Anda di halaman 1dari 16

Resume Al -Hadist

Disusun Oleh:

1. Moh Yusuf Shodiq (223151074)

2. Muhammad Faizal Mukhti (223151075)

3. Khusnul Khotimah (223151076)

4. Dwi Ayu Saputri (223151077)

PEMBAGIAN KHABAR, DILIHAT DARI SISI SAMPAINYA HADITS


KEPADA KITA

Dalam buku ini penulis menjelaskan pembagian suatu khabar jika dilihat
dari sampainya hadist tersebut kepada kita,ada dua macam yaitu:

1. Jika sebuah hadist memiliki beberapa jalur yang jumlahnya tidak terbatas
pada jumlah tetentu, maka disebut mutawatir
2. Jika sebuah hadist memiliki jalur yang terbatas dengan jumlah
tertentu,maka disebut ahad.
Masing-masing, apakah itu mutawatir atau ahad, memiliki subbagian dan
detail seperti yang dijelaskan di bawah ini
KHABAR MUTAWATIR
Dalam buku ini,penulis menjelaskan definisi hadits mutawatir,syarat-syarat hadits
mutawatir, hukum hadits mutawatir, pembagian mutawatir,keberadaan hadits
mutawatir,dan kitab-kitab yang populer.
1. DEFINISI
a. Menurut bahasa: Isim fa'il, pecahan tawatara, yang berarti tataba'a
(berjajar). Dikatakan tawatara al-mathar, artinya hujan terus menerus.
b. Menurut istilah: Sebuah hadits yang diriwayatkan oleh banyak orang
(perawi) menurut kebiasaan yang mustahil mereka sepakat untuk
berbohong. Definisi tersebut mengacu pada sebuah hadits atau pesan
yang diriwayatkan oleh banyak perawi di setiap tingkat rantai
(thabaqat) yang, melalui akal sehat dan kebiasaan (para perawi), setuju
untuk mengkontradiksi cerita tersebut

Dalam sebuah artikel dijelaskan bahwa Mutawatir secara bahasa


adalah Isim Fail dari Al-Tawatur, artinya At-Tatabuk, berurutan. Dalam
istilah ulama hadits, mutawatir berarti: “Sebuah hadits yang diriwayatkan
oleh banyak orang yang tidak mungkin menyepakati dusta”

Ibnu al-Sahal mendefinisikan Hadits Mutawatir sebagai berikut:


“mutawatir adalah ungkapan berita yang diriwayatkan (diriwayatkan) oleh
orang-orang yang menghasilkan ilmu dengan pasti Dan persyaratan ini
harus konsisten di semua tingkatan periwayat dari awal hingga akhir”

M 'Ajjaj al-Khatib memilih definisi berikut:”Ini adalah hadits yang


diriwayatkan oleh banyak perawi yang menurut kebiasaan tidak mungkin
setuju dengan kebohongan (yang mereka terima) dari banyak perawi yang
sama dengan mereka dari awal sanad sampai akhir sanad asalkan perawi
tidak rusak di semua tingkatan Sanad (lebih rendah)”. Al-Fyumi juga
menegaskan mutawatir setelah niat linguistik mutatab yang datang
belakangan, yang datang silih berganti atau silih berganti tidak sepakat
(sebelumnya) tentang dusta (dalam berita) menurut kebiasaan menurut lima
berita yang masuk akal yang diberitakan oleh beberapa orang.

Teori mutawatir sendiri lebih merupakan sinonim dari kata khabar


dibanding hadits. Hal ini karena khabar terbagi menjadi dua kategori yaitu
mutawatir dan ahad. Sedangkan dalam konteks hadits, ulama hadits
cenderung membagi menjadi sahih, hasan, dan daif berdasarkan kajian ilmu
isnad. Juga, meskipun beberapa cendekiawan Muslim menggunakan kata
Hadits dan khabar sebagai sinonim. Namun, pada dasarnya kedua kata
tersebut memiliki ruang lingkupnya masing-masing, sehingga terdapat
perbedaan penggunaan. Hadits adalah bentuk informasi yang berasal dari
Nabi, termasuk perkataannya, perbuatannya, tekad dan karakternya.
Definisi ini populer di kalangan ahli hadits. Sekaligus khabar adalah berita
yang memuat segala ilmu pengetahuan umum tanpa ada larangan dari Nabi.
Dengan kata lain, setiap hadits adalah khabar, tetapi tidak setiap khabar
adalah hadits. Dalam arti luas, Mutawatir sebenarnya termasuk dalam tiga
disiplin ilmu kajian Islam, yaitu teologi (Ilm al-Kalam), metodologi hukum
Islam (Usul-al-Fiqh) dan kritik hadits ('Ulumal-Hadits).

