Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

Berbicara Untuk Keperluan Akademik

Mata Kuliah: Bahasa Indonesia


Dosen Pengampu: Meilani Harfika Sari,M.Pd

Disusun Oleh :

1. Enggita Pratistha (21531047)


2. Fahcmi Amar (21531050)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM 1B


FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI CURUP
2021
i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat
menyelesaikan makalah tentang Berbicara Untuk Keperluan Akademik ini
dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya. Dan juga kami
berterima kasih pada Ibu Meilani Harfika Sari.Selaku Dosen mata kuliah
BahasaIndonesia.
     Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka
menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai berbicara untuk
keperluan akademik. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam
makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu,
kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang
telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang
sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi
kami sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon
maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami
memohon kritik dan saran yang membangun dari Anda demi perbaikan
makalah ini di waktu yang akan datang.

Curup, November 2021

Kelompok 11

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.................................................................................i

ii
KATA PENGANTAR..................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................5
A. LATAR BELAKANG.....................................................................................5
B. RUMUSAN MASALAH.................................................................................5
C. TUJUAN MASALAH......................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN............................................................................................6
A. SEMINAR........................................................................................................6
1. Pengertian.......................................................................................................6
2. Klasifikasi Seminar........................................................................................6
3. Pelaksanaan seminar....................................................................................10
B. Pidato..............................................................................................................11
1. Pengertian.....................................................................................................11
2. Jenis-jenis Pidato..........................................................................................11
3. Kerangka Susunan Pidato............................................................................15
C. Brainstorming................................................................................................16
1. Pengertian.....................................................................................................16
2. Karakteristik Brainstroming.........................................................................17
3. Metode Pelaksanaan Brainstorming.............................................................18
4. Aturan dasar dalam Brainstroming..............................................................19
D. Debat...............................................................................................................19
1. Pengertian.....................................................................................................19
2. Penggunaan Debat........................................................................................20
3. Jenis-jenis Debat..........................................................................................20
4. Sikap dan Teknik Berdebat..........................................................................21
BAB III PENUTUP................................................................................................24
A. KESIMPULAN..............................................................................................24
B. SARAN............................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................25

iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Materi ini dilatarbelakangi oleh suatu kenyataan bahwa berbicara sebagai
suatu keterampilan berbahasa diperlukan untuk berbagai keperluan. Kegiatan
Belajar Mengajar (KBM) yang akan lakukan dalam perkuliahan ini berbentuk
simulasi, praktek berbicara yang sesungguhnya, dan pemberian atau
penerimaan umpan balik. Kegiatan tersebut dilakukan secara perorangan,
berpasangan, dan berkelompok.
Kegiatan belajar mengajar diarahkan untuk meningkatkan keterampilan
berbicara secara terpadu, fungsional, dan kontekstual. Artinya, setiap materi
yang diberikan selalu dikaitkan dengan usaha peningkatan keterampilan
berbahasa (menyimak, membaca, dan menulis) dan pengetahuan bahasa
(kosakata dan struktur). Selain itu, agar pengajaran ini bersifat fungsional dan
kontekstual maka materi yang diberikan berupa bahan pengajaran yang betul-
betul bermakna bagi kita sebagai mahasiswa maupun calon guru, seperti
bercerita, berdialog, berpidato/berceramah, dan berdiskusi.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana menyusun bahan berbicara untuk presentasi?
2. Bagaimana berbicara untuk seminar ?
3. Bagaimana menyusun bahan berbicara untuk Pidato?
4. Bagaimana menyusun bahan berbicara untuk Brainsroming?
5. Bagaimana menyusun bahan berbicara untuk Debat ?

C. TUJUAN MASALAH
1. Untuk mengetahui apa konsep tentang berbicara.
2. Untuk mengetahui bagaimana menganalisis situasi dan pendengar.
3. Untuk mengetahui bagaimana menyusun bahan berbicara untuk
Presentasi, Semnar, Pidato, Brainstroming dan Debat.

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. SEMINAR

1. Pengertian
Seminar adalah kegiatan yang memungkinkan hadirnya informasi atau
temuan baru yang dilakukan mahasiswa dengan bimbingan seorang guru besar
atau ahli dalam membahas suatu masalah. Dalam kehidupan sehari-hari,
seminar itu suatu kegiatan yang dilakukan dalam  membahas suatu persoalan
dari segi tertentu atau dari berbagai segi oleh ahli dalam persoalan itu atau
yang meminatinya.
Kegiatan seperti ini biasanya disebut diskusi dengan adanya seorang
pembicara yang mengupas permasalahan menurut pandangan dan
pemahamannya. kemudian pandangan ini dibahas atau ditanggapi oleh peserta
lain  hingga dibuat suatu kesimpulan akhir.
Menurut Para Ahli Seminar yaitu :

a. Moir (1979) Seminar berasal dari kata seminarium = Petak Benih.


b. Lindsay (1986:67) “Seminar : pertemuan Mahasiswa untuk membahas
hasil penelitian secara resmi dan tak resmi.
c. Kirkpatrick (1980:662) dalam Chamber’s Universal Learner’s
Dictionary, seminar: Pertemuan antara para siswa dan seorang tutor
disebuah sekolah untuk mendiskusikan atau mempelajari suatu pokok
persoalan khusus.
d. KBBI (2003:810) Seminar: pertemuan atau persidangan untuk
membahas suatu masalah dibawah pimpinan ketua sidang yang
biasanya guru besar, ahli dan sebagainya.

