Anda di halaman 1dari 8

HADITS DARI SISI KUALITASNYA

Disusun Guna Memenuhi Tugas

ULUMUL HADIS

Dosen Pengampu: Fiki Inaurahmah M.Pd

Oleh: Irfan Hanapi

Usup Supriatna

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM

INSITUT NAHDATUL ULAMA CIAMIS

TAHUN PELAJARAN 2022/2023


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hadits merupakan sumber ajaran agama islam, disamping Al-Qur’an. Bila


dilihat dari segi periwayatannya jelas berbeda antara Al-Qur’an dengan Hadits. Untuk
Al-Qur’an semua periwayatan berlangsung secara mutawatir, sedangkan periwayatan
Hadits sebagian berlangsung secara mutawatir dan sebagian lagi berlangsung secara
ahad. Berawal dari hal tersebut sehingga timbul berbagai pendapat dalam menilai
kualitas sebuah Hadits sekaligus sebagai sumber perdebatan, yang akibatnya bukan
kesepakatan yang didapatkan tetapi sebaliknya justru perpecahan.
Kemudian berawal dari sebuah pertanyaan, “apakah Hadits ini atau Hadits itu
dapat dijadikan hujjah atau tidak?” salah satu kelompok dengan kuat mempertahankan
pendapatnya sementara kelompok lain dengan gigih bersikap serupa.
Mayoritas ulama’ berbeda pendapat dalam pengkajian Hadits. Hadits yang sering
dijumpai tidak serta merta dapat diterima secara langsung, Hadits yang didapati perlu
adanya pencarian jati diri Hadits tersebut untuk dijadikan landasan hidup.
Bertitik tolak dari hal tersebut maka penulis tertarik untuk memuat pembagian
Hadits yang selama ini beredar terutama Hadits dari sisi kuantitas dan kualitas
sanadnya, mudah-mudahan dapat mengurangi tingkat kekeliruan dalam memahami
Hadits, baik dari sisi kuantitas dan kualitas sanadnya. Penulis menyadari didalam
makalah sangat jauh dari kesempurnaan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca sekalian sangat diharapkan sebagai kontribusi merevisi makalah ini.

B. Rumusan Masalah

Adapun pokok pembahasan dalam makalah ini dirumuskan masalah berikut ini:
Bagaimana pembagian Hadits dari sisi kualitasnya?
1. Apa yang dimaksud dengan Hadits Shahih?
2. Apa yang dimaksud dengan Hadits Hasan?
3. Apa yang dimaksud dengan Hadits Dha’if?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pembagian Hadits dari sisi kualitasnya
2. Untuk mengetahui apa itu Hadits Shahih
3. Untuk mengetahui apa itu Hadits Hasan
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pembagian Hadits Dari Sisi Kualitasnya

Ditinjau dari sisi kualitas sanad dan matan-nya, atau berdasarkan kepada kuat dan
lemahnya, Hadits terbagi menjadi 2 golongan, yaitu : Hadits Maqbul dan Hadits Mardud.
Yang dimaksud dengan Hadits Maqbul adalah Hadits yang memenuhi syarat untuk diterima
sebagai dalil dalam perumusan hukum atau untuk beramal dengannya. Hadits maqbul ini
terdiri dari Hadits Shahih dan Hadits Hasan. Sedangkan yang dimaksud dengan Hadits
Mardud adalah Hadits yang tidak memenuhi syarat-syarat qabul, dan Hadits Mardud dinamai
juga dengan Hadits Dha’if
B. Hadits Shahih
1. Pengertian Hadits Shahih
Hadits Shahih yaitu menurut bahasa adalah Hadits yang sah, Hadits yang sehat,
atau Hadits yang selamat. Dan secara istilah menurut Ibn al-Shalah, Hadits Shahih
adalah Hadits yang disandarkan kepada Nabi SAW yang bersambung sanadnya,
diriwayatkan oleh perawi yang adil dan dhabit dan tidak terdapat kejanggalan (syuzuz)
dan cacat (illat).
2. Syarat-Syarat Hadits Shahih
a. Sanadnya Bersambung
Setiap perawi dalam sanad Hadits menerima riwayat Hadits dari perawi
terdekat sebelumnya. Keadaan itu berlangsung demikian sampai akhir sanad dari
suatu Hadits.
b. Perawinya Adil
Seseorang dikatakan adil apabila ada padanya sifat-sifat yang dapat
mendorong terpeliharanya ketaqwaan, yaitu senantiasa melaksanakan perintah dan
meninggalkan larangan, dan terjaganya sifat muru’ah, yaitu senantiasa berakhlak
baik dalam segala tingkah laku dan hal-hal lain yang dapat merusak harga dirinya.
c. Perawinya Dhabith
pancainderanya, bahkan ada pula yang ditangkap oleh indera keenam (extra-
sensory) seperti intuisi