Sejarah munculnya teori ini secara bertahap dari satu wacana ilmiah
ke wacana ilmiah lainnya. Menurut Husein Hansu, munculnya teori
muwatitir dapat dikatakan bermula dari wacana ilmiah teologi Islam (Ilm
al-Kalam) pada abad kedua hijriyah , meskipun teori itu sendiri tidak lagi
digunakan dalam konsep-konsep teologis. kemudian digunakan dalam
metodologi Hukum Islam (Ushul al-Fiqh). Akhirnya, Ilmu Hadits
('Ulumal-Hadits) juga menggunakan istilah ini di kemudian hari.

2. SYARAT-SYARAT HADITS MUTAWATIR


Dari penjelasan definisi diatas, penulis menjelaskan bahwa hadits
mutawatir tidak terpenuhi kecuali dengan 4 syarat yaitu :
a. Diriwayatkan oleh banyak rawi. Ada perbedaan pendapat tentang
jumlah minimal perawi. Dalam hal ini tidak ada kesepakatan yang
diambil dari para ulama,ada yang berpendapat minimal 10 orang, 12
orang, 20 0rang, 40 orang dan ada pula yang berpendapat minimal 70
orang.
b. Jumlah bilangan rawi ditemukan di semua tingkatan (thabaqat) Sanad.
Dari generasi sahabat sampai sekarang ini. Dari sahabat, tabi’in,
kodifikasi hadis seperti Imam Bukhari, Imam Muslim, Imam Nasai’I,
Abu Daud, Imam At-Tirmidzi, Imam Ibnu Majah dan Imam Ad-
Darimy, dengan demikian tidak sah dikatakan hadis mutawatir kalau
sang penerima hadis hanya seorang saja walaupun itu generasi sahabat
apalagi generasi sekarang yang meriwayatkanya.
c. Tidak mungkin bagi mereka untuk menyetujui kebohongan.
d. Khabar yang akan diberitakan harus “istimewa”, artinya perawi secara
meyakinkan mengandalkan panca indranya, bukan pendapat atau
pemikirannya Jadi jika mereka berkata: "Saa mendengar dari Nabi, saw,
mengatakan itu, atau saya melihat Nabi, saw, melakukan seuatu."
Tetapi jika menurut pendapat mereka, mereka mengatakan, misalnya:
Karena Nabi SAW adalah seorang laki-laki, maka Nabi pasti akan
wafat dan Allah Swt. untuk bertemu, hal seperti itu tidak didasarkan
pada panca inderanya, tetapi pada pikirannya. Padahal logikanya benar.
Jadi kalau berpikir seperti itu, tidak bisa dikatakan kabar baik..
3. HUKUM HADITS MUTWATIR
Hadits mutawatir merujuk pada ilmu yang pasti (al-'ilmu ad-dlaruri), yaitu
sesuatu yang meyakinkan. Dengan kata lain, orang harus membuktikannya
dengan pasti (tashdikan jaziman) sebagaimana dia melihatnya dengan mata
kepala sendiri, lalu bagaimana dia meragukan hal-hal yang dia dirikan.
Namanya khabar mutawatir Oleh karena itu, semua hadits mutawatir
diterima Kondisi perawi tidak perlu lagi dibicarakan.
4. PEMBAGIAN MUTAWATIR
Mutawatir-khabar dibagi menjadi dua bagian: lafdhi mutawatir dan
mutawatir bermakna.
a. Mutawatir lafdhi : Hadits yang arti dan pengucapannya mutawatir.
hadits-hadits yang lafadz-lafadz perawinya sama, baik secara hukum
maupun makna. Menurut Ibnu Hibban dan Al Hazimiy, mereka
mengklaim bahwa tidak ada hadits mutawatir seperti yang didefinisikan
di atas, namun menurut Ibnu Sholah yang mengikuti pendapat Imam
Nawawi, hadits mutawatir Lafdzi sangat sedikit dan sulit untuk
dicontohkan:
Contoh:
Mereka mungkin tingal di negeri-negeri yang berbeda-beda, bangsa
yang berlainan, madzhab yang berbeda-beda, dan hal yang sejenisnya.
Bersarkan hal ini maka banyaknya orang yang menyampaikan berita
tidak begitu saja ditetapkan bahwa khabarnya itu mutawatir.
Kadangkala jumlah periwayat lebih sedikit.namun khabar yang
disampaikan itu adalah mutawatir. Penetapan tersebut sesuai dengan
kondisi para perawi.