2. Klasifikasi Seminar
Berdasarkan keefektifitasnya, seminar dapat diklasifikasikan ke dalam dua
kategori, yaitu seminar yang efektif dan seminar yang tidak efektif. Dalam seminar
yang tidak efektif, meskipun pada akhirnya pendengar memberikan penghargaan
dengan tepuk tangan yang gemuruh, pendengar yang sama mungkin keluar dari
ruangan sambil bertanya pada diri sendiri, apa yang seharusnya dilakukan agar waktu
yang baru saja berlalu dapat dimanfaatkan lebih baik lagi. Sebaliknya, seminar yang
efektif merupakan wahana komunikasi dua arah (timbal balik) dan bermanfaaat bagi
penyaji maupun pendengarnya.
1. Seminar yang tidak efektif
Menurut praktisi, alasan utama terjadinya seminar tidak efektif
adalah penyaji yang menganggap ringan upaya-upaya yang perlu
dilakuakn untuk menghasilkan seminar yang efektif, atau dengan kata

6
lain penyaji kurang mempersiapkan diri dengan baik. Untuk menjadi
penyaji yang efektif, penyaji harus banyak belajar. Bahkan upaya-
upaya yang lebih luas perlu dilakukan untuk menentukan pilihan topik
yang diminati. Penyaji membutuhkan kemampuan untuk meramu
teknik beerbicara dengan penyajian yang baik, termasuk penggunaan
alat peraga.
2. Seminar yang efektif
Definisi sseminar yang lebih bebas adalah seminar merupakan
pertemuan untuk pertukaran ide dalam bidang tertentu. layak dicatat
bahwa kata pertukaran berarti memberi dan menerima secara
berbalasan. Dengan kata lain, seminar harus member manfaat baik bagi
penyaji maupun pendengar. Namun, hal ini hanya akan terjadi bila
peserta mendengarkan dan mengerti. Oleh karena itu, komunikasi akan
sangat bergantung pada topik ilmiah penyaji dan teknik penyajian.
- Penyaji yang efektif
Penyaji yang efektif adalah orang yang mampu membuat
penyajiannya vital dan bebas dari unsur-unsur pengganggu.
Kriteria ini mampu membuat penyaji mempertahankan suasana
atau hubungan komunikatif antara penyaji dengan pendengarnya.
- Menyiapkan seminar
Tahap pertama yang dilakukan adalah menata informasi dalam
bentuk outline, kemudian mengembangkan liputannya dalam
bentuk kerangka konsep naratif dengan menata seluruh ide secara
kronologis dan sistematis.
Setelah alur ide tersusun, tahap berikutnya adalah
menyisipkan data/fakta/ringkasan informasi yang akan
disampaikan. Apabila konsep naratif telah dikembangkan, maka
saatnya untuk berpikir alat peraga (visual aids) yang akan
digunakan untuk menggambarkan informasi tersebut. Alat peraga
yang paling sederhana dan umum digunakan adalah slide dan
OHP transparansi; atau pada era saat ini adalah dengan langsung
menggunakan komputer yang dilengkapi dengan transformator-
proyektor; dengan programnya antara lain Microsoft power point.
- Alat Bantu Peraga (visual aids)
Alat bantu peraga (ABP) memiliki peranan penting dalam
menentukan keberhasilan suatu penyajian dan oleh karena itu
diperlukan persiapan yang matang serta hati-hati dalam
pembuatan ABP. Alat bantu peraga dapat membantu mencapai
hasil yang diharapkan apabila:

7
 Mampu menjelaskan ide yang terkandung dalam materi
pembahasan
 Mampu menekankan topik-topik yang ingin disampaikan
 Meningkatkan minat dan perhatian peserta seminar
Alat bantu peraga yang tidak memenuhi kriteria tersebut,
mungkin hanya akan membuat peserta seminar mengalihkan
perhatiannya atau bahkan tertidur. Berbagai jenis ABP yang
paling umum digunakan adalah slide dan transparansi, karena
dianggappaling murah, ketersediaan bahan mudah didapat,
pembuatannya mudah dan praktis. Peralatan yang lebih canggih
adalah computer dan perlengkapannya, dengan program khusus
untuk penyajian, misalnya MS. Power Point. Namun, selain
mahal dan membutuhkan keterampilan dalam operasionalnya, tak
semua institusi memiliki peralatan ini, sehingga tidak menjadi
praktis. Dalam pembuatan ABP sendiri ada beberapa hal yang
perlu diperhatikan, yaitu:
a. Besar-kecilnya huruf/angka yang digunakan
b. Tata letak kalimat
c. Tabel dan grafik
d. Kombinasi warna (jika digunakan), dan juga
e. Intensitas cahaya dalam ruang seminar

 Kemampuan Yang Diperlukan Dalam Seminar yaitu:

