Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH

“KLASIFIKASI HADIS BERDASARKAN KUALITAS SANADNYA”

Mata Kuliah: Al - Hadis

Disusun oleh:
Widya Yulita Saffitri 0403202097

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Pembagian hadis diperlukan dalam upaya untuk mengklasifikasikan


hadis, dari sisi kuantitas pembagian hadis bertujuan untuk mengetahui jumlah
rawi pada pada tiap tingkatan sehingga muncul klasifikasi hadis mutawatir
dan hadis ahad. Sedangkan dari sisi kualitas bertujuan untuk mengetahui
keontetikan hadis dilihat dari shahih, hasan, dhaif dan sebagainya.

2. Tujuan
 Untuk mengetahui klasifikasi hadis dari segi kualitasnya
 Untuk mengetahui hadis dari segi maqbul dan mardud nya
3. Rumusan Masalah
 Apa sajakah klasifikasi hadis dari segi kualitasnya?
 Apa sajakah klasifikasi hadis dari segi maqbul dan mardudnya?
PEMBAHASAN

A. PEMBAGIAN HADIS BERDASARKAN KUALITAS SANADNYA


Ditinjau dari segi kualitas sanadnya, atau berdasarkan kepada kuat dan
lemahnya, Hadits terbagi menjadi dua golongan, yaitu:  hadis maqbul dan
hadis mardud.
Yang dimaksud dengan hadis maqbul adalah hadis yang memenuhi syarat-
syarat qabul,  yaitu syarat untuk dapat diterima sebagai dalil dalam perumusan
hukum atau untuk beramal dengannya. Hadis maqbul ini terdiri atas hadis
sahih dan hadis hasan. Sedangkan yang dimaksud dengan hadis mardud
adalah hadis yang tidak memenuhi syarat-syarat qabul, dan hadis mardud
dinamai juga dengan hadis dhaif.
 Berikut ini adalah penjelasan tentang masing-masing dari pembagian
hadis berdasarkan kualitas sanadnya.

1.  Hadits Shahih
a. Pengertian
Shahih secara etimologi adalah lawan dari saqim (sakit). Sedangkan
dalam istilah ilmu hadis,  hadis sahih berarti :
“ hadis yang berhubungan ( anbersambung) sanadnya yang
diriwayatkan oleh perawi yang adil, dhabith, yang diterimanya dari perawi
yang sama ( kualitasnya) dengannya sampai kepada akhir sanad, tidak syadz
dan tidak pula ber-‘illat.”

b. Tingkatan Hadis Shahih


Di dalam istilah para ulama hadis, berkaitan dengan kualitas para
perawi atau sanad suatu hadis, dikenal dengan ashahh al-Asanid, yaitu jalur
sanad yang dianggap para perawinya paling sahih berdasarkan kesempurnaan
pemenuhan syarat-syarat kesahihan suatu hadis.
c. Macam-macam Hadis Shahih
Para ulama membagi Hadis Shahih kepada dua bagian, yaitu:
 Shahih Lidzatihi
 Hadits Shahih lidzatihi adalah hadis yang dirinya sendiri telah
memenuhi kriteria kesahihan sebagaimana yang disebutkan di atas, dan
tidak memerlukan penguat dari yang lainnya.
 Shahih Lighairihi
Yaitu hadits hasan lidzatihi apabila diriwayatkan melalui jalan yang
lain oleh perawi yang sama kualitasnya atau yang lebih kuat
daripadanya.Hadis tersebut dinamakan dengan Shahih lighairihi adalah
karena kesahihannya tidak berdasarkan pada sanadnya sendiri, tetapi
berdasarkan pada dukungan salat yang lain yang sama kedudukannya
dengan sanadnya atau lebih kuat daripadanya. 
contoh Hadits Shahih lighairihi adalah: 

Hadits Muhammad bin ‘Amruw dari Abi Salamah dari Abu Hurairah   
bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

ِ ‫ق َعلَى أُ َّمتِي أَل َ َمرْ تُهُ ْم بِال ِّس َوا‬


َ ‫ك ِع ْن َد ُك ِّل‬
‫صاَل ٍة‬ َّ ‫لَوْ اَل أَ ْن أَ ُش‬

“Sekiranya tidak memberatkan umatku sungguh akan aku perintahkan


untuk bersiwak setiap kali akan shalat.” HR. At-Tirmidzi. Hadits ini
juga diriwayatkan oleh al-Bukhari dari jalur Thariq Abu Zinad dari al-
A’raj dari Abu Hurairah.

2. Hadis Hasan
a. Pengertian
Hasan secara etimologi adalah merupakan shifat musyabbahah, yang
berarti al-jamal, yaitu “indah”, “bagus”. Sedangkan pengertian hadis hasan
menurut istilah ilmu Hadis tercakup dalam beberapa definisi seperti berikut:
 Menurut Al-tirmidzi,  hadis Hasan adalah:
“  setiap hadis yang diriwayatkan dan tidak terdapat pada sanadnya
perawi yang pendusta, dan hadis tersebut tidak syadz, serta
diriwayatkan pula melalui jalan yang lain”.
 Definisi yang dianggap baik menurut al-Thahhan definisi yang
dikemukakan oleh Ibnu Hajar, yaitu : 
“yaitu hadis yang bersambung sanadnya dengan periwayatan perawi
yang adil, ringan (kurang) ke dhabithannya, dari perawi yang sama
(kualitas) dengannya sampai ke akhir sanad, tidak syadz dan tidak
ber’illat.”

b. Macam-macam Hadis Hasan


Para ulama membagi Hadits hasan kepada dua bagian, yaitu:
 Hadis Hasan Lidzatihi
Hadis yang dirinya sendiri telah memenuhi kriteria hasan sebagaimana
yang telah disebutkan diatas, dan tidak memerlukan bantuanyang lain untuk
mengangkatnya ke derajat hasan sebagaimana halnya pada hasan lighairihi.
 Hadis Hasan Lighairihi
“ Yaitu hadis dhaif apabila jalan (datang) nya berbilang (lebih dari
satu), da sebab kedhaifannya bukan karena perawinya fasik atau pendusta.

3. Hadis Dhaif
a. Macam-macam Hadis Dhaif
Hadis dhaif adalah hadis mardud , yaitu hadis yang ditolak atau tidak
dapat dijadikan hujjah atau dalil dalam menetapkan suatu hukum.
Kata dhaif, secara bahasa adalah lawan dari al-qawiy, yang berarti
“lemah”. Pengertiannya menurut istilah ulama hadis adalah :
“ Hadis dhaif adalah setiap hadis yang tidak terhimpun padanya
keseluruhan sifat qabul”
Atau, menurut sebagian besar ulama hadis adalah :
“ Hadis dhaif adalah hadis yang tidak menghimpun sifat shahih dan
hasan”

b. Macam-macam Hadis Dhaif


Berdasarkan sebab-sebab ke dhaifan suatu hadis, hadis dhaif terbagi
kepada beberapa macam, yaitu:
1. Ditinjau dari segi terputusnya sanad hadis, hadis dhaif terbagi kepada :
a. Hadis Muallaq
“ (Yaitu) hadis yang dihapus dari awal sanadnya seorang perawi atau
lebih secara berturut-turut”
b. Hadis Mursal
“ (Hadis Mursal) adalah hadis yang gugur dari akhir sanad-nya
seorang perawi sesudah Thabi’in”.
c. Hadis Mu’dhal
“ Hadis yang gugur dari sanadnya dua orang perawi atau lebih
secara berturut-turut”.
d. Hadis Munqathi’
“ Hadis muqanthi adalah hadis yang tidak bersambung sanadnya,
dan keterputusan sanad tersebut bisa terjadi dimana saja.”
e. Hadis Mudallas
“ Menyembunyikan cacat dalam sanad dan menampakkannya pada
lahirnya seperti baik”.
2. Ditinjau dari segi cacatnya perawi hadis:
a. Hadis Matruk
“ Yaitu hadis yang terdapat pada sanadnya perawi yang tertuduh
dusta”
b. Hadis Munkar
Hadis yang perawinya memiliki cacat dalam kadar sangat
kelirunya atau nyata kefasikannya.
c. Hadis Mu’allal
Hadis yang cacat karena al-wahm, yaitu banyaknya dugaan atau
sangkaan yang tidak mempunyai landaan yang kuat.
d. Hadis Mudraj
Hadis yang terdapat padanya tambahan yang bukan bagian dari
hadis tersebut.
e. Hadis Maqlub
“ Mengganti suatu lafaz dengan lafaz yang lain pada sanad hadis
atau pada matannya dengan cara mendahulukan atau
mengkemudiankannya”.
f. Hadis Mudhtharib
“ Hadis yang diriwayatkan dalam beberapa bentuk yang
berlawanan yang masing-masing sama-sama kuat”.
g. Hadis Mushahhaf
“ Mengubah kalimat yang terdapat pada suatu hadis menjadi
kalimat yang tidak diriwayatkan oeleh para perawi yang tsiqat,
baik secara lafaz maupun maknanya”.
h. Hadis Syadz
“ Hadis yang diriwayatkan oleh perawi yang maqbul, namun
bertentangan dengan riwayat perawi yang lebih tsiqat atau yang
lebih baik daripadanya”.

PENUTUP

Ditinjau dari segi kualitas sanadnya, atau berdasarkan kepada kuat dan
lemahnya, Hadits terbagi menjadi dua golongan, yaitu:  hadis maqbul dan
hadis mardud. Yang dimaksud dengan hadis maqbul adalah hadis yang
memenuhi syarat-syarat qabul,  yaitu syarat untuk dapat diterima sebagai dalil
dalam perumusan hukum atau untuk beramal dengannya. Hadis maqbul ini
terdiri atas hadis sahih dan hadis hasan. Sedangkan yang dimaksud dengan
hadis mardud adalah hadis yang tidak memenuhi syarat-syarat qabul, dan
hadis mardud dinamai juga dengan hadis dhaif.

DAFTAR PUSTAKA

Dr. Nawir Yuslem, MA, 2001. “Ulumul Hadis”. Jakarta: PT. Mutiara
Sumber Widya

Anda mungkin juga menyukai