Dhabith artinya cukup kuat hapalannya. Seorang perawi dikatakan Dhabith


apabila perawi tersebut mempunyai daya ingat yang sempurna terhadap Hadits
yang diriwayatkannya. Adapun tsiqah artinya dapat dipercaya.
d. Tidak Syadz
Syadz artinya janggal/rancu atau Syudzuz adalah Hadits yang bertentangan
dengan Hadits lain yang lebih kuat atau lebih tsiqah perawinya. Maksudnya, suatu
kondisi dimana seorang perawi berbeda dengan rawi lain yang lebih kuat
posisinya. Kondisi ini dianggap Syadz karena bila ia berbeda dengan rawi lain
yang lebih kuat posisinya, baik dari segi kekuatan daya hafalannya atau jumlah
mereka lebih banyak, maka para rawi yang lain itu harus diunggulkan, dan ia
sendiri disebut Syadz. Maka timbullah penilaian negatif terhadap periwayatan
Hadits yang bersangkutan.
e. Tidak Ber’illat
Hadits ber’illat adalah Hadits-Hadits yang cacat atau terdapat penyakit karena
tersembunyi atau samar-samar, yang dapat merusak keshahihan Hadits. Dikatakan
samar-samar, karena jika dilihat dari segi dzahirnya, Hadits tersebut terlihat shahih.
Adanya kesamaran pada Hadits tersebut, mengakibatkan nilai kualitasnya menjadi
tidak shahih. Dengan demikian, yang dimaksud Hadits tidak ber’illat, ialah Hadits
yang didalamnya tidak terdapat kesamaran atau keragu-raguan.
‘Illat Hadits dapat terjadi baik pada sanad maupun pada matan atau pada
keduanya secara bersama-sama. Namun demikian, ‘illat yang paling banyak terjadi
adalah pada sanad.1
1. Macam-Macam Hadits Shahih
Para ulama Hadits membagi Hadits Shahih menjadi dua macam, yaitu :
a. Hadits Shahih Li Dzatihi
Hadits Shahih Li Dzatihi adalah suatu Hadits yang sanadnya bersambung dari
permulaan sampai akhir, diceritakan oleh orang-orang yang adil, dhabith yang
sempurna, serta tidak ada syadz dan ‘illat yang tercela.
b. Hadits Shahih Li Ghairihi
Hadits Shahih Li Ghairihi adalah Hadits yang belum mencapai kualitas Shahih,
misalnya hanya berkualitas Hasan Li Dzatihi, lalu ada petunjuk atau dalil lain yang

menguatkannya, maka Hadits tersebut meningkat menjadi Hadits Shahih Li


Ghairihi.
C. Hadits Hasan
1. Pengertian Hadits Hasan

1
Hadits Hasan ialah Hadits yang sanadnya bersambung, diriwayatkan oleh seorang
yang adil tetapi kurang dhabit, tidak terdapat didalamnya suatu kejjanggalan (syadz)
dan tidak juga terdapat cacat (‘illat). Pada dasarnya, Hadits Hasan dengan Hadits
Shahih tidak ada perbedaan, kecuali hanya di bidang hafalannya. Pada Hadits Hasan,
hafalan perawinya ada yang kurang meskipun sedikit. Adapun untuk syarat-syarat
lainnya, antara Hadits Hasan dengan Hadits Shahih adalah sama.2
2. Macam-Macam Hadits Hasan
a. Hadits Hasan Li Dzatihi
Adalah Hadits yang diriwayatkan oleh rawi yang adil tpi hafalannya kurang
sempurna dengan sanad bersambung dan tidak terdapat keganjilan dan kecacatan.
Jadi, tidak ada perbedaan antara Hadits ini dengan Hadits Shahih Li Dzatihi kecuali
dalam satu persyaratan, yaitu Hadits Hasan Li Dzatihi kalah dalam sisi hafalan.
a. Hadits Hasan Li Ghairihi
Adalah Hadits yang dha’ifnya ringan dan memiliki beberapa jalan yang bisa
saling menguatkan satu dengan yang lainnya karena menimbang di dalamnya tidak
ada pendusta atau rawi yang pernah tertuduh membuat Hadits palsu.

