PENDAHULUAN
C. Tujuan Masalah
Dari dua masalah tersebut, maka makalah ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui Hadits jika diinjau dari segi kuantitasnya.
1|Taqsim Hadits
BAB II
TAQSIM HADITS
1
Pendapat pertama, yang menjadikan hadits masyhr berdiri sendiri, dianut oleh ulama
ushul diantaranya adalah Abu Bakar Al-Jassas (305-370 H). Sedangkan ulama golongan kedua
diikuti oleh kebanyakan ulama ushul dan ulama kalam. Menurut mereka, hadits masyhur bukan
merupakan hadits yang berdiri sendiri, akan tetapi hanya bagian dari hadits had.. Lihat buku
karya Munzier Suparta, Ilmu Hadits, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), h. 95
2
Agus Solahudin dan Agus Suyadi, Ulumul Hadits, (Bandung: Pustaka Setia, 2008), h.
129
2|Taqsim Hadits
yang datang berikutnya atau beriiring-iring yang antara satu dengan yang
lain tidak ada jaraknya.3
Sedangkan menurut istilah, terdapat beberapa definisi, antara lain
sebagai berikut:
Menurut Mahmud Thahan dalam buku Ulumul Haidts karya Agus
Solahudin dan Agus Suyadi mendefinisikan Hadits mutawattir adalah:
khabar yang didasarkan pada pancaindra yang dikabarkan oleh
sejumlah orang yang mustahil menurut adat mereka bersepakat untuk
mengkabarkan berita itu dengan dusta.4
3
Munzier Suparta, Ilmu Hadits, h. 96
4
Agus Solahudin dan Agus Suyadi, Ulumul Hadits, h. 130
5
Munzier Suparta, Ilmu Hadits, h. 97
6
Endang Soetari, Syarah dan Kritik Hadits dengan Metode Takhrij (Teori dan Aplikasi),
(Gombong Layang: Yayasan Amal Bakti, 2015), Cet. II, h. 14.
3|Taqsim Hadits
.
Hadis mutawatir ialah hadis yang diriwayatkan dari Rasulullah
SAW oleh sekelompok orang yang secara adat mustahil setiap
individunya bersekongkol melakukan kebohongan, karena banyaknya
mereka, amanat, serta berbeda-beda asal muasal dan lingkungan
mereka. Dan meriwayatkan juga atas Hadits tersebut dari kelompok tadi
oleh kelompok lain yang setara sehingga sampai kepada kita dengan
sanad setiap thabaqah para perawinya. Sekelompok orang tersebut yang
tidak sepakat di atas kebohongan, sejak awal menerimanya dari
Rasulullah SAW sampai puncaknya diterima oleh kita.7
Jadi, dapat disimpulkan bahwa Hadits mutawattir adalah Hadits
yang diriwayatkan oleh rawi dalam jumlah yang banyak yang mustahil
menurut adat mereka bersepakat untuk berdusta didasarkan pada panca
indra.
2) Syarat-Syarat Hadits Mutawattir
Mengenai syarat-syarat Hadits Mutawattir, yang terlebih dahulu
merincikannya adalah ulama ushul. Sementara para ahli Hadits tidak
begitu banyak merinci pembahasan tentang Hadits mutawattir dan
syarat-syaratnya tersebut. Karena menurut ulama ahli Hadits, Hadits
mutawattir mutawattir yang sedemikian sifatnya, tidak termasuk ke
dalam pembahasan ilmu al-Isnad, yaitu sebuah disiplin ilmu yang
membicarakan tentang sahih atau tidaknya suatu Hadits, diamalkan atau
tidaknya, dan juga memberikan sifat-sifat rijalnya yakni para pihak yang
berkecimpung dalam periwayatan Hadits, dan tata cara penyampaiannya.
padahal dalam pembahasannya Hadits mutawattir tidak