Anda di halaman 1dari 3

A.

Kitab-Kitab Hadits dari Aspek Kualitas

Pembagian hadits diperlukan dalam upaya untuk mengklasifikasikan hadits, dari sisi kuantitas
pembagian hadits bertujuan untuk mengetahui jumlah rawi pada tiap tingkatan sehingga muncul
klasifikasi hadits mutawattir dan hadits ahad. Sedangkan dari sisi kualitas bertujuan untuk
mengetahui keontetikan hadits dilihat dari shahih, hasan, dhaif dan sebagainya. Di sini akan
dijelaskan mengenai kitab-kitab hadits dari aspek kualitasnya.

Ditinjau dari segi kualitas, para ulama membagi tiga bagian, yaitu hadits Shahih, hadits Hasan dan
hadits Dha’if.

1. Hadits Shahih

Pengertian Hadits Shahih Menurut Ulama Muhadditsin adalah Hadits yang diriwayatkan oleh rawi
yang adil, sempurna ingatannya, bersambung sanadnya, tidak ber’illat dan tidak janggal, dengan
pengertian tersebut, maka ada lima syarat untuk disebut hadits shahih, yaitu :

a) Rawinya bersifat adil Menurut Ibnus-Sam’any, seorang rawi bisa disebut adil bila :

- Menjaga ketaatan dan menjauhi kemaksiatan kepada Allah

- Menjauhi dosa-dosa kecil

- Meninggalkan perbuatan mubah yang dapat menggugurkan iman kepada Qadar dan
menjadikan penyesalan

- Tidak mengikuti salah satu mazhab yang bertentangan dengan dasar syara’.

Sedang Muhyiddin Abdul Hamid menjelaskan bahwa adil berarti :

a. Selamat dari sebab-sebab yang menjadikan seseorang fasik dan mencacatkan


kepribadiannya, ingatannya kuat, dari awal menerima hadits hingga disampaikan kepada orang lain
tidak ada yang lupa. Sanggup dikeluarkan di mana dan kapan saja dikehendaki. Adapun rawi yang
memiliki sifat adil dan Dhabit disebut “Rawi Tsiqah” (dapat dipertanggung jawabkan).

b. Sanadnya tidak terputus Maksudnya sanadnya bersambung, tidak ada yang terputus, karena
tiap-tiap rawi dapat saling bertemu dan menerima langsung dari guru yang memberinya.

c. Tidak janggal Maksudnya hadits yang rawinya maqbul (dapat diterima periwayatannya)
tersebut tidak bertentangan dengan hadits yang diriwayatkan oleh rawi yang lebih rajih (kuat),
disebabkan dengan adanya kelebihan jumlah sanad atau kelebihan dalam kedhabitan rawinya atau
adanya segi-segi tarjih yang lainnya.

2. Hadits Hasan

Hadits hasan adalah hadits yang diriwayatkan oleh perawi yang adil, sanadnya bersambung, tidak
mengandung ilat, dan tidak janggal, namun rawinya kurang baik tingkat hapalannya. Hadits hasan
memenuhi semua syarat-syarat hadits shahih, hanya saja seluruh atau sebagian perawinya kurang
baik tingkat menghapalnya. Dengan demikian perbedaan hadits shahih dan hadits hasan terletak
pada tinggi atau rendahnya kedhabitan seorang rawi.

Hadits hasan terbagi menjadi dua, yaitu :

a. Hasan Lizzatihi. Maksudnya hadits itu telah memenuhi syarat-syarat hadits hasan.

b. Hasan Lighairihi, Maksudnya hadits itu sanadnya ada yang dirahasiakan (Mastur), tidak jelas
keahliannya, namuan mereka bukan pelupa, tidak banyak salah dan tidak dituduh dusta dalam
periwayatannya. Pada mulanya hadits hasan ligahirih itu adalah hadits dha’if, namun karena ada
dukungan sanad lain yang memperkuat, maka naik tingkatannya menjadi hadits Hasan. Hadits hasan
ini bisa dijadikan sebagai dasar sumber hukum Islam, namun tingkatannya di bawah hadits shahih.

3. Hadits Dha’if

Hadis Dha’if menurut bahasa adalah lemah, sedangkan menurut istilah Hadits dha’if adalah hadits
yang kehilangan satu atau lebih syarat-syarat hadits shahih atau hadits hasan. Pada dasarnya hadits
dha’if itu disebabkan dua alasan, yaitu;

a. Karena sanadnya tidak bersambung . Sebab tidak bersambungnya sanad antara lain ; hadits
mursal, hadits munqati’, hadits mu’adhdhal, hadits mudallas, dan hadits muallal.

b. Karena faktor lain misal dari matan, Nama hadits dhaif karena alasan / sebab ini antara lain
hadits mudha’af, hadits mudhtharib, hadits maqlub, hadits mungkar, hadits matruk, dan hadits
mathrub. Menurut para Muhadditsin, sebab-sebab tertolaknya hadits sebagai sumber hukum bisa
ditinjau dari dua faktor, yaitu Sanad dan matannya.

Ulama yang mula-mula membagi hadis sebagai hadis shahih, hasan dan dha’if adalah Imam at-
Tirmidzy, sehingga Imam at-Tirmidzy memiliki peran dalam menghimpun hadis-hadis hasan, diantara
para ulama terdapat perbedaan rumusan dalam mendefinisikan hadis dhaif ini, akan tetapi pada
dasarnya isi dan maksudnya sama.

B. Kriteria-Kriteria yang disepakati ulama

Anda mungkin juga menyukai