ِ ‫علَي ُمتَ َع ِ ِّمدًا فَ ْل َيتَ َبوأْ َم ْق َعدَهُ ِم ْن الن‬


‫ار‬ َ َ‫َم ْن َكذ‬
َ ‫ب‬
“Barang siapa yang berdusta atas namaku secara sengaja, maka
hendaklah ia bersiap-siap menempati tempatnya di neraka”
Hadits ini diriwayatkan oleh lebih dari 70 orang.
b. Mutawatir maknawi: bermakna hadits dengan arti mutawatir,suatu
hadits yang lafadz serta maknanya berlain-lainan, tetapi dapat diambil
dari kumpulan suatu makna yang global, Artinya dengan adanya
beberapa hadits yang berlain-lainan lafadz maupun maknnanya, tetapi
dar bagian hadis tersebut dapat ditarik kesimpulan atau pengertian yang
bersifat umum (global). Misalnya: hadits tentang mengangkat kedua
tangan saat shalat.
c. Mutawatir ‘amaliy: Hadits yang menyangkut perbuatan rasulullah yang
disaksikan dan ditiru tanpa perbedaan ole banyak orang, kemudian juga
dicontoh dan diperbuat tanpa perbedaan oleh banyak orang pada
generasi-generasi berikutnya, yang dinyatakan dalam kaidah ilmu hadits
5. KEBERADAAN HADITS MUTAWATIR
Jumlah hadits Mutawatir sangat terbatas Diantaranya adalah hadits tentang
melihat al-haudl, hadits tentang mengusap dua khuf, hadits tentang
mengangkat kedua tangan dalam shalat, hadits tentang Allah yang
membahagiakan wajah hambanya, dan lain-lain Jika kita bandingkan
jumlah hadits mutawatir dengan hadits ahad, maka jumlah hadits mutawatir
adalah sedekah yang sedikit.
6. KITAB-KITAB YANG POPULER
Para ulama menaruh perhatian besar pada kumpulan Hadis Mutawatir,
setelah itu mereka menjadikannya kitab khusus tersendiri (Mushanaf)
untuk memudahkan para penuntut ilmu untuk mengaitkannya. Dari kitab-
kitab ini:
a. Al-Azhar al-Mutanatirah fi al-Akhbar al-Mutawatirah Karya Imam
Suyuth yang disusun per bab
b. Quthafu al-Azhar Sebuah karya Imam Suyuth yang merupakan
rangkuman dari kitabnya sebelumnya
c. Nadhamu al-Mutanatsir min al-Hadits al-Mutawatir Karya Muhammad
bin Ja'far.

KHABAR AHAD
Dalam buku ini,penulis menjelaskan definisi hadits mutawatir,syarat-syarat hadits
ahad, hukum hadits ahad, pembagian khabar .
1. DEFINISI
a. Menurut bahasa : adalah bentuk jamak dari Ahad, yang berarti satu (Wahid)
atau berita yang disampaikan oleh seseorang.
b. Menurut istilah : hadis yang tidak terkumpul syarat-syarat mutawatir.

Secara umum hadis ahad dipahami sebagai khabar yang jumlah perawinya
tidak mencapai batas jumlah perawi hadis mutawatir, baik perawi itu satu, dua,
tiga, empat, lima dan seterusnya di bawah jumlah mutawatir

2. HUKUM KHABAR AHAD


Hadits Ahad menunjukkan ilmu yang bersifat teoretis (al-'ilmu an-nadhari),
yaitu ilmu yang benar berdasarkan teori dan dalil, ulama berbeda pendapat
tentang hukum hadits ahad apakah bermanfaat qath’i (Meyakinkan) atau tidak
Setidaknya ketidaksepakatan ini terbagi menjadi tiga kelompok. Pertama,
kelompok yang menuntutnya Hadits Ahad tidak memberikan kepercayaan pasti
qarinah atau bukan qarinah Kedua, kelompok yang mengklaim bahwa hadits
ahad membawa manfaat kepercayaan mutlak tanpa qarinah dan yang ketiga
adalah kelompok yang mengatakan bahwa hadits ahad memberikan faedah
yakin jika terdapat qarinah,
Pendapat pertama adalah madzhab sebagian besar ulama Ushul dan ulama
Kalam serta Imam Abu Hanifah, Imam Malik dan Imam asy-Syafi'i. Pendapat
lain adalah Imam Ahmad dan Dawud az-Zahir. Pendapat ketiga adalah
pendapat Imam Ibnu ash-Salah dan sebagian besar ulama Ushul, ulama Kalamit
dan ulama Hadits.

