjadi syarat
atau sebab kesahihannya. Jika perawi hadis shahih memiliki sifat adil, dhabit dan
sifat-sifat lainnya yang menjadi sebab sifat kesahihahannya menjadi tinggi maka
hadis tersebut lebih shahih derajat atau tingakatannya. Karena itulah banyak
a. Muttafaqu ‘alaih yaitu hadis yang telah disepakati keshahihannya oleh Imam
b. Hadis Shahih Al-Bukhari atau hadis yang disahihkan oleh Imam Bukhari.
e. Hadis shahih menurut syarat Bukhari, sedangkan Imam Bukhari sendiri tidak
men-takhrij-nya.
f. Hadis shahih menurut syarat Muslim, sedangkan Imam Muslim sendiri tidak
men-takhrij-nya.
g. Hadis shahih yang tidak menurut salah satu syarat dari kedua Imam Bukhari
dan Muslim. Akan tetapi, hadis yang di-takhrij-kan tersebut disahihkan oleh
Imam-imam hadis yang kenamaan. Misalnya hadis-hadis sahih yang terdapat pada
5
5. Kedudukan Hadis Shahih
Semua ulama telah sepakat menerima hadis shahih sebagai sumber ajaran
Islam dalam berbagai bidang baik dalam bidang hukum, akidah maupun dalam
bidang akhlak dan hadis shahih mempunyai kedudukan lebih tinggi dari hadis
B. Hadis Hasan
Secara bahasa hasan berarti bagus atau baik. Sedangkan secara istilah
hadis hasan ialah hadis yang diriwayatkan oleh perawi yang adil, akan tetapi
kurang dhabith, bersambung sanadnya, tidak syadz dan tidak pula cacat atau
‘illat. Beberapa ulama berbeda pendapat mengenai definisi dari hadis hasan, yaitu:
الحديث الحسن هو الحديث الذي رواه عدل قليل الضبط متصل السند غير معلل وال شاذ
“Hadis hasan ialah hadis yang diriwayatkan oleh rawi yang adil, tetapi kurang
4) Tidak syadz/janggal;
5) Tidak cacat.
6
Jadi dari syarat-syarat hadis hasan tersebut mempunyai syarat yang sama
dengan hadis shahih kecuali syarat ke-dhabit-annya, dimana dalam hadis shahih
Sebagaimana hadis sahih, hadis hasan pun terbagi atas hasan li dzatih dan
hasan li ghairih. Hadis yang memenuhi segala syarat-syarat hadis hasan disebut
perawinya pelupa, banyak salah dan orang fasik, yang mempunyai mutabi’ dan
syahid. Hadis dhaif yang karena rawinya buruk hapalannya (su’u al-hifdzhi), tidak
derajatnya menjadi hasan li ghairihi karena dibantu oleh hadis-hadis lain yang
semisal dan semakna atau karena banyak rawi yang meriwayatkannya (Solahudin,
2008, 146).
seperti hadis shahih, walaupun kualitas hadis shahih lebih tinggi dari hadis hasan.
Akan tetapi jika terjadi perselisihan atau pertentangan antara keduanya (hadis
Kriteria atau ciri dari hadis hasan dan dha’if hampir sama, kecuali pada
tingkat ke-dhabit-an atau kuatnya hafalan seorang rijal al-hadis. Dengan kata lain,
seorang perawi yang tercakup dalam hadis hasan dan hadis shahih keduanya
memiliki ke-dhabit-an yang sama. Akan tetapi keshahihan suatu hadis yang
7
diterima dari perawi yang dijamin ke-dhabit-annya, keasliannya lebih aman dan
an tidak menjadi sebab keluarnya hadis hasan dari kriteria ke-dhabit-an, sifat
dhabit tetap ada namun tidak sesempurna ke-dhabit-an hadis shahih. Oleh karena
itu, seluruh fuqaha serta sebagian besar muhaddisin dan usuliyyin telah sepakat
bahawa hadis hasan dapat digunakan sebagai hujjah baik dalam bidang hukum
maupun bidang akhlak, kecuali sebagian dari kalangan yang lebih cenderung
mutasyaddidun.
C. Hadis Dha’if
Dha’if menurut bahasa berarti lemah atau tidak kuat. Sedangkan menurut
istilah hadis dha’if adalah hadis yang tidak memenuhi syarat-syarat hadis shohih
dan hasan dan tidak kuat untuk di jadikan hujjah. Hadis dha’if tidak bisa dijadikan
a. Faktor Sanad
1). Terdapat periwayat yang cacat, baik dari aspek keadilan atau kedhabitan.