2.3 FHadits Dha’if


1. Pengertian Hadits Dha’if
Dha’if menurut bahasa berasal dari kata “dha’fun” yang berarti lemah, lawan dari
kata “qawi” yang berarti kuat. Jadi Hadits Dha’if berarti Hadits yang tidak memenuhu
kriteria Hadits Hasan. Adapun menurut Manna’ Al-Qatthan, hadits Dha’if ialah Hadits
yang tidak menyandang sifat-sifat Hadits Shahih, dan tidak pula memiliki sifat-sifat
Hadits Hasan.
2. Kriteria Hadits Dha’if
Kriteria Hadits Dha’if adalah dimana ada salah satu syarat dari Hadits Shahih dan
Hadits Hasan yang tidak terdapat padanya, yaitu sebagai berikut :
a. Sanadnya tidak bersambung
b. Kurang adilnya perawi
c. Kurang Dhabitnya perawi
d. Ada syadz atau masih menyelisihi dengan Hadits yang diriwayatkan oleh
orang yang lebih tsiqah dibandingkan dengan dirinya

2
e. Ada ‘illat atau ada penyebab samar dan tersembunyi yang menyebabkan
tercemarnya suatu Hadits Shahih meski secara dzahir terlihat bebas dari cacat
3. Pembagian Hadits Dha’if
Hadits Dha’if dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu :
a. Hadits Dha’if yang tertolak karena gugurnya sanad. Keguguran sanad ada
yang diawal, ditengah, atau akhir. Contohnya Hadits mu’allaq, mursal,
mu’dhal, munqhati’, mudallas.
b. Hadits Dha’if yang tertolak karena adanya cacat pada perawi. Contohnya
Hadits maudhu’, ma’ruf.
4. Kitab Hadits Dha’if
Diantara kitab-kitab yang memuat Hadits Dha’if adalah :
a. Mu’jam Thabrani
b. Al Afrad karya Daruquthny
c. Hilyatul Auliya karya Abu Nuaim
BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan
Dalam menanggapi masalah apakah Hadits Shahih itu dapat dijadikan sebagai
hujjah dalam menetapkan hukum secara umum maka dalam hal ini para muhaddisin,
sebagian ahli ushul dan ahli fiqh bersepakat untuk menyatakan bahwa Hadits Shahih
dapat dijadikan hujjah dan wajib diamalkan.
Adapun kehujjahan Hadits Hasan, para ulama bersepakat untuk mengatakan
bahwa Hadits Hasan sama dengan Hadits Shahih sekalipun tingkatannya tidak sama,
bahkan ada sebagian ulama yang memasukkan Hadits Hasan kedalam kelompok Hadits
Shahih baik Hasan Li Dzatihi maupun Hasan Li Ghairihi.
Jika dalam satu Hadits telah hilang satu syarat saja dari sekian syarat-syarat
Hadits Hasan, maka Hadits tersebut dinyatakan sebagai Hadits Dha’if. Apalagi yang
hilang itu sampai dua atau tiga syarat maka inilah yang dikatakan sebagai Hadits Dha’if
dan status semua Hadits Dha’if adalah mardud (tertolak) dan tidak bisa dijadikan
hujjah.

2. Saran
Dalam penyusunan makalah ini maupun dalam penyajiannya kami selaku
manusia biasa menyadari adanya beberapa kesalahan, oleh karena itu kami
mengharapkan kritik maupun saran khususnya dari dosen pembimbing ibu Fiki
Inaurahmah, M.Pd yang bersifat membantu dan membangun agar kami tidak
melakukan kesalahan yang sama dalam penyusunan makalah yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA

1. Enzus Tinianus, Zahratul Idami. 2021. Pendidikan Agama Islam Berbasis General

Education,(Banda Aceh : Syiah Kuala University Press)

2. Miftahul Ulum, Rusmin Nuryadin. 2020. Epistemologi Ilmu Hadits dan Ilmu Hukum Islam,

(Tasikmalaya : Edu Publisher)

3. KH. Mahir M. Soleh, Haunika Wati, Mutiara Harmaida. 2020. BTQ & Tahfidz Kelas VII,

VIII, IX SMP Nurul Huda, (Bengkulu : CV. Sinar Jaya Berseri)

4. Riva Sahri Ramdani. 2021. Kajian Hadits-hadits, (Edu Publisher)

5. M. Fu’ad Abdul Baqi. 2017. Shahih Bukhari Muslim, (Jakarta : PT Elex Media Komputindo)

Anda mungkin juga menyukai