Disusun Oleh:
Dalam buku ini penulis menjelaskan pembagian suatu khabar jika dilihat
dari sampainya hadist tersebut kepada kita,ada dua macam yaitu:
1. Jika sebuah hadist memiliki beberapa jalur yang jumlahnya tidak terbatas
pada jumlah tetentu, maka disebut mutawatir
2. Jika sebuah hadist memiliki jalur yang terbatas dengan jumlah
tertentu,maka disebut ahad.
Masing-masing, apakah itu mutawatir atau ahad, memiliki subbagian dan
detail seperti yang dijelaskan di bawah ini
KHABAR MUTAWATIR
Dalam buku ini,penulis menjelaskan definisi hadits mutawatir,syarat-syarat hadits
mutawatir, hukum hadits mutawatir, pembagian mutawatir,keberadaan hadits
mutawatir,dan kitab-kitab yang populer.
1. DEFINISI
a. Menurut bahasa: Isim fa'il, pecahan tawatara, yang berarti tataba'a
(berjajar). Dikatakan tawatara al-mathar, artinya hujan terus menerus.
b. Menurut istilah: Sebuah hadits yang diriwayatkan oleh banyak orang
(perawi) menurut kebiasaan yang mustahil mereka sepakat untuk
berbohong. Definisi tersebut mengacu pada sebuah hadits atau pesan
yang diriwayatkan oleh banyak perawi di setiap tingkat rantai
(thabaqat) yang, melalui akal sehat dan kebiasaan (para perawi), setuju
untuk mengkontradiksi cerita tersebut
Sejarah munculnya teori ini secara bertahap dari satu wacana ilmiah
ke wacana ilmiah lainnya. Menurut Husein Hansu, munculnya teori
muwatitir dapat dikatakan bermula dari wacana ilmiah teologi Islam (Ilm
al-Kalam) pada abad kedua hijriyah , meskipun teori itu sendiri tidak lagi
digunakan dalam konsep-konsep teologis. kemudian digunakan dalam
metodologi Hukum Islam (Ushul al-Fiqh). Akhirnya, Ilmu Hadits
('Ulumal-Hadits) juga menggunakan istilah ini di kemudian hari.
KHABAR AHAD
Dalam buku ini,penulis menjelaskan definisi hadits mutawatir,syarat-syarat hadits
ahad, hukum hadits ahad, pembagian khabar .
1. DEFINISI
a. Menurut bahasa : adalah bentuk jamak dari Ahad, yang berarti satu (Wahid)
atau berita yang disampaikan oleh seseorang.
b. Menurut istilah : hadis yang tidak terkumpul syarat-syarat mutawatir.
Secara umum hadis ahad dipahami sebagai khabar yang jumlah perawinya
tidak mencapai batas jumlah perawi hadis mutawatir, baik perawi itu satu, dua,
tiga, empat, lima dan seterusnya di bawah jumlah mutawatir
2. CONTOH
ً ض ْال ِع ْل َم ا ْنتِزَ ا
ُ عا َي ْنت َِز
ُ عه ُ َِّللاَ ََل يَ ْقب
َّ إِ َّن
“Sesungguhnya allah tidak akan mencabut ilmu begitu saja, melainkan Dia
mencabutnya...”
3. HADITS MUSTAFIDL
a. Menurut bahasa: Isim fa’il dari istafadla, pecahan kata dari fadla al-maa,
yang berarti air yang berlimpah-limpah.Dinamakan seperti itu karena
tersebar.
b. Menurut isilah: Ada tiga pendapat yang berbeda, yaitu:
(1) Merupakan sinonim dari hadits masyhur.
(2) Hadits mustafidl lebih spesifik dari hadits masyhur, karena pada hadits
mustafidl disyaratkan pada kedua ujung sanadnya harus sama,
sedangkan pada hadits masyhur tidak disyaratkan.
(3) Hadits mustafidl lebih umum (general) dari hadits masyhur,yaitu
berlawanan dengan pendapat kedua.
HADITS ‘AZIZ
1. DEFINISI
a. Menurut bahasa; Merupakan sifat musyabbahah dari kata ‘azza ya ‘izzu,
yang artinya sedikit atau jarang; atau juga sifat musyabbahah dari kata ‘azza
ya ‘izzu, yang artinya kuat atau keras. Disebut demikian karena sedikit atau
jarang keberadaanya; dan keberadaanya juga kuat melalui jalur lain.
b. Menurut istilah; Hadits yang jumlah perawinya tidak kurang dari dua orang
diseluruh tingkatan (thabaqat) sanadnya.
