1. Hadits Mutawatir
a. Pengertian
Mutawatir menurut bahasa berarti "mutatabbi'" yaitu yang (datang) berturut-turut
dengan tidak ada jaraknya. Sedangkan pengertian Hadits Mutawatir secara terminologi adalah:
فاحلديث املتواتر هو احلديث الذى رواه مجع ميتنع تواطؤهم على الكذب
عن مجع مثلهم من أول السند إىل منتها
Hadits Mutawatir adalah Hadits yang diriwayatkan oleh sejumlah besar orang yang
tidak mungkin mereka bersepakat untuk berdusta dari awal sanad sampai akhir sanad 1
Berdasarkan definisi tersebut, ada empat hal yang harus terpenuhi pada sesuatu Hadits
yang dikategorikan Mutawatir, yaitu: pertama, Hadits itu harus diriwayatkan oleh banyak
orang. Kedua, Hadits itu diterima dari banyak orang pula. Ketiga, ukuran banyak di sini
jumlahnya relatif, dengan ukuran berdasarkan sudut pandang kebiasaan masyarakat, bahwa
mereka tidak mungkin sebelumnya melakukan kesepakatan untuk berdusta. Keempat, Hadits
itu diperoleh melalui pengamatan panca indera, bukan atas dasar penafsiran mereka2.
1
Muhammad Ajaj al-Khatib, Ushulu al-Hadisi, Ulumuhu wa Musthalahuhu, Dar al-Manarah, Jeddah, Makkah,
hal. 315.
2
Utang Ranuwijaya, 2001, Ilmu Hadits, Gaya Media Pratama, Jakarta, hal. 125.
demikian, bila suatu Hadits diriwayatkan oleh 20 orang sahabat, kemudian diterima oleh
sepuluh tabi'in dan selanjutnya hanya diterima oleh empat tabi' at-tabi'in, tidak
digolongkan Hadits Mutawatir, sebab jumlah sanadnya tidak seimbang antara thabaqah
pertama dengan thabaqah-thabaqah berikutnya.
3) Jumlah rawi-rawinya harus mencapai suatu ketentuan yang tidak memungkinkan
mereka untuk bersepakat bohong (berdusta). Dalam hal ini para ulama' berbeda
pendapat tentang batasan jumlah untuk tidak memungkinkan bersepakat dusta.
Mengenai jumlah perawi dalam setiap thabaqatnya, terdapat perbedaan di antara para
ulama. Abu at-Thayyib menentukan sekurang-kurangnnya 4 orang. Hal ini diqiyaskan dengan
banyaknya saksi yang diperlukan hakim untuk tidak memberi vonis kepada terdakwa. Ash-habu
as-Syafi'i menentukan 5 orang, karena mengqiyaskan dengan jumlah para nabi yang mendapat
gelar Ulul Azmi. Sebagian ulama' menetapkan sekurang-kurangnya 20 orang, berdasarkan
ketentuan yang difirmankan oleh Allah dalam QS. Al-Anfal: 65 tentang sugesti Allah kepada
orang mukmin yang tahan uji, yang berjumlah 20 orang saja dapat mengalahkan 200 orang3.
إن يكن منكم عرشون صابرون يغلبوا مائتني
Jika ada dua puluh orang yang sabar diantara kamu niscaya mereka dapat
mengalahkan dua ratus musuh (QS. al-Anfal: 65)
Ulama' yang lain menetapkan jumlah tersebut sekurang-kurangnya 40 orang. Mereka
mengqiyaskan dengan firman Allah:
يا أيها انليب حسبك اهلل ومن اتبعك من المؤمنني
Wahai Nabi, cukuplah Allah dan orang-orang mukmin yang mengikutimu (menjadi
penolongmu).
Sementara itu, ada pula yang berpendapat bahwa jumlah tersebut sekurang-kurangnya
70 orang4. Mereka mengqiyaskan dengan firman Allah:
واختار موىس قومه سبعني رجال لميقاتنا
c. Macam-macam mutawatir
Hadits Mutawatir terbagi kepada dua bagian, yaitu mutawatir lafdzi dan mutawatir
ma'nawi5. Sementara itu, sebagian yang lain ada pula yang membaginya menjadi tiga bagian
sebagai berikut:
1) Hadits Mutawatir Lafzhi: hadits yang diriwayatkan dengan lafaz dan makna yang sama,
serta kandungan hukum yang sama
املتواتر اللفظي هو ما تواتر لفظه ومعناه
Hadits Mutawatir Lafdzi adalah Hadits yang Mutawatir lafadz dan maknanya6
Contoh dari Hadits Mutawatir Lafdzi ini yaitu :
3
Fatchur Rahman, 1974, Ikhtisar Musthalahul Hadits, PT al-Ma'arif, Bandung, hal. 79
4
Nuruddin 'Atar, 1997, Manhajun al-Naqdi fi Ulumil Haditsi, Dar al-Fikr al-Mu'asir, Beirut, hal. 405