Menurut Parera (1988:185) ada 2 kemampuan yang diperlukan dalam


mengikuti  diskusi seminar yaitu; kemampuan mengemukakan  pendapat
dengan baik dan  kemampuan mengemukakan  pendapat secara analisis,
logis, dan sistematis.
1) Kemampuan mengemukakan pendapat dengan baik yaitu kemampuan
berbahasa orang yang mengikuti seminar (kecuali jika hanya menjadi
pendengar budiman) baik penyaji, moderator, maupun peserta harus
mampu menggunakan bahasa yang dijadikan sebagai alat komunikasi
dengan baik, tepat dan seksama.
2) Kemampuan mengemukakan pendapat secara analisis, logis dan
sistematis yaitu:
a. Secara analisis berarti   mengutarakan pendapat secara sistematis dan
teratur, serta diperlukan pendalaman penguasaan masalah, kebiasaan
mengemukakan pendapat secara langsung dan tidak bertele-tele, dan
kemampuan menganalisis masalah atau gagasan secara terperinci dan
teratur.

8
b. Secara logis berarti mengemukakan pendapat secara masuk akal.
Pendapat secara masuk akal ditandai dengan adanya fakta, data, dan
informasi yang kuat untuk mendukung pendapat, sehingga pendapat
yang dikemukakan itu benar-benar dapat meyakinkan pendengar.
c. Secara sistematis berarti mengemukakan pendapat dengan urutan
yang jelas, didukung oleh data-data, fakta-fakta, dan informasi yang
kuat untuk mendukung pendapat sehingga pendapat tersebut dapat
meyakinkan pendengar.

3. Pelaksanaan seminar
Berhasil tidaknya suatu  kegiatan seminar ditentukan oleh pihak-pihak
yang terlibat dalam seminar tersebut, seperti; penyaji, moderator,
penulis/notulis, dan peserta.
1) Tugas Penyaji
a. Menyajikan makalah, Penyaji boleh membacakan makalah .
b. Mendengarkan Tanggapan Peserta, Penyaji sebaiknya mencatat
tanggapan, sanggahan, usulan, saran, dan pertanyaan dari peserta.
c. Mengemukakan Jawaban dan Tangkisan, Penyaji berupaya
memberikan jawaban untuk setiap tanggapan, usul, saran, pertanyaan
peserta dan mengemukakan tangkisan yang logis terhadap sanggahan
yang dikemukakan peserta pada setiap termin dengan jelas dan
mantap.
d. Ikut Menyimpulkan Hasil Seminar.
Penyaji sebaiknya ikut menyimpulkan hasil seminar supaya
rumusannya lebih baik, sebab penyaji lebih menguasai masalah
pembicaraan.
2) Tugas moderator
Moderator adalah pimpinan sidang diskusi yang mengatur jalannya
seminar, karenanya peran dan tugas moderator juga sangat menentukan
dinamika dan kelancaran seminar. Adapun tugas-tugas moderator adalah:
1. Membuka Kegiatan Seminar.
2. Menjaga Ketertiban Seminar.
3. Membuat Kesimpulan.
4. Menutup Diskusi Seminar   
3) Tugas penulis/notulis
a. Mencatat Diskusi Seminar
b. Membantu Moderator
c. Mencatat Hasil Seminar.
4). Tugas peserta

9
Tugas peserta seminar adalah menyimak sajian penyaji dari awal
hingga akhir kegiatan seminar dan mengajukan tanggapan, sanggahan,
usul, saran, dan pertanyaan yang relevan  dengan masalah
pembicaraan dengan penuturan yang baik pada termin-termin diskusi.
Peserta yang baik adalah peserta yang memenuhi syarat berikut:
a) Dapat mengikuti tata tertib seminar.
b) Dapat menyimak uraian penyaji dengan penuh perhatian.
c) Dapat menunjukkan solidaritas dan partisipasi yang tinggi, serta
dapat menghindarkan emosi dan berprasangka buruk.
d) Dapat mengemukakan usul, sugesti, pendapat, atau informasi yang
berhubungan dengan pemecahan masalah.
e) Tidak mengemukakan pertanyaan atau komentar yang tidak layak.
f) Tidak berbicara berbelit-belit ketika mengemukakan tanggapan

B. Pidato

1. Pengertian
Pidato adalah suatu ucapan dengan susunan yang baik untuk disampaikan
kepada orang banyak. Pidato juga berarti kegiatan seseorang yang dilakukan di
hadapan orang banyak dengan mengandalkan kemampuan bahasa sebagai
alatnya. Berpidato pada dasarnya merupakan kegiatan mengungkapkan pikiran
dalam bentuk kata-kata (lisan) yang ditujukan kepada orang banyak dalam
sebuah forum. Seperti pidato kenegaraan, pidato menyambut hari besar, pidato
pembangkit semangat, pidato sambutan acara atau event, dan lain sebagainya.

Menurut Emha Abdurrahman dalam bukunya tehnik dan pedoman


berpidato, pidato adalah penyampaian uraian secara lisan tentang sesuatu hal
(masalah) dengan mengutarakan keterangan sejelas-jelasnya di hadapan massa
atau orang yang banyak pada suatu waktu tertentu. Namun, dalam abad modern
ini saluran-saluran berpidato tidak terbatas kepada pidato secara langsung di
depan massa melainkan bisa menggunakan saluran-saluran lain, misalnya
pidato di saluran radio, saluran televisi, atau rekaman pada kaset.