2). Adanya sanad yang tidak bersambung karena ada periwayat yang tidak saling
b. Faktor Matan
Matan hadis dha’if yang matannya tidak bisa dijadikan dasar/ hujjah:
1). Riwayatnya bertentangan dengan yang diriwayatkan oleh rijal al-hadits yang
lebih tsiqah.
8
2). Terdapat kecacatan yang samar dan dapat merusak kesahihan hadis, seperti
jurusan, yakni dari jurusan sanad dan jurusan matan. Sebab-sebab tertolaknya
dhabit-annya.
Adapun cacat pada keadilan dan ke-dhabit-an rawi ada sepuluh macam,
yaitu:
1. Dusta;
2. Tertuduh dusta;
3. Fasik;
4. Banyak salah;
9
a. Klasifikasi Hadis Dha’if Berdasarkan Cacat pada Keadilan dan Ke-dhabit-an
Rawi
periwayat, seperti membuat hadis sendiri kemudian diberi sanad dari rasulullah.
2) Hadis Matruk adalah hadis yang diriwayatkan oleh seorang perawi yang
3) Hadis Munkar adalah hadis yang diriwayatkan oleh perawi yang fasik, bid’ah
atau jalalah.
4) Hadis Syadzdz adalah hadis yang diriwayatkan oleh seorag rawi yang maqbul,
yang menyalahi riwayat orang yang lebih utama darinya, baik karena jumlahnya
1) Hadis Mu’allaq adalah hadis yang sanadnya terputus di awal, satu atau lebih
berturut-turut.
2) Hadis Mu’dal adalah hadis yang sanadnya terdapat dua orang atau lebih perawi
3) Hadis Mursal adalah hadis yang diriwayatkan oleh tabi’in langsung dari Nabi.
Sedangkan menurut sebagian muhadisin, hadis mursal adalah hadis yang putus
sanadnya di akhir sanad yaitu orang setelah tabiin. Hadis mursal dibagi menjadi
a. Mursal Shahabi adalah hadis yang diriwayatkan oleh seorang sahabat yang
masih kecil, padahal sahabat tersebut tidak menerima langsung dari Nabi.
10
b. Mursal Jali yaitu bila pengguguran yang telah dilakukan oleh rawi (tabiin) jelas
sekali, dapat diketahui oleh umum, bahwa orang yang menggugurkan itu tidak
c. Mursal Khafi adalah hadis yang diriwayatkan tabiin, di mana tabiin yang
4) Hadis Munqathi’ adalah hadis yang sanadnya ada perawi yang gugur satu atau
5) Hadis Mudallas adalah hadis yang diriwayatkan oleh seorang perawi yang
a. Tadlis isnad adalah hadis yang diriwayatkan oleh seorang perawi yang satu
c. Tadlis syuyukh adalah hadis yang perawinya menerima hadis dari seorang
syekh, kemudian perawi tersebut mengganti nama syekh dengan nama julukan
atau nama bangsa yang tidak popular agar tidak diketahui identitasnya.
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
segala sesuatu yang bersandar atau bersumber dari Nabi Muhammad SAW, baik
hadis dari segi kualitas perawinya dibagi menjadi tiga macam yaitu hadis shahih,
hadis hasan dan hadis dha’if. Hadis shahih dibagi menjadi dua yaitu hadis shahih
lidzatihi dan hadis shahih lighairihi dan hadis hasan dibagi menjadi dua macam
yaitu hadis hasan lidzatihi dan hadis hasan lighairi. Sedangkan hadis dha’if
dibagi menjadi banyak kategori. Secara global di bagi menjadi dua yaitu hadis
dha’if berdasarkan cacat pada keadilan dan ke-dhabit-an rawi dan berdasarkan
gugurnya rawi.
B. Saran
kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan
kalimat maupun dari segi tata bahasanya. Oleh karena itu, dengan tangan terbuka
kami menerima kritik dan saran dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat baik bagi penulis maupun
pembaca.
12
DAFTAR PUSTAKA
SETIA
Rosidin, Mukarom Faisal, dkk. (2015). Menelaah Ilmu Hadis Untuk Kelas
Mandiri.
Hadis.Yogyakarta:Pustaka Pelajar.
http://pikirdandzikir.blogspot.com/2018/11/klasifikasi-hadis-dari-segi-
13