3. PEMBAGIAN KHABAR AHAD BERDASARKAN JUMLAH JALUR


Dilihat dari jumlah jalur hadits, khabar ahad dibagi menjadi tiga yaitu :
a. Hadits Masyhur.
b. Hadits Aziz.
c. Hadits Gharib.
HADITS MASYHUR
1. DEFINISI
a. Menurut bahasa : isim maf’ul dari syahartu al-amra, artinya mengumumkan
atau mengungkapkan sesuatu.
b. Menurut istilah: Sebuah hadits yang diriwayatkan oleh tiga perawi atau
lebih pada setiap tingkatan, asalkan (jumlahnya) tidak mencapai derajat
mutawatir.

2. CONTOH

ً ‫ض ْال ِع ْل َم ا ْنتِزَ ا‬
ُ ‫عا َي ْنت َِز‬
ُ ‫عه‬ ُ ِ‫َّللاَ ََل يَ ْقب‬
َّ ‫إِ َّن‬
“Sesungguhnya allah tidak akan mencabut ilmu begitu saja, melainkan Dia
mencabutnya...”
3. HADITS MUSTAFIDL
a. Menurut bahasa: Isim fa’il dari istafadla, pecahan kata dari fadla al-maa,
yang berarti air yang berlimpah-limpah.Dinamakan seperti itu karena
tersebar.
b. Menurut isilah: Ada tiga pendapat yang berbeda, yaitu:
(1) Merupakan sinonim dari hadits masyhur.
(2) Hadits mustafidl lebih spesifik dari hadits masyhur, karena pada hadits
mustafidl disyaratkan pada kedua ujung sanadnya harus sama,
sedangkan pada hadits masyhur tidak disyaratkan.
(3) Hadits mustafidl lebih umum (general) dari hadits masyhur,yaitu
berlawanan dengan pendapat kedua.