2. Jenis-jenis Pidato
 Berdasarkan sifat dan Isi Pidato, jenis-jenis Pidato dibedakan atas:
a. Pidato Pembukaan, adalah pidato singkat yang dibawakan oleh
pembaca acara atau mc (master of ceremony).
b. Pidato Pengarahan adalah pidato untuk mengarahkan pada suatu
pertemuan.

10
c. Pidato Sambutan adalah pidato yang disampaikan pada suatu acara
kegiatan atau peristiwa tertentu yang dapat dilakukan oleh beberapa
orang dengan waktu yang terbatas secara bergantian.
d. Pidato Peresmian adalah pidato yang dilakukan oleh seseorang yang
berpengaruh ketika akan meresmikan sesuatu.
e. Pidato Laporan adalah pidato yang isinya adalah melaporkan suatu
tugas atau kegiatan.
f. Pidato Pertanggungjawaban adalah pidato yang berisi suatu laporan
pertanggungjawaban terhadapa suat kegitan tertentu.
 Berdasarkan ada tidaknya persiapan yang dilakukan
sebelum melakukan pidato, jenis-jenis pidato dibedakan atas:
a. Pidato Impromptu (serta merta) yaitu pidato yang dilakukan secara
tiba-tiba, spontan, tanpa persiapan sebelumnya. Misalkan apabila
seseorang menghadiri pesta dan tiba-tiba dipanggil untuk
menyampaikan pidato maka pidato yang disampaikan itu adalah
pidato jenis impromptu.
Keuntungan :

 Lebih mengungkapkan perasaan pembicara yang sebenarnya,


karena pembicara tidak sempat lebih dalam memikirkan apa yang
akan ia sampaikan.
 Gagasan datang secara spontan, sehingga tampak segar dan hidup.
 Memungkinkan Pembicara terus berpikir.
Kerugian :

 Dapat menimbulkan kesimpulan yang mentah, karena dasar


pengetahuan yang tidak memadai.
 Mengakibatkan penyampaian yang tidak lancar dan tersendat-
sendat.
 Biasanya gagasan yang disampaikan bisa acak-acakan dan
ngawur.
 Pembicara kemungkinan besar biasanya demam panggung.
b. Pidato Manuskrip yaitu pidato dengan naskah. Di sini tidak berlaku
istilah ‘menyampaikan pidato’ tapi ‘membacakan pidato’. Karena
pembicara akan membacakan pidato dari awal sampai akhir. Jenis
pidato ini sangat perlu dilakukan, jika isi pidato yang akan
disampaikan tidak boleh terdapat kesalahan. Misalnya, ketika
seseorang diminta untuk melaporkan keadaan keuangan, berapa
pemasukan, dari mana saja sumbernya, dan berapa pengeluaran serta
untuk apa uang dikeluarkan, orang tersebut perlu menuliskannya
dalam bentuk naskah dan baru kemudian membacakannya. Manuskrip

11
juga sangat dibutuhkan oleh tokoh nasional, sebab kesalahan sedikit
saja dapat menimbulkan kekacauan nasional.
Keuntungan :

 Kata-kata dapat dipilih sebaik-baiknya sehingga dapat


menyampaikan arti yang tepat dan pernyataan yang gamblang,
 Pernyataan dapat dihemat, karena manuskrip dapat disusun
kembali,
 Kefasihan bicara dapat dicapai karena kata-kata sudah
disiapkan,
 Hal-hal yang ngawur atau menyimpang dapat dihindari,
 Manuskrip dapat diterbitkan atau diperbanyak.
Kerugian :

 Komunikasi pendengar akan berkurang karena pembicara tidak


berbicara langsung kepada mereka,
 Pembicara tidak dapat melihat pendengar dengan baik karena ia
lebih berkonsentrasi pada teks pidato, sehingga akan kehilangan
gerak dan bersifat kaku,
 Umpan balik dari pendengar tidak dapat mengubah,
memperpendek atau memperpanjang pesan,
 Pembuatannya lebih lama.
c. Pidato Memoriter yaitu pesan pidato yang ditulis dalam bentuk
naskah kemudian dihapalkan kata demi kata.
Keuntungan :

 Kata-kata dapat dipilih sebaik-baiknya karena memiliki persiapan


yang baik,
 Jika mampu menghapalnya pidato akan lancar,
 Gerak dan isyarat yang diintegrasikan dengan uraian.
Kerugian :

 Pidato tampak datar dan monoton, sehingga pembicara tidak akan


mampu menarik perhatian hadirin,
 Komunikasi pendengar akan berkurang karena pembicara beralih
pada usaha untuk mengingat kata-kata,
 Memerlukan banyak waktu persiapan.
d. Pidato Ekstemporan yaitu pidato yang telah dipersiapkan
sebelumnya berupa garis-garis besar (outline) dan pokok penunjang
pembahasan (supporting points), tetapi pembicara tidak berusaha
mengingatnya kata demi kata. Pidato jenis ini adalah pidato yang
paling baik dan paling sering digunakan oleh pembicara yang telah