5
A. Qadir Hasan, 1990, Ilmu Mushthalah Hadits, CV Diponegoro, Bandung, hal. 44.
6
Mahmud at-Thahhan, Taisiiru Musthalahul Hadisi, hal. 20
Menurut Abu Bakar al-Bazzar, Hadits tersebut diriwayatkan oleh 40 orang sahabat, dan
sebagian ulama' mengatakan bahwa Hadits tersebut diriwayatkan oleh 62 orang sahabat dengan
lafadz dan makna yang sama. Hadits tersebut terdapat pada 10 kitab Hadits; al-Bukhori,
Muslim, al-Darimi, Abu Dawuf, Ibnu Majah, al-Turmudzi, al-Thayalisi, Abu Hanifah, al-
Tabrhani, al-Hikam.
2) Hadits Mutawatir Ma’nawi, yaitu hadits yang berasal dari berbagai hadits yang
diriwayatkan dengan lafaz yang berbeda-beda, tetapi mempunyai makna yang sama.
املتواتر املعنوي هو ماتواتر معناه دون لفطه
Hadits Mutawatir Ma'nawi adalah Hadits yang Mutawatir maknanya bukan lafadznya.7
3) Hadits Mutawatir ‘Amali: yaitu praktek keagamaan yang secara ijma’ dikerjakan oleh
Nabi Muhammad SAW, kemudian diikuti oleh para sahabat, tabi’in, dan seterusnya
hingga generasi saat ini. Seperti hadits-hadits tentang shalat dan jumlah rakaatnya,
manasik haji dan sebagainya.
2. Hadits Ahad
a. Pengertian
Hadits yang diriwayatkan oleh orang perorangan, atau dua orang atau lebih akan tetapi
belum cukup syarat untuk dimasukkan kedalam kategori mutawatir.
b. Pembagian
1) Hadits Masyhur
Hadits yang diriwayatkan sejumlah sahabat dalam bilangan tidak sampai
mutawatir, kemudian baru mutawatir pada generasi setelah sahabat dan generasi
berikutnya. Kemasyhuran hadits dikategorikan dalam aspek: (1) Masyhur di
kalangan ahli hadits; (2) Masyhur di kalangan ulama hadits, ulama-ulama dalam
bidang keilmuan lain, dan juga dikalangan orang awam; (3) Masyhur di kalangan
ahli fiqh; (4) Masyhur di kalangan ahli Ushul Fiqh: (5) Masyhur di kalangan ahli
Sufi; dan (6) Masyhur di kalangan ulama Arab.
7
Ibid, hal. 21
B. Pembagian Hadits Secara Kualitas
1. Hadits Shahih
Hadits yang sanadnya bersambung (muttasil) melalui periwayatan orang yang adil dan
dhabith sampai akhir sanad, tidak ada kejanggalan dan tidak ber’illat.
2. Hadits Hasan
Hadits yang bersambung sanadnya, diriwayatkan oleh orang adil, kurang sedikit
kedhabitannya, tidak ada keganjilan (syaz) dan tidak ber‘illat.
3. Hadits Dhaif
Hadits yang lemah dari segi sanad dan matannya karena tidak memenuhi kriteria hadits
shahih dan hadits hasan.
C. Pengamalan Hadits
1. Hadits Mutawatir
Hadits mutawatir memberikan nilai kebenaran periwayatan yang meyakinkan,
sehingga harus diterima dan diamalkan tanpa perlu diteliti lagi
2. Hadits Hasan
Hadits hasan dapat dijadikan hujjah walaupun kualitasnya dibawah hadits shahih.
Ssebagian Muhadditsin dan Ushuliyyin mengamalkannya kecuali sedikit dari kalangan
orang sangat ketat dalam mempersyaratkan penerimaan hadits (musyaddidin).
3. Hadits Dhaif
Sebagian ulama melarang penyandaran agama pada sumber-sumber yang lemah secara
mutlak. Sebagian yang lain membolehkan sebatas pada fadhail al-amal (untuk
mendorong umat memperbanyak perbuatan-perbuatan baik), dan ada pula yang
memutlakan kebolehannya, baik untuk fadhail al-amal maupun sebagai sandaran
hukum-hukum agama.