Hadits Aziz secara etimologi berarti sedikit/langka atau bisa juga berarti
kuat terkadang disebut demikian karena sedikitnya jumlah hadits Aziz atau
kekuatan hadits di jalur transmisi lainnya. Padahal menurut terminologi, hadits
Aziz adalah hadits yang paling sedikit memiliki dua perawi dalam semua garis
keturunannya.
2. PENJELASAN
Maksudnya dimasing-masing tingkatan (thobaqat) sanad tidak boleh
kurang dari dua perawi, jika disebagian thobaqotnya terdapat tiga orang atau
lebih rawi, maka itu tidak akan merusak hadist aziz asalkan dithobaqat lainnya
meskipun Cuma satu thobaqat terdapat dua rawi , sebab yang dijadikan patokan
adalah minimal rawi didalam thobaqat sanad.
3. CONTOH
Diriwayatkan dari shaikhan dari hadistnya anas, bukhari dari hadistnya
abu Hurairah bahwa Rasulullah bersabda;
“Tidak beriman salah seorang dari kalian hingga aku lebih dicintai dari
bapaknya, dari anaknya, dan manusia seluruhnyaa”
Diriwayatkan dari anas qatabdah dan abdul aziz bin shuhaib dari
qotadah syu’bah dari abdul aziz ismail bin ulayyah dan abdul warits dan dari
masing masing kelompok
2. PENJELASAN
Hadist ini diriwayatkan oleh seorang rawi, sendirian, bisa dithabaqatnya
dari seluruh thabaqat sanadnya; atau dibagian thabaqat sanad; malahan bisa
pada satu thabaqatnya saja. adanya jumlah rawi lebih dari seorang pada
thabaqatnya tidak merusak hadist Gharib, karena yang menjadi patokan adalah
yang paling minimal.
3. NAMA LAIN HADIST GHARIB
Banyak ulama yang menggunakan nama lain untuk hadist Gharib
diantaranya al fardu, keduanya memiliki arti sama. Sebagian ulama telah
membedakan keduanya. Namun, al-hafidh ibnu hajar menganggap keduanya
sama saja dilihat dari segi bahasa maupun istilah, beliau berkata bahwa ahli
istilah telah membedakan keduanya dilihat dari segi banyak sedikitnya
penggunaan. Disebut hadis fard, karena lebih banyak digunakan hadis fard
mutlak. Sedangkan hadist Gharib lebih banyak digunakan untuk hadist fard
nisbi.
4. JENIS-JENISNYA
Dilihat dari segi perawi dibagi menjadi dua
a. Hadist Gharib mutlak atau fard mutlak
(1) Defisinya; jika gharibnya (kesendirian) terdapat pada asal sanad, dengan
kata lain, hadist yang diriwayatkan oleh rawi secara sendirian pada alas
sanadnya
(2) Contohnya: “Sesungguhnya amal perbuatan itu tergantung pada niat”
Diiriwayatkan oleh umar bin khatab ra seorang diri. Berlanjut hingga
diakhir sanad. hadist ini juga diriwayatkan kesendiriannya oleh
sejumlah rawi
b. Hadis Gharib nisbi atau fard nisbi
(1) Defisinya; kegharibannya terletak ditengah-tengah sanad dengan kata
lain hadist ini diriwayatkan oleh seorang perawi pada asal sanadnya
kemudian diriwayatkan oleh seorang perawi.
(2) Contohnya
Hadist malik dari az zuhri dari anas ra nabi saw memasuki kota Makkah
sementara diatas kepalanya terdapat penutup, Kesendiriannya terletak pada
malik dari az zuhri.
5. JENIS-JENIS HADIST GHARIB NISBI
Terdapat beberapa jenis Gharib atau kesendirian(tafarrud) yang memungkinkan
termasuk hadist Gharib nisbi, bukan Gharib mutlak, karena dinisbahkan kepada
sesuatu tertentu
a. Keghariban dinisbahkan kepada rawi tsiqah (kepercayaan) seperti pernyataan
mereka tidak diriwayatkan oleh seorang pun rawi tsiqah selain si fulan
b. Diriwayatkan oleh rawi tertentu dari rawi tertentu seperti pernyataan mereka
diriwayatkan sendiri oleh fulan dari fulan meskipun diriwayatkan dari arah lain
selain dia
c. Penduduk negri tertentu dari penghuni tertentu sperti yang dikatakan mereka
diriwayatkan secara menyendiri oleh penduduk Makkah ataupun oleh penduduk
syam
d. Oleh penduduk negri tertentu dari penduduk negri tertentu seperti pernyataan
mereka diriwayatkan secara menyendiri dari penduduk bashrah dari penduduk
Madinah atau diriwayatkan secara menyendiri oleh penduduk syam dari
penduduk hijaz.