Disusun Oleh :
Dina Dwi Damayanti 21531038
Dini Alfizahra 21531039
KATA PENGANTAR
Puji syukur alhamdulillah penulis persembahkan kehadirat Allah SWT.
yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat dan salam penulis sampaikan
kepada Nabi Muhammad SAW yang diutus untuk menjadi rahmat sekalian alam.
Seiring dengan itu, tidak lupa penulis ucapkan terimakasih kepada guru bidang
studi yang telah memberikan motivasi dalam menyelesaikan makalah ini.
Makalah ini menjelaskan secara ringkas mengenai klasifikasi hadis dari
segi kuantitasnya. Penulis menyadari akan kekurangan dari makalah ini. Karena
Tak ada gading yang tak retak. Oleh karena itu, saran dan masukan dari
berbagai pihak sangat penulis harapkan untuk penyempurnaan makalah ini dan
semoga dengan selesainya makalah ini dapat berguna bagi pembaca.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................
DAFTAR ISI ..........................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................
B. Rumusan Masalah ........................................................................
BAB II
PEMBAHASAN
A. Hadis Ditinjau Dari Kuantitasnya ...............................................
B. Hadis Ditinjau Dari Kualitasannya ..............................................
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan ...................................................................................
B. Saran .............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Hadits sebagai sumber hukum Islam yang kedua setelah Al Quran untuk
memberi petunjuk kepada kehidupan umat manusia. Apa yang tidak diuraikan
dalam Al Quran akan dijelaskan secara gamblang dalam sebuah hadits, karena
pada dasarnya hadits merupakan perkataan, ajaran, perbuatan Rasulullah SAW.
Ilmu hadits telah menyedot perhatian ulama sejak awal perkembangan
Islam hingga saat ini, bahkan khazanah Islam lebih banyak dipenuhi kitab-kitab
hadits dibanding misalnya kitab tafsir. Ini menunjukkan pentingnya kedudukan
hadits dalam Islam.
Kita sebagai seorang muslim tidak menyakini bahwa semua hadits adalah
shahih, namun juga tidak benar bila menganggap bahwa semua hadits adalah
palsu sebagaimana anggapan para orientalis. Untuk mengetahui tentang
kedudukan/martabat suatu hadits di mata hukum yang selanjutnya dari hadits
tersebut bagaimana dapatnya dijadikan sebagai sandaran/landasan hukum maka
perlu dipahami tentang keadaan suatu hadits baik dinilai dari sifat perawinya,
sanad-nya, maupun matan dari hadits itu.
B. Rumusan masalah
Dari latar belakang tersebut, dalam makalah ini dirumuskan permasalahan
sebagai berikut:
1. Bagaimanakah hadits ditinjau dari segi kuantitasnya?
2. Bagaimanakah hadits ditinjau dari segi kualitasnya?
BAB II
PEMBAHASAN
انتهاءالسند و كان
ّ ا لّذ ي رواه جمع كثير ال يمكن توا طؤهم على الكذب عن مثلهم
الحس
ّ مستندهم
Arti: “hadits yang diriwayatkan oleh orang banyak yang terhindar dari
kesepakatan mereka untuk berdusta (sejak awal sanad) sampai akhir sanad
dengan didasarkan pada pancaindera.
ماتواترلفظه ومعناه
“Hadis yang mutawatir lafadh dan ma`nanya”.
Dan menurut Tawjih An-Nadzar adalah:
“ Hadis yang sesuai lafal para perawinya, baik menggunakan satu lafal atau lafal
lain yang sama makna dan menunjukkan kepada makna yang dimaksud secara
tegas”.
Contoh mutawatir lafzhi :
كلي
ّ ما اجتلفوا في لفظه ومعناه مع رجوعه لمعنى
Hadis yang berbeda lafal dan maknanya, tetapi kembali kepada satu makna yang
umum.
Dari defenisi di atas, maka mutawatir maknawi adalah hadis
mutawatir pada makna, yaitu beberapa riwayat yang berlainan tetapi memiliki
makna yang sama atau satu tujuan. Misalnya, Hatim diriwayatkania memberi
seseorang seekor unta, periwayatan lain ia memberi seekor kuda dan riwayat lain
pula ia memberi hadiah dinar. Maka disimpulkan makna periwayatannya bahwa ia
seorang dermawan.
3. Mutawatir Amali
Sebagian ulama memberikan defenisi mutawatir amali sebagai berikut:
الخبر الذي لم تبلغ نقلته فى ألكثرة مبلغ الخبرالمتواتر سواءٌ كان المخبر واحدا أواثنين أو
ثالثة أو أربعة أو جمسة إلى غير ذلك من األعدادالّتي التشعر بأ ّن اخبر دخل بها في
خبرالمتواتر.
“Khabar yang tiada sampai jumlah banyak pemberitanya kepada jumlah khabar
mutawatir, baik pengkhabar itu seorang, dua, tiga, empat, lima dan seterusnya
dari bilangan-bilangan yang tiada memberi pengertian bahwa khabar itu dengan
bilangan tersebut masuk ke dalam khabar mutawatir.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas maka dapat disimpulkan hadis ditinjau
dari kuantitas dan kualitas sanadnya sebagai berikut :
1. Hadits ditinjau dari segi kuantitasnya dibagi menjadi dua, yaitu hadits
mutawatir dan hadits ahad
2. Hadits mutawatir terbagi menjadi tiga macam yaitu: mutawatir lafzhi,
mutawatir manawi, dan mutawatir amali
3. Sedangkan hadits ahad dibagi menjadi tiga yaitu: masyhur, azis, gharib
(gharib mutlak dan gharib nisbi)
4. Hadits ditinjau dari segi kualitasnya dibagi menjadi tiga, yaitu hadits shahih,
hadits hasan, dan hadits dhaif.
5. Sedangkan pengklasifikasian hadits dhaif berdasarkan cacat pada ke-adil-an
dan ke-dhabit-an rawi dibagi antara lain: hadits maudhu, hadits matruk,
hadits munkar, hadits syadz. Klasifikasi hadits dhaif berdasarkan gugurnya
rawi, terbagi menjadi:hadits muallaq, hadits mudhal, hadits mursal, hadits
munqathi, hadits mudallas.
B. Saran
Dalam penyusunan makalah ini maupun dalam penyajiannya kami selaku
manusia biasa menyadari adanya beberapa kesalahan oleh karena itu kami
mengharapkan kritIk maupun saran bagi kami yang bersifat membantu agar kami
tidak melakukan kesalahan yang sama dalam penyusunan makalah yang akan
datang .
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, Muh. dan M. Mudzakir. 2000. Ulumul Hadis. Bandung: CV. Pustaka
Setia
Al Albani, Muh. Nashiruddin. 2001. Silsilah Hadits Dhaif dan Maudhu.
Diterjemahkan oleh Asad Yasin. Jakarta: Gema Insani.
Anwar, Moh. 1981. Ilmu Musthalah Hadits. Surabaya: Al Ikhlas.
Hassan, A.Qadir. 2002. Ilmu Musthalah Hadits.Bandung: CV. Diponegoro
http://b3npani.wordpress.com/tugas-kuliah/92-2/ (diakses tangga 12 Maret 2014)
http://zulkhulafair.blogspot.com/2012/11/hadist-ditinjau-dari-segi-kuantitas-
dan.html (diakses tangga 12 Maret 2014)