4. MASYHUR YANG TIDAK TERGOLONG ISTILAH HADITS MASYHUR


Penulis menjelaskan bahwa hadits yang telah populer (masyhur) dikalangan
tertentu, namun tidak memiliki syarat-syarat yang dituntut sebagai hadits
masyhur. Hal itu bisa berupa:
a. Hanya ada satu sanad dalam hadits tersebut.
b. Ada lebih dari satu sanad dalam hadits tersbeut.
c. Tidak ada satu pun sanad yang terdapat dalam hadits.
5. JENIS-JENIS MASYHUR YANG TIDAK TERGOLONG ISTIAH HADITS
MASYHUR
Jenis-jenis masyhur yang tidak tergolong istilah hadits masyhur sangat banya,
diantaranya:
a. Masyhur dikalangan ahli hadits.
Contohnya adalah hadits Anas:
“ Bahwa Rasulullah saw melakukan(doa) qunut selama satu
bulan,(dilakukan) setelah ruku’ dengan mendoakan (kabilah) ri’lin dan
Dzakwan”
b. Masyhur dikalangan ahli hadits,para ulama maupun masyarakat awam.
“ Orang muslim itu orang yang menyelamatkan muslim lainnya dari
perkataan dan tangannya”
c. Masyhur dikalangan ahli fiqih.
“Perkara halal yang dibenci oleh Allah adalah talak”
d. Masyhur dikalangan masyarakat awam.
“Tergera-gesa itu adala perbutan setan
6. Kedudukan Hadits Ahad
a. Menurut Mazhab Suni
Dalam kalangan mazhab suni, terdapat perbedaan pendapat tentang
kehujanan hadits ahad Ada golongan yang berhujah hanya dengan hadits
mutawatir dan ada yang berhujah sekaligus dengan hadits ahad; dengan
syarat, hadits ahad itu merupakan penjelasan ( bayan ) bagi mujmal al-
Qur'an atau penjelasan ( bayan ) bagi sesuatu yang khafy (samar) dari al-
Qur'an Al-Syafi'i dari al-Um bertentangan dengan pendapat orang-orang
yang menolak langsung hadits ahad. Sebagian besar ulama yang
memelihara hadits ahad menyatakan bahwa hadits ahad adalah Zanni, bukan
qath'i. Namun, mereka membutuhkan praktek hadits ahad di bidang ibadah
dan mumalah atau moralitas (bukan akidah) Kebanyakan ulama Sunni tidak
menggunakan Hadits ahad dalam masalah iman. Al-Syafi'i berkata:
Mereka yang tidak mengamalkan Hadis ahad tidak dipanggil untuk
bertaubat. Tapi dia telah melanggar tugas komandonya, bukan tugasnya
dalam arti keyakinan. Abu Husain al-Bashri membagi keberadaan hadits
ahad menjadi empat jenis dibandingkan dengan qiyas:
(1) Qiyas dibuat berdasarkan nash yang bersifat qath'i. Dalam hal ini hukum
yang diberikan dari sana disalin dari salah satu sumber qath'iwurud dan
``illah-'illah''nya juga disalin atau serupa. Qiyas seperti itu tidak boleh
bertentangan dengan hadits ahad.
(2) Hadits zhanni dan 'illat juga qiyas diatur dengan prinsip yang diatur
dengan istinbath bukan nas. qiyas jenis ini mendahului Hadits ahad.
Qiyas yang pertama di- ijma'-i menerimanya dan qiyas yang kedua di-
ijma'-i menolaknya.
(3) Qiyas yang ditetapkan dengan nas yang zhanni dan semua illah nya pun
ditetapkan dengan dasar yang zhanni, yang menyebabkan terjadinya
pertentangan antara hadits ahad dan qiyas; dalam hal ini didahulukan
hadits ahad atas qiyas.
(4) Qiyas yang illat-nya di- istinbath-kan, sedangkan dasar qiyas haruslah
nas yang qath'i, qiyas seperti ini diperselisihi para ulama.
b. Menurut kaum Syiah
Di dalam mazhab Syiah, ada dua kelompok besar, Syiah Imamiya
dan Syiah Zaidya, yang memiliki pandangan berpengaruh tentang lokasi
hadits pada hari ahad. Menurut kelompok Imami, di kalangan al-Tusi
diperbolehkan memperkeras 'Am-al-Quran' dalam diskusi hadits-zanni ahad
karena 'Am-al-Quran adalah Am qathiyah Juga, hadits ahad ditolak jika
bertentangan dengan hukum yang disepakati.
Ulama Kelompok Immamiyah sepakat bahwa Hadits ahad yang
diucapkan oleh Imam Mashum adalah kontroversial. Mereka berselisih
dalam apa yang dikatakan Mashum Imam. Ada dua pendapat dalam kasus
ini. Pendapat pertama adalah bahwa hadits ahad ditolak Pendukung
pendapat ini, misalnya, al-Sharif al-Murtada.

7. KITAB-KITAB YANG POPULER


Yang dimaksud kitab-kitab hadits masyhur disini adalah hadits-hadits masyhur
yang beredar di tengah-tengah masyarakat, bukan masyhur menurut istilah
hadits, diantaranya:
a. Al-Maqashid al-Hasanah fima Isytahara ‘ala al-Alsinati. Karya as-Sakhawi.
b. Kasyfu al-Khafa wa Muzail al-Ilbas fima Isytahara min al-Hadits 'ala al-
Sinati an-Nas. Karya al-Ajiluni.
c. Tamyizu at-Thayyib min al-Khabits fima Yaduru 'ala Alsinati an- Nas min
al-Hadits. Karya Ibnu ad-Daiba' as-Syaibani.