12
mahir dan berpengalaman. Out-line hanya merupakan pedoman untuk
mengatur gagasan yang ada dalam pikiran pembicara.
Keuntungan :

 Komunikasi pendengar dan pembicara lebih baik karena


pembicara berbicara langsung kepada pendengar atau
khalayaknya,
 Pesan dapat fleksibel untuk diubah sesuai dengan kebutuhan dan
penyajiannya lebih spontan.
Kerugian :

 Memerlukan latihan yang intensif bagi pembicaranya


 Kemungkinan menyimpang dari garis besar besar sangat besar,
 Kefasihan bias terhambat karena kesukaran memilih kata-kata
 Berdasarkan tujuan pokok pidato yang disampaikan, jenis-jenis pidato
dibedakan atas:
a. Pidato Informatif (memberitahu/mengabarkan)adalah pidato yang
tujuan utamanya untuk menyampaikan informasi agar orang menjadi
tahu tentang sesuatu. Reaksi yang diinginkan adalah adanya
pengertian dan pemahaman pendengar atas informasi yang
disampaikan.
b. Pidato Persuasif (mendorong/mengajak) adalah pidato yang tujuan
utamanya membujuk atau mempengaruhi orang lain agar mau
menerima ajakan yang disarankan secara sukarela bukan dengan sukar
rela. Reaksi yang diinginkan adalah membangkitkan emosi agar
pendengar dapat menyutujui atau meyakini dan mungkin
membangkitkan timbulnya tindakan tertentu pada pendengar.
c. Pidato Rekreatif (menghibur) adalah pidato yang tujuan utamanya
adalah menyenangkan atau menghibur orang lain. Reaksi yang
diinginkan adalah terhiburnya pendengar sehingga muncul suatu
kegembiraan.
Namun demikian, perlu disadari bahwa dalam kenyataannya ketiga
jenis pidato ini tidak dapat berdiri sendiri, melainkan saling melengkapi
satu sama lain. Perbedaan di antara ketiganya semata-mata hanya terletak
pada titik berat (emphasis) tujuan pokok pidato.

3. Kerangka Susunan Pidato


Skema susunan suatu pidato yang baik :

1) Pembukaan dengan salam pembuka,


2) Pendahuluan yang sedikit menggambarkan isi

13
3) Isi atau materi pidato secara sistematis : maksud, tujuan, sasaran,
rencana, langkah, dll.
4) Penutup (kesimpulan, harapan, pesan, salam penutup, dll)

C. Brainstorming

1. Pengertian
Brainstorming sudah lama dikenal sebagai teknik untuk menghasilkan
gagasan dan ide kreatif sebanyak mungkin dalam sebuah kelompok. Pada
dasarnya brainstorming adalah salah satu bentuk diskusi kelompok atau
musyawarah yang bertujuan untuk mencari solusi masalah. Masing-masing
anggota kelompok dituntut untuk menyampaikan ide-ide kreatif secara
spontan dalam sebuah sesi khusus. Penggalian ide-ide itu merupakan bagian
dari proses problem solving atau lebih tepatnya tahap pengumpulan gagasan
sebagai bahan untuk memecahkan masalah dalam kelompok tersebut.     
Teknik brainstorming pertama kali dicetuskan oleh Alex Osborn pada
tahun 1953 dalam bukunya Applied Imagination. Penggalian ide dengan 
teknik ini bermula dari pemikiran Osborn yang menganggap bahwa aliran ide
spontan yang muncul dari banyak orang lebih baik daripada gagasan seorang
diri. Brainstorming mengacu pada penggalian ide berdasarkan kreativitas
berpikir manusia. Peserta diskusi bebas menyampaikan pendapat tanpa rasa
takut terhadap kritik dan penilaian sebab selama tahap pengumpulan ide
semua gagasan akan ditampung tanpa memberi label ide baik atau ide buruk.
Proses diskusi dan evaluasi baru dimulai ketika semua ide telah
tergali habis dan tidak ada lagi gagasan menarik yang ingin disampaikan oleh
anggota kelompok. Selain format kelompok, metode curah gagasan ini juga dapat
dilaksanakan secara individual. Di sini individu bebas mengeksplorasikan ide-
idenya yang dituangkan dalam bentuk mind map. Meskipun cara ini cocok
diterapkan bagi pribadi introvert yang sering kesulitan mengemukakan
pendapatnya di muka umum, namun brainstorming secara kelompok dinilai
lebih efektif karena ide dari banyak orang akan memperluas cakupan
pemikiran serta lebih banyak gagasan yang muncul secara spontan.   

2. Karakteristik Brainstroming
Saat ada permasalahan yang memerlukan solusi cemerlang atau saat
merencanakan ide kegiatan yang menarik, teknik brainstorming sangat efektif
digunakan. Namun, banyak yang kurang memahami point penting yang
merupakan nilai lebih penggunaan metode brainstorming. Berikut ini 7
(tujuh) karakteristik dalam brainstorming:
a) Ide Tanpa Batas

14
Dalam mengumpulkan ide-ide dari kelompok, semua pendapat diterima. Tak
ada yang boleh mengkritik, menyanggah atau melewatkan satu ide pun.
Segila apapun ide itu, entah logis atau tidak logis, semua diterima. Jangan
biarkan satu orangpun ragu untuk mengungkapkan setiap ide yang terlintas di
kepala mereka. Siapa tahu solusi jitu yang dicari berawal dari sebuah ide
yang dianggap aneh atau tak masuk akal.
b) Batasi Waktu
Waktu yang terbatas akan membuat pikiran bekerja lebih keras. Batasi proses
brainstorming dengan singkat, sekitar 10 sampai 20 menit. Pastikan
brainstorming dimulai dan diakhiri tepat waktu. Singkatnya waktu juga
penting untuk mengurangi candaan yang tidak perlu, meskipun tidak dilarang.
Karena ide cemerlang kadang keluar saat kita mencari ide yang konyol untuk
bercanda.
c)   Catat

Yang tak boleh tertinggal dalam brainstorming adalah satu orang yang cukup
cekatan untuk mencatat semuanya. Semua usulan yang masuk wajib dicatat.
Lebih baik jika catatan dibuat dengan model “mind maping” sehingga pada
akhirnya mudah di riview dan diambil kesimpulan. Jangan ragu untuk
mencatat dengan alat yang paling kamu anggap efektif. Misalnya white
board, lembaran kertas kecil, notebook, atau bahkan merekamnya.
d) Utamakan Kuantitas, Bukan Kualitas
Tujuan utama brainstorming adalah mencari ide sebanyak mungkin. Jangan
berhenti sejenak untuk melihat dan menilai ide-ide yang telah terkumpul.
Prinsipnya, semakin banyak ide yang masuk, semakin besar kemungkinan
salah satu dari ide-ide itu adalah solusi yang paling cemerlang.
e) Gunakan Kedua Belah Otak
Orang yang sedang berpikir serius biasanya hanya menggunaka otak kiri. Di
sisi lain, ide kreatif memerlukan otak kanan. Itulah pentingnya tak ada
larangan untuk bercanda, asal porsinya tak terlalu banyak. Cara mencatat ide
yang terkumpul dengan pena berwarna dan format menarik juga merangsang
kerja otak kanan kita.
f) Have Fun
Sangat penting membuat suasana saat brainstorming tetap menyenangkan.
Makanya seorang pemimpin diskusi harus mampu mengawali diskusi dengan
sesuatu yang membuat suasana menyenangkan.
g) Jangan terlewatkan
Seaneh apapun ide itu, sekalipun seperti tak ada hubungannya dengan
masalah yang dibahas, jika memang terlintas di pikiran jangan sampai tidak
disampaikan. Keragu-raguan untuk mengungkapkan ide yang terlintas akan
beresiko membuat ide bagus terlewatkan

15
3. Metode Pelaksanaan Brainstorming
Menurut Dra.Roestiyah, (2008:73-75) penggunaan metode ini dengan
mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:
a) Adanya masalah yang jelas untuk dipecahkan
b) Mencari data atau keterangan yang dapat digunakan untuk
memecahkan masalah tersebut
c) Menetapkan jawaban sementara dari masalah tersebut
d) Menguji kebenaran jawaban sementara tersebut
e) Menarik kesimpulan

Brainstorming acapkali diterapkan dalam format diskusi kelompok


yang terdiri dari fasilitator (moderator), recorder (notulen), dan peserta
diskusi. Fasilitator bertugas untuk mengatur aliran ide-ide dari peserta serta
memandu jalannya diskusi itu secara menyeluruh. Sementara itu, recorder
akan mencatat semua ide-ide kreatif yang muncul pada saat sesi
brainstorming. Idealnya, jumlah peserta diskusi berkisar antara 10-12 orang.
Apabila peserta diskusi terlalu banyak dikuatirkan akan memakan waktu yang
cukup panjang untuk menggali ide-ide dari semua peserta.

4. Aturan dasar dalam Brainstroming


Terdapat empat aturan dasar dalam Brainstorming , yaitu:

a) Focus on quantity atau fokus pada kuantitas. Asumsi yang berlaku disini
adalah semakin banyak ide yang dihasilkan, semakin besar pula
kesempatan untuk menghasilkan solusi yang radikal dan efektif.
b) Withhold criticism atau penundaan kritik. Dalam Brainstorming, kritikan
atas ide yang muncul akan ditunda. Penilaian dilakukan di akhir sesi, hal
ini untuk membuat para siswa merasa bebas untuk memunculkan berbagai
macam ide selama pembelajaran berlangsung.
c) Welcome unusual ideas atau sambutan terhadap ide yang tak biasa. Ide
yang tak biasa muncul disambut dengan hangat. Bisa jadi, ide yang tak
biasa ini merupakan solusi masalah yang akan memberikan perspektif
yang bagus untuk kedepannya.
d) Combine and improve ideas atau kombinasikan dan perbaiki ide-ide. Ide-
ide yang bagus dapat dikombinasikan menjadi satu ide yang lebih baik.

D.Debat

1. Pengertian
Debat merupakan kegiatan adu argumentasi antara dua pihak atau lebih,
baik secara perorangan maupun kelompok, dalam mendiskusikan dan

16
memutuskan masalah dan perbedaan. Secara formal, debat banyak dilakukan
dalam institusi legislatif seperti parlemen, terutama di negara-negara yang
menggunakan sistem oposisi. Dalam hal ini, debat dilakukan menuruti aturan-
aturan yang jelas dan hasil dari debat dapat dihasilkan melalui voting atau
keputusan juri

2. Penggunaan Debat
Dalam masyarakat demokratis,debat memegang peranan penting
anatara lain :

a) Dalam perundang-undangan
b) Dalam politik
c) Dalam perusahaan atau bisnis
d) Dalam hukum dan
e) Dalam pendidikan .

3. Jenis-jenis Debat
Berdasarkan bentuk,maksut,dan metode-nya maka debat dapat'
diklasifikasikan atas tipe-tipe atau kategori, yaitu :

a) Debat Parlementer / Majelis ( assembly or parlementary debating )


Adapun maksud dan tujuan majelis ialah untuk memberi dan
menambahi dukungan bagi suatu undang-undang tertentu dan semua
anggota yang ingin menyatakan pandangan dan pendapatnya pun
berbicara mendukung atau menentang usul tersebut setelah mendapat izin
dari majelis .
b) Debat Pemeriksaan ulangan untuk mengetahui kebenaran
pemeriksaan terdahulu (cross-examination debating).
Adapun maksud dan tujuan perdebatan ini ialah mengajukan
serangkaian pertanyaan yang satu sama lain erat berhubungan,yang akan
menyebabkan para individu yang ditanya menunjang posisi yang hendak
ditegakkan dan diperkokoh oleh sang penanya.
c) Debat Formal,Konvesional,atau Debat Pendidikan (
Formal,Conventional,or Educational debating )

Tujuan debat formal adalah memberi kesempatan bagi dua tim pembicara
untuk mengemukakan kepada para pendengar sejumlah argument yang
menunjang atau yang membantah suatu usul . Setiap pihak diberi jangka waktu
yang sama bagi pembicara-pembicara konstruktif dan bantahan .
Ketiga tipe ini dipergunakan disekolah-sekolah dan perguruan
tinggi,tetapi debat parlementer merupakan ciri badan-badan legislatif . Debat

17
pemeriksaan ulangan adalah suatu teknik yang dikembangkan dikantor-kantor
pengadilan,dan debat formal didasarkan pada konversi-konversi debat bersama
secara politis.

4. Sikap dan Teknik Berdebat


Para anggota debat yang tidak berpengalaman sering kali menimbulkan
kebencian para pendengar karena sifat mereka suka bertengkar,suka
bercekcok,dan menganggap dirinya selalu benar. Seorang pendebat haruslah
bersifat rendah hati, wajar,ramah,dan sopan tanpa kehilangan kekuatan dalam
argument-argumennya . Dia harus menghindarkan pernyataan yang berlebih-
lebihan terhadap kasusnya dan mempergunakan kata-kata dan ekspresi-
ekspresi yang samar-samar yang tidak dikehendaki oleh faktanya ,dengan
perkataan lain justru tidak menunjang kasus yang dikemukakannya .

 Norma-norma dalam berdebat :


Bila kita ingin mencapai tujuan yang sebenarnya harus sesuatu
perdebatan,maka mau tidak mau haruslah ditunjang dengan sebaik-baiknya
oleh beberapa hal.
Semua pembicara hendaklah memiliki :
a. Pengetahuan yang sempurna mengenai pokok pembicaraan;
b. Kompetensi atau kemampuan menganalisis;
c. Pengertian mengenai prinsip-prinsip argumentasi;
d. Apresiasi terhadap kebenaran fakta-fakta;
e. Kecakapan menemukan buah pikiran yang keliru dengan penalaran;
f. Keterampilan dalam pembuktian kesalahan ;
g. Pertimbangan dalam persuasi;
h. Keterarahan,kelancaran,dan kekuatan dalam cara atau penyampaian
pidato.
 Debat Kompetitif
Debat kompetitif adalah debat dalam bentuk permainan yang biasa
dilakukan ditingkat sekolah dan universitas. Dalam hal ini, debat dilakukan
sebagai pertandingan dengan aturan ("format") yang jelas dan ketat antara
dua pihak yang masing-masing mendukung dan menentang sebuah
pernyataan. Debat disaksikan oleh satu atau beberapa orang juri yang ditunjuk
untuk menentukan pemenang dari sebuah debat. Pemenang dari debat
kompetitif adalah tim yang berhasil menunjukkan pengetahuan dan
kemampuan debat yang lebih baik.
 Debat Kompetitif dalam Pendidikan
Tidak seperti debat sebenarnya di parlemen, debat kompetitif tidak
bertujuan untuk menghasilkan keputusan namun lebih diarahkan untuk

18
mengembangkan kemampuan-kemampuan tertentu di kalangan pesertanya,
seperti kemampuan untuk mengutarakan pendapat secara logis, jelas dan
terstruktur, mendengarkan pendapat yang berbeda, dan kemampuan
berbahasa asing (bila debat dilakukan dalam bahasa asing).
Namun, beberapa format yang digunakan dalam debat kompetitif
didasarkan atas debat formal yang dilakukan di parlemen. Dari sinilah muncul
istilah "debat parlementer" sebagai salah satu gaya debat kompetitif yang
populer. Ada berbagai format debat parlementer yang masing-masing
memiliki aturan dan organisasinya sendiri.
Kejuaraan debat kompetitif parlementer tingkat dunia yang paling
diakui adalah World Universities Debating Championship (WUDC) dengan
gaya British Parliamentary di tingkat universitas dan World Schools Debating
Championship (WSDC) untuk tingkat sekolah menengah atas.
Kompetisi debat bertaraf internasional umumnya menggunakan bahasa
Inggris sebagai pengantar. Tidak ada bantuan penerjemah bagi peserta
manapun. Namun, beberapa kompetisi memberikan penghargaan khusus
kepada tim yang berasal dari negara-negara yang hanya menggunakan bahasa
Inggris sebagai bahasa kedua (English as Second Language - ESL).
Negara-negara yang terkenal dengan tim debatnya antara lain Inggris,
Australia, Irlandia, dan Amerika Serikat. Di Asia, negara yang dianggap
relatif kuat antara lain Filipina dan Singapura.
 Debat Kompetitif di Indonesia
Di Indonesia, debat kompetitif sudah mulai berkembang, walaupun
masih didominasi oleh kompetisi debat berbahasa Inggris. Kejuaraan debat
parlementar pertama di tingkat universitas adalah Java Overland Varsities
English Debate(JOVED) yang diselenggarakan tahun 1997 di Universitas
Katolik Parahyangan, Bandung, dan diikuti oleh tim-tim dari berbagai
wilayah di P. Jawa.
Kejuaraan debat se-Indonesia yang pertama adalah Indonesian
Varsity English Debate(IVED) 1998 di Universitas Indonesia. Hingga kini
(2006), kedua kompetisi tersebut diselenggarakan setiap tahun secara
bergilir di universitas yang berbeda.
Sejak 2001, Indonesia telah mengirimkan delegasi ke WSDC.
Delegasi tersebut dipilih setiap tahunnya melalui Indonesian Schools
Debating Championship(ISDC) yang diselenggarakan oleh Departemen
Pendidikan Nasionalbekerjasama dengan Association for Critical Thinking
(ACT).

19
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Berdasarkan latar belakang dan pembahasan dalam makalah ini, maka
dapat disimpulkan bahwa :
1. Seminar adalah kegiatan yang memungkinkan hadirnya informasi atau
temuan baru yang dilakukan mahasiswa dengan bimbingan seorang guru
besar atau ahli dalam membahas suatu masalah.
2. Pidato adalah suatu ucapan dengan susunan yang baik untuk disampaikan
kepada orang banyak. Pidato juga berarti kegiatan seseorang yang
dilakukan di hadapan orang banyak dengan mengandalkan kemampuan
bahasa sebagai alatnya.
3. Brainstorming adalah teknik untuk menghasilkan gagasan dan ide kreatif
sebanyak mungkin dalam sebuah kelompok.
4. Debat merupakan kegiatan adu argumentasi antara dua pihak atau lebih,
baik secara perorangan maupun kelompok, dalam mendiskusikan dan
memutuskan masalah dan perbedaan.

B. SARAN
Penulis menyadari akan kekurangan bahan dari materi makalah ini jadi
penulis menyarankan apabila terdapat kekurangan atau isi dari makalah ini
maka saran – saran kritik dari pembaca adalah penutup dari semua kekurangan
kami dan menjadikan semua itu guna menjadi bahan acuan untuk memotivasi
dan menyempurnakan makalah kami

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2008. Pengertian Pidato, Tujuan, Sifat, Metode, Susunan dan Persiapan Pidato
Sambutan.http://organisasi.org/pengertian-pidato-tujuan-sifat-metode-susunan-
dan-persiapan-pidato-sambutan (diakses tanggal 4 Mei 2010)

Anonim. 2010. Jenis Pidato. http://archevn.host22.com/page4.html (Diakses tanggal 4 Mei


2010)

20
Arsjad, Maidar G dan Mukti U.S. 1991. Pembinaan Kemampuan Berbicara Bahasa
Indonesia. Bandung: Erlangga https://id.wikipedia.org/wiki/Debat.
(diakses tanggal 15 Mei 2016)

Ismi, Saprijal.2012. Seminar Bahasa Indonesia. http://saprijalismi.blogspot.co.id.


( Diakses pada tanggal 15 Mei 2016)

Kelas Dua Ge.2012. “Makalah Debat Keterampilan Berbahasa”.Dalam


http://http://kduage.blogspot.co.id/p/debat_21.html. (diakses tanggal 15
Mei 2016)

Kerf, Gorys, 1993 Komposisi. Flores Nusa Indah


Octarina,Emilda.2013.Presentasi,Seminar,danPidato.
http://emildaoctarina.blogspot.co.id. (Diakses pada tanggal 15 Mei 2016)

Roestiyah. 2001. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta

Trigan, Henry Guntur. 1993. Berbicara. Bandung : Angkasa

21

Anda mungkin juga menyukai