ULUMUL HADIS
Usup Supriatna
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
Adapun pokok pembahasan dalam makalah ini dirumuskan masalah berikut ini:
Bagaimana pembagian Hadits dari sisi kualitasnya?
1. Apa yang dimaksud dengan Hadits Shahih?
2. Apa yang dimaksud dengan Hadits Hasan?
3. Apa yang dimaksud dengan Hadits Dha’if?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pembagian Hadits dari sisi kualitasnya
2. Untuk mengetahui apa itu Hadits Shahih
3. Untuk mengetahui apa itu Hadits Hasan
BAB II
PEMBAHASAN
Ditinjau dari sisi kualitas sanad dan matan-nya, atau berdasarkan kepada kuat dan
lemahnya, Hadits terbagi menjadi 2 golongan, yaitu : Hadits Maqbul dan Hadits Mardud.
Yang dimaksud dengan Hadits Maqbul adalah Hadits yang memenuhi syarat untuk diterima
sebagai dalil dalam perumusan hukum atau untuk beramal dengannya. Hadits maqbul ini
terdiri dari Hadits Shahih dan Hadits Hasan. Sedangkan yang dimaksud dengan Hadits
Mardud adalah Hadits yang tidak memenuhi syarat-syarat qabul, dan Hadits Mardud dinamai
juga dengan Hadits Dha’if
B. Hadits Shahih
1. Pengertian Hadits Shahih
Hadits Shahih yaitu menurut bahasa adalah Hadits yang sah, Hadits yang sehat,
atau Hadits yang selamat. Dan secara istilah menurut Ibn al-Shalah, Hadits Shahih
adalah Hadits yang disandarkan kepada Nabi SAW yang bersambung sanadnya,
diriwayatkan oleh perawi yang adil dan dhabit dan tidak terdapat kejanggalan (syuzuz)
dan cacat (illat).
2. Syarat-Syarat Hadits Shahih
a. Sanadnya Bersambung
Setiap perawi dalam sanad Hadits menerima riwayat Hadits dari perawi
terdekat sebelumnya. Keadaan itu berlangsung demikian sampai akhir sanad dari
suatu Hadits.
b. Perawinya Adil
Seseorang dikatakan adil apabila ada padanya sifat-sifat yang dapat
mendorong terpeliharanya ketaqwaan, yaitu senantiasa melaksanakan perintah dan
meninggalkan larangan, dan terjaganya sifat muru’ah, yaitu senantiasa berakhlak
baik dalam segala tingkah laku dan hal-hal lain yang dapat merusak harga dirinya.
c. Perawinya Dhabith
pancainderanya, bahkan ada pula yang ditangkap oleh indera keenam (extra-
sensory) seperti intuisi
1
Hadits Hasan ialah Hadits yang sanadnya bersambung, diriwayatkan oleh seorang
yang adil tetapi kurang dhabit, tidak terdapat didalamnya suatu kejjanggalan (syadz)
dan tidak juga terdapat cacat (‘illat). Pada dasarnya, Hadits Hasan dengan Hadits
Shahih tidak ada perbedaan, kecuali hanya di bidang hafalannya. Pada Hadits Hasan,
hafalan perawinya ada yang kurang meskipun sedikit. Adapun untuk syarat-syarat
lainnya, antara Hadits Hasan dengan Hadits Shahih adalah sama.2
2. Macam-Macam Hadits Hasan
a. Hadits Hasan Li Dzatihi
Adalah Hadits yang diriwayatkan oleh rawi yang adil tpi hafalannya kurang
sempurna dengan sanad bersambung dan tidak terdapat keganjilan dan kecacatan.
Jadi, tidak ada perbedaan antara Hadits ini dengan Hadits Shahih Li Dzatihi kecuali
dalam satu persyaratan, yaitu Hadits Hasan Li Dzatihi kalah dalam sisi hafalan.
a. Hadits Hasan Li Ghairihi
Adalah Hadits yang dha’ifnya ringan dan memiliki beberapa jalan yang bisa
saling menguatkan satu dengan yang lainnya karena menimbang di dalamnya tidak
ada pendusta atau rawi yang pernah tertuduh membuat Hadits palsu.
2
e. Ada ‘illat atau ada penyebab samar dan tersembunyi yang menyebabkan
tercemarnya suatu Hadits Shahih meski secara dzahir terlihat bebas dari cacat
3. Pembagian Hadits Dha’if
Hadits Dha’if dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu :
a. Hadits Dha’if yang tertolak karena gugurnya sanad. Keguguran sanad ada
yang diawal, ditengah, atau akhir. Contohnya Hadits mu’allaq, mursal,
mu’dhal, munqhati’, mudallas.
b. Hadits Dha’if yang tertolak karena adanya cacat pada perawi. Contohnya
Hadits maudhu’, ma’ruf.
4. Kitab Hadits Dha’if
Diantara kitab-kitab yang memuat Hadits Dha’if adalah :
a. Mu’jam Thabrani
b. Al Afrad karya Daruquthny
c. Hilyatul Auliya karya Abu Nuaim
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Dalam menanggapi masalah apakah Hadits Shahih itu dapat dijadikan sebagai
hujjah dalam menetapkan hukum secara umum maka dalam hal ini para muhaddisin,
sebagian ahli ushul dan ahli fiqh bersepakat untuk menyatakan bahwa Hadits Shahih
dapat dijadikan hujjah dan wajib diamalkan.
Adapun kehujjahan Hadits Hasan, para ulama bersepakat untuk mengatakan
bahwa Hadits Hasan sama dengan Hadits Shahih sekalipun tingkatannya tidak sama,
bahkan ada sebagian ulama yang memasukkan Hadits Hasan kedalam kelompok Hadits
Shahih baik Hasan Li Dzatihi maupun Hasan Li Ghairihi.
Jika dalam satu Hadits telah hilang satu syarat saja dari sekian syarat-syarat
Hadits Hasan, maka Hadits tersebut dinyatakan sebagai Hadits Dha’if. Apalagi yang
hilang itu sampai dua atau tiga syarat maka inilah yang dikatakan sebagai Hadits Dha’if
dan status semua Hadits Dha’if adalah mardud (tertolak) dan tidak bisa dijadikan
hujjah.
2. Saran
Dalam penyusunan makalah ini maupun dalam penyajiannya kami selaku
manusia biasa menyadari adanya beberapa kesalahan, oleh karena itu kami
mengharapkan kritik maupun saran khususnya dari dosen pembimbing ibu Fiki
Inaurahmah, M.Pd yang bersifat membantu dan membangun agar kami tidak
melakukan kesalahan yang sama dalam penyusunan makalah yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA
1. Enzus Tinianus, Zahratul Idami. 2021. Pendidikan Agama Islam Berbasis General
2. Miftahul Ulum, Rusmin Nuryadin. 2020. Epistemologi Ilmu Hadits dan Ilmu Hukum Islam,
3. KH. Mahir M. Soleh, Haunika Wati, Mutiara Harmaida. 2020. BTQ & Tahfidz Kelas VII,
5. M. Fu’ad Abdul Baqi. 2017. Shahih Bukhari Muslim, (Jakarta : PT Elex Media Komputindo)