HADITS ‘AZIZ

1. DEFINISI
a. Menurut bahasa; Merupakan sifat musyabbahah dari kata ‘azza ya ‘izzu,
yang artinya sedikit atau jarang; atau juga sifat musyabbahah dari kata ‘azza
ya ‘izzu, yang artinya kuat atau keras. Disebut demikian karena sedikit atau
jarang keberadaanya; dan keberadaanya juga kuat melalui jalur lain.
b. Menurut istilah; Hadits yang jumlah perawinya tidak kurang dari dua orang
diseluruh tingkatan (thabaqat) sanadnya.
Hadits Aziz secara etimologi berarti sedikit/langka atau bisa juga berarti
kuat terkadang disebut demikian karena sedikitnya jumlah hadits Aziz atau
kekuatan hadits di jalur transmisi lainnya. Padahal menurut terminologi, hadits
Aziz adalah hadits yang paling sedikit memiliki dua perawi dalam semua garis
keturunannya.
2. PENJELASAN
Maksudnya dimasing-masing tingkatan (thobaqat) sanad tidak boleh
kurang dari dua perawi, jika disebagian thobaqotnya terdapat tiga orang atau
lebih rawi, maka itu tidak akan merusak hadist aziz asalkan dithobaqat lainnya
meskipun Cuma satu thobaqat terdapat dua rawi , sebab yang dijadikan patokan
adalah minimal rawi didalam thobaqat sanad.

3. CONTOH
Diriwayatkan dari shaikhan dari hadistnya anas, bukhari dari hadistnya
abu Hurairah bahwa Rasulullah bersabda;

“Tidak beriman salah seorang dari kalian hingga aku lebih dicintai dari
bapaknya, dari anaknya, dan manusia seluruhnyaa”

Diriwayatkan dari anas qatabdah dan abdul aziz bin shuhaib dari
qotadah syu’bah dari abdul aziz ismail bin ulayyah dan abdul warits dan dari
masing masing kelompok

4. KITAB KITAB YANG POPULER


Para ulama tidak Menyusun tersendiri kitab tertentu hadist hadist aziz
tampaknya hal itu disebabkan karena sedikit atau tidak ada manfaatnya
Menyusun kitab tersebut.
HADIST GHARIB
1. DEFINISI
a. Menurut bahasa: sifat musyabbahah yang bermakna al-mufaid (sendiri),
atau jauh dari karib kerabat
b. Menurut istilah: diriwayatkan oleh seorang rawi, sendirian.

2. PENJELASAN
Hadist ini diriwayatkan oleh seorang rawi, sendirian, bisa dithabaqatnya
dari seluruh thabaqat sanadnya; atau dibagian thabaqat sanad; malahan bisa
pada satu thabaqatnya saja. adanya jumlah rawi lebih dari seorang pada
thabaqatnya tidak merusak hadist Gharib, karena yang menjadi patokan adalah
yang paling minimal.
3. NAMA LAIN HADIST GHARIB
Banyak ulama yang menggunakan nama lain untuk hadist Gharib
diantaranya al fardu, keduanya memiliki arti sama. Sebagian ulama telah
membedakan keduanya. Namun, al-hafidh ibnu hajar menganggap keduanya
sama saja dilihat dari segi bahasa maupun istilah, beliau berkata bahwa ahli
istilah telah membedakan keduanya dilihat dari segi banyak sedikitnya
penggunaan. Disebut hadis fard, karena lebih banyak digunakan hadis fard
mutlak. Sedangkan hadist Gharib lebih banyak digunakan untuk hadist fard
nisbi.

4. JENIS-JENISNYA
Dilihat dari segi perawi dibagi menjadi dua
a. Hadist Gharib mutlak atau fard mutlak
(1) Defisinya; jika gharibnya (kesendirian) terdapat pada asal sanad, dengan
kata lain, hadist yang diriwayatkan oleh rawi secara sendirian pada alas
sanadnya
(2) Contohnya: “Sesungguhnya amal perbuatan itu tergantung pada niat”
Diiriwayatkan oleh umar bin khatab ra seorang diri. Berlanjut hingga
diakhir sanad. hadist ini juga diriwayatkan kesendiriannya oleh
sejumlah rawi
b. Hadis Gharib nisbi atau fard nisbi
(1) Defisinya; kegharibannya terletak ditengah-tengah sanad dengan kata
lain hadist ini diriwayatkan oleh seorang perawi pada asal sanadnya
kemudian diriwayatkan oleh seorang perawi.
(2) Contohnya

Hadist malik dari az zuhri dari anas ra nabi saw memasuki kota Makkah
sementara diatas kepalanya terdapat penutup, Kesendiriannya terletak pada
malik dari az zuhri.
5. JENIS-JENIS HADIST GHARIB NISBI
Terdapat beberapa jenis Gharib atau kesendirian(tafarrud) yang memungkinkan
termasuk hadist Gharib nisbi, bukan Gharib mutlak, karena dinisbahkan kepada
sesuatu tertentu
a. Keghariban dinisbahkan kepada rawi tsiqah (kepercayaan) seperti pernyataan
mereka tidak diriwayatkan oleh seorang pun rawi tsiqah selain si fulan
b. Diriwayatkan oleh rawi tertentu dari rawi tertentu seperti pernyataan mereka
diriwayatkan sendiri oleh fulan dari fulan meskipun diriwayatkan dari arah lain
selain dia
c. Penduduk negri tertentu dari penghuni tertentu sperti yang dikatakan mereka
diriwayatkan secara menyendiri oleh penduduk Makkah ataupun oleh penduduk
syam
d. Oleh penduduk negri tertentu dari penduduk negri tertentu seperti pernyataan
mereka diriwayatkan secara menyendiri dari penduduk bashrah dari penduduk
Madinah atau diriwayatkan secara menyendiri oleh penduduk syam dari
penduduk hijaz.

6. HADITS GHARIB SEBAGAI HUJJAH


Status Hadits Gharib sebagai dasar argumentasi yang sama seperti hadits-
hadits ahad lainnya Artinya, menurut kualitasnya, terbagi dalam Hadits sahih,
hasan dan daif Sehingga diketahui bahwa ada hadits yang shahih hasan dan daif.
Dikatakan oleh al-Hafiz Abu Amar Ibn Salah : “Para ahli hadis selalu
menyebut hadis-hadis Al-Bukhari dan Muslim dengan (sahih muttafaq alaih)”.
Maksudnya adalah yang disepakati oleh keduanya saja, bukan disepakati oleh
umat secara keseluruhan. Akan tetapi, kesepakatan kaum muslimin sejalan
dengan kesepakatan Al-Bukhari dan Muslim karena mereka sepakat menerima
hadishadis yang disepakati oleh Al-Bukhari dan Muslim. Semua hadis yang
disepakati oleh Al-Bukhari dan Muslim adalah qat’i kesahihannya dan
mengandung ilmu yaqin nazary.
7. PEMBAGIAN LAINNYA
Para ulama membagi hadist Gharib dilihat dari sisi gharibnya sanad dan matan
yaitu
a. Matan dan sanad: yaitu hadist yang matan nya diriwayatkan oleh rawi saja.
b. Hadist Gharib matan bukan sanad: seperti hadis yang matannya
diriwayatkan oleh sekelompok sahabat namun diriwayatkan menyendiri
dari sahabat lainnya. Dalam perkara ini imam tirmidzi berkata hadis ini
Gharib dilihat dari aspek ini

8. KITAB-KITAB YANG MEMUAT BANYAK HADIST


Kitab-kitab yang terdapat banyak hadist Gharib
a. Musnad al-bazzar
b. Mu’jam ak-ausah-nya at-thabrani

9. KITAB-KITAB HADIST GHARIB YANG POPULER


a. Ghahrib, ali, karya ad-daruquthni
b. Al-afraad, karya ad-duruquthni
c. As-sunan allati tararrada bikulli sunnatin minha ahlu baldatun, karya abu
daud as-sijistani
PEMBAGIAN KHABAR AHAD DARI SISI KUAT LEMAHNYA
1. Masqul (dapat diterima); hadist yang diperkuatkan kebenarannya pembawa
beritanya. Hukumannya wajib dibutuhkan dan diamalkan
2. Mardud (tertolak): hadist yang dikuatkan kebenarannya pembawa bertanya,
hukumannya tidak wajib perlukan dan tidak wajib diamalkan
DAFTAR PUSTAKA

Budi Suhartawan, Muizzatul Hasanah (2022) ,MEMAHAMI HADITS


MUTAWATIR DAN HADITS AHAD, STIQ Ar-Rahman Bogor, Pascasarjana
PTIQ Jakarta

Izzatus sholihah (2016). Kehujjahan Hadits Ahad Dan Pengaruhnya Terhadap


Hukum Islam, Al- flikmah Jurnal Kependidikan dan Syayriah

M. Nasri Hamang (2010). KEHUJJAHAN HADITS AHAD MENURUT


MAZHAB SUNI DAN SYI’AH,AL-FIKR.

Ahmad( 2014). KEDUDUKAN HADITS GHARIB SEBAGAI HUJJAH DAKAM


AJARAN ISLAM. Analytica Islamica.

Benny Afwadzi (2017), PERGESERAN DAN PERKEMBANGAN TERMA


MUTAWATTIR DALAM STUDI HADIS, UIN Maulana Malik Ibrahim Malang.

Anda mungkin juga menyukai