Makalah ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ulumul Hadis
Disusun oleh:
PURWOKERTO
2022
Al qur'an dan Hadits merupakan pedoman dan sumber hukum bagi umat islam. Al
quran dijadikan sebagai sumber hukum yang paling utama dan hadis dijadikan seabai sumber
hukum yang kedua untuk dijadikan sebagai panduan bagi keberlangsungan umat islam.
Al qur'an sebagai pedoman bagi umat islam yang pertama berisikan segala syariat,
dan ketentuan hukum yang dijelaskan secara umumdan tidak dijelaskan secara terperinci.
Dengan adanya hadis ini dalam agama islam menjadi penjelas terhadap isi al qur'an. Hadi
juga memiliki peran penting dalam menetapkan hukum atau syariat jika terdapat suatu
permasalahan yang tidak dijelaskan dalam alqur'an.
Dalam periwayatannya hadis dibagi menjadi berbagai macam aspek. Salah satunya dari
segi kualitas para perawinya. Oleh karena itu, di dalam makalah ini akan membahas
pembagian hadis yang dilihat dari segi kualitas perawinya yaitu hadis shahih, hadis hasan dan
hadit dha'if.
PEMBAHASAN
Syarat diterimanya sebuah hadits menjadi hadits yang maqbul adalah berkaitan dengan
sanadnya, yaitu sanadnya berkesinambungan, diriwayatkan oleh perawi yang adil dan
dhabit, dan juga berkaitan dengan matannya tidak shadz dan tidak ber’illat. Tidak semua
hadis maqbul boleh diamalkan.
2. Hadis Mardud
Mardud secara bahasa berarti “yang ditolak” atau yang “tidak diterima”. Sedangkan
mardud menurut istilah adalah hadis yang tidak memenuhi syarat-syarat atau sebagian
syarat hadis maqbul. Tidak terpenuhinya persyaratan dimaksud, bisa terjadi pada sanad dan
matan.
Para ulama hadis dan sebagian ulama ushul dan fiqh telah sepakat untuk menganggap
hadis shahih sebagai dalil wajib untuk melakukan perbuatan baik. Sebagian besar ulama
menguatkan dengan dalil-dail qath'i, yaitu al-qur'an dan hadis mutawatir untuk
menguatkan hal-hal yang berkaitan dengan akidah dan tidak dengan hadis ahad. Perlu
dicatat bahwa martabat hadis shahih ini tergantung pada ke-dhabit-an serta keadilan
perawinya. Semakin dhabit dan ‘adil si perawi maka semakin tinggi pula tingkat kualitas
hadits yang diriwayatkannya.
2. Hadis Hasan
Menurut Al-Tirmidzi hadis hasan merupakan hadis yang diriwayatkan dari dua arah
(jalur), dan para perawinya tidak tertuduh dusta, tidak mengandung syadz yang menyalahi
hadis-hadis shahih.
Syarat-syarat hadis hasan sebagai berikut:
a) Sanadnya bersambung
Para ulama mengatakan bahwa kehujjahan hadis hasan seperti hadis sahih, namun
derajatnya berbeda.
3. Hadis Dha’if
Menurut bahasa, hadis dhaif merupakan hadis lemah. Menurut Al-Nawawi hadis dhaif
merupakan hadis yang di dalamnya tidak terdapat syarat-syarat hadis sahih dan syarat-
syarat hadis hasan.
Macam-macam hadis dhaif:
Dha’if karena tidak bersambung sanadnya
Hadis Munqathi’ adalah hadis yang gugur sanadnya di satu tempat atau lebih,
atau pada sanadnya disebutkan nama seseorang yang tidak dikenal namanya”.
Hadis Mu’allaq adalah hadis yang rawinya digugurkan seorang atau lebih di
awal sanadnya secara berturut-turut.
Hadis Mursal adalah hadis yang gugur sanadnya setelah tabi’in.
Hadis Mu’dhal adalah hadis yang gugur dua orang sanadnya atau lebih, secara
berturut-turut.
Hadis Mudallas adalah hadis yang diriwayatkan menurut cara yang
diperkirakan, bahwa hadis itu tiada bernoda.
Dhaif karena tiadanya syarat adil
Al-Maudhu’ merupakan hadis palsu yang dibuat oleh seorang pendusta dan
hadis ini ditujukan untuk Rasulullah secara paksa baik sengaja maupun tidak.
Hadis Matruk dan Hadis Munkar merupakan hadis yang diriwayatkan oleh
seseorang yang tertuduh dusta.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Daftar Pustaka
Buku
Suparta, Munzier. 2002. Ilmu Hadis. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
6