Anda di halaman 1dari 10

1

PEMBAHASAN

A. HADIS MAQBUL
Maqbul menurut bahasa berarti ma’khuz (yang diambil) dan mushaddaq
(yang dibenarkan atau diterima). Sedangkan menurut istilah adalah:

‫ما توا فرت فيه جميع شروط القبول‬

“hadis yang telah sempurna padanya, syarat-syarat penerimaan”


Syarat-syarat penerimaan suatu hadis menjadi hadis yang maqbul
berkaitan dengan sanadnya, yaitu sanadnya bersambung, diriwayatkan oleh
rowi yang adil lagi dhobit, dan juga berkaitan dengan matanya tidak syadz
dan tidak ber’illat.
Tidak semua hadis maqbul boleh diamalkan akan tetapi ada juga yang
tidak boleh diamalkan, dengan kata lain hadis maqbul ada yang ma’mulun bih
yakni hadis yang bisa diamalkan dan ada yang ghoiru ma’mulun bih yakni
hadis yang tidak bisa diamalkan.1
Hadis maqbul dapat digolongkan menjadi 2, yaitu hadis shohih dan hasan.
1. Hadis shohih
a. pengertian
Shohi menurut bahasa lawan dari kata saqim (sakit). Kata shohi
juga sudah menjadi kosa kata bahasa indonesia dengan arti “sah, benar,
sempurna, pasti”.
Definisi hadis shohi menurut imam al suyuthi:

‫ما اتصل سنده بالعدول الضابطينمن غير شدود وال علة‬

“hadis yang bersambung sanadnya, diriwayatkan oleh perowi yang adil


lagi dhobit, tidak syad, dan tidak ber’ilat”.

1
Mustofa Hasan, ILMU HADIS (Bandung: CV pustaka setia, 2012) hal 165-166.
2

b. Syarat-syarat hadis shohi


1. Sanadnya harus bersambung
Yang dimaksud sanadnya bersambung adalah bahwa tiap-
tiap perowinya dalam sanad hadis menerima riwayat hadis dari
perowi terdekat sebelumnya. Dengan demikian dapat dikatakan
bahwa rangkaian para perowi sejak perowi terakhir kepada
perowi pertama(para sahabat) yang menerima langsung dari nabi
SAW. Bersambung dalam periwayatanya.
2. Perowinya adil
Kata adil menurut bahasa biasa berarti lurus, tidak berat
sebelah, tidak zalim, tidak menyamping, tulus, dan jujur.
Seseorang dikatakan adil apabila ada padanya sifat-sifat yang
dapat mendorong terpeliharanya ketakwaan, yaitu senantiasa
melaksanakan perimtah dan meninggalkan larangan, dan
terjaganya sifat muru’ah yaitu senantiasa bersifat baik dalam
segala tingka lakunya.
3. Perowinya dhobid
Kata dhobibid menurut bahasa adalah yang kokoh, yang
kuat, yang hafal dengan sempurna. Seorang perowi dikatakan
dhobid apabila perowi tersebut mempunyai daya ingat dengan
sempurna terhadap hadis yang diriwayatkanya.
Perowi yang dhobid adalah mereka yang kuat hafalanya
terhadap apa yang pernah didengarnya, kemudian mamapu
menyampaikan hafalanya tersebut kapan saja manakalah
dibutuhkan.
4. Tidak syadz (janggal)
Maksud syad disini adalah hadis yang bertentangan denga
hadis lain yang lebih kuat atau lebih tsiqoh. Melihat pengertian
syad diatas dapat dipahami, bahwa hadis yang tidak syad adalah
hadis yang matannya tidak bertentangan dengan hadis lain yang
lebih kuat atau lebih tsiqoh.
3

5. Tidak ber ‘ilat


Kata ‘lat menurut bahasa berarti cacat, penyakit,
keburukan, dan kesalahan baca. Dengan pengertian ini, maka yang
disebut ber’illat adalah hadis-hadis yang ada cacat atau
penyakitnya.
Menurut istilah, ‘illat berarti suatu sebab yang tersembunyi
atau yang samar-samar, karena dapat merusak keshohihan hadis
tersebut. Dikatakan samar-samar, karena jika dilihat dari segi
dhohirnya, hadis tersebut terlihat shohih. Adanya kesamaran
tersebut, mengakibatkan nilai kualitasnya menjadi tidak shohih.
c. Macam-macam hadis shohih
1. Shohih li dzatihi yaitu hadis yang memenuhi syarat-syarat
atau sifat-sifat hadis maqbul secara sempurna.
Contoh:

‫لوال ان اشق على امتى او على الناس المرتهم‬


‫بالسواك مع كل صالة‬

Hadis ini di riwayatkan melalui jalur al a’roj dari abu


hirairah.
2. Shohih li ghairihi, yaitu hadis yang tidak memenuhi secara
sempurna syarat-syarat tertinggi dari sifat sebuah hadis
maqbul.
Hal iti bisa terjadi karena ada beberapa hal misalnya
saja perowinya sudah diketahiui adil tapi dari sisi
kedhobitanya, dinilai kurang.hadis ini menjadi shohih karena
ada hadis lain yang sama atau sepadan diriwayatkanya melalui
jalur lain yang setingkat atau malah lebih shohih.2

2. Hadis hasan
2
Mohammad nor , Setudy Ilmu Hadis (Semarang: RASAIL media group, 2007) hal 60-70.
4

a. Pengertian
Hasan menurut bahasa berarti suatu yang disenangi dan dicondongi
oleh nafsu. Sedangkan menurut istilah, menurut al tirmizi adalah hadis
yang diriwayatkan dari dua arah, dan para perowinya tidak tertuduh
dusta, tidak mengandung syadz yang menyalahi hadis-hadis shohih.
Sementara ibnu hajar mendefinisikan hadis hasan ialah khobar
ahad yang dinukilkan melaluinperowi yang adil, sempurna ingatanya,
bersambung sanadnya dengan tanpa ber’illat dan syadz disebut hadis
shohih, namun bila kekuatan ingatanya kurang kokoh disebut hasan li
dzatih.
b. Syarat-syarat hadis hsan
Secara rinci syarat-syarat hadis hasan sebagai berikut:
1. Sanadnya bersambung
2. Perowinya adil
3. Perowinya dhobid, tetapi kualitas kedhobidanya dibawah
kedhobidan hadis shohih
4. Tidak terdapat kejanggalan atau syadz
5. Tidak ber’illat.
c. Macam-macam hadis hasan
Para ulama ahli hadis membagi hadis hasan menjadi 2 bagian, yaitu:
1. Hadis hasan li dzatihi
Yaitu hadis yang sanadnya bersambung dengan perowinya
yang adil, dhobid meskipun tidak sempurna, dari awal sanad
hingga akhir sanad tanpa ada keganjilan (syadz) dan cacat yang
merusak.
Contoh:

‫لوال ان اشق على امتى او على الناس المرتهم‬


‫بالسواك مع كل صالة‬
5

Hadis ini hadis hasan li dzatihi. Muhammad ibn amr ibn


alqamah terkenal seorang yang baik dan jujur, tetapi kurang
dhobid banyak ulama yang melemahkan hadis-hadis yang
diriwayatkannya.
2. Hasan li ghairihi
Secara singkat hasan li ghairihi ini terjadi dari hadis dhoif
jika banyak periwayatannya, sementara para perowinya tidak
diketahui keahlianya dalam meriwayatkan hadis. Akan tetapi
mereka tidak mencapai derajad fasiq atau tertuduh suka bohong
atau sifat-sifat jelek lainnya.
Jadi hadis do’if bisa naik kedudukannya menjadi hadis
hasan ini, hanyalah hadis-hadis yang tidak terlalu lemah.
Sementara hadis yang sangat lemah tidak bisa berubah menjadi
hadis hasan. 3
B. HADIS MARDUD
Mardud menurut bahasa berarti “yang ditolak” atau “yang tidak
diterima”. Sedangkan mardud menurut istilah ialah:

“hadis yang tidak memenuhi syarat-syarat atau sebagaian syarat hadis


maqbul”.4

Tidak terpenuhi persyaratan dimaksud, bisa terjadi pada sanad dan


matan. Para ulama’ mengelompokan hadis ini menjadi 3, yaitu: shohih,
hasan, dhoif. Hadis shihih dan hasan sudah dijelaskan di atas.

1. Hadis do’if
a. Pengertian
Kata do’if menurut bahasa, berarti lemah, sebagai lawan
kata kuat. Secara istilah menurut al nawawi mendefinisikan
3
Munzier Suparta, ILMU HADIS (Jakarta: Pt raja grafindo persada, 2008) hal 141-147.
4
Mustofa Hasan, ILMU HADIS (Bandung: CV pustaka setia, 2012) hal 171-172.
6

ialah“hadis yang didalanmya tidak terdapat syarat-syarat hadis


shohih dan hadis hasan”.
Menurut nur al ‘itr bahwa definisi byang paling baik ialah:
“hadis yang hilang salah satu syaratnya dari syarat-syarat hadis
maqbul (shohih atau hasan)”
b. Sebab-sebab hadis do’if tertolak
Para ahli hadis mengemukakan sebab-sebab tertolaknya
hadis ini bisa dilihat dari 2 jurusan yaitu:
1. Sanad hadis
Dari sisi sanad hadis ini diperinci kedalam 2 bagian:
a. Ada kecacatan pada para perowinya baik meliputi
keadilannya maupun kedhobidanya yang diuraikan
kedalam 10 macam:
1. Dusta, hadis yang rowinya dusta disebut maudhu.
2. Tertuduh dusta, hadis yang rowinya tertudu dusta
disebut matruk
3. Fasik
4. Banyak salah
5. Lemah dalam menghafal hadisnya disebut mungkar
6. Banyak wahamnya, hadisnya disebut muallal
7. Menyalahi riwayat yang lebih tsiqoh atau dipercaya.
Hadisnya disebut mudroj.
8. Tidak diketahui identitasnya, hadis ini disebut
mubham.
9. Penganut bid’ah
10. Tidak baik hafalannya, hadisnya disebut syadz atau
mukhtalih.
b. Sanadnya tidak bersambung
1. Gugur pada sanad pertama, hadisnya disebut hadis mu’allaq.
2. Gugur pada sanad terakhir, hadisnya disebut hadis mursal.
7

3. Gugur dua orang rowi atau lebih secara berurutan,


hadisnya disebut hadis mu’dhal.
4. Jika riwayatnya digugurkan tidak berturut-turut
disebut hadis munqathi’.

2. Matan hadis
a. Hadis mauquf
b. Hadis maqthu’.5

KESIMPULAN

A. Hadis maqbul
5
Munzier Suparta, ILMU HADIS (Jakarta: Pt raja grafindo persada, 2008) hal 150-151.
8

Yaitu hadis yang telah sempurna padanya, syarat-syarat


penerimaan.
Hadis maqbul dapat digolongkan menjadi 2, yaitu hadis shohih dan hasan.
1. Hadis shohih yaitu hadis yang bersambung sanadnya, diriwayatkan
oleh perowi yang adil lagi dhobit, tidak syad, dan tidak ber’ilat.
Syarat-syarat
 Sanadnya bersambung
 Perowinya adil
 Perowinya dhobid
 Tidak terdapat kejanggalan atau syadz
 Tidak ber’illat

Macam-macam

 Shohih li dzatihi
 Shohih li ghairihi
2. Hadis hasan yaitu hadis yang sanadnya bersambung dengan perowinya
yang adil, dhobid meskipun tidak sempurna, dari awal sanad hingga
akhir sanad tanpa ada keganjilan (syadz) dan cacat yang merusak.
B. Hadis mardud
Yaitu hadis yang tidak memenuhi syarat-syarat atau sebagaian
syarat hadis maqbul.hadis ini dibagi menjadi tiga yaitu: hadis shohih, hadis
hasan, dan hadis dho’if.
Dho’if adalah hadis yang didalanmya tidak terdapat syarat-syarat
hadis shohih dan hadis hasan.

DAFTAR PUSTAKA
9

Hasan, Mustofa. ILMU HADIS. Bandung: CV pustaka setia, 2012.

Nor, Muhammad. Setudy Ilmu Hadis. Semarang: RASAIL media group, 2007.

Suparta, Munzier. ILMU HADIS. Jakarta: Pt raja grafindo persada, 2008.


10

Anda mungkin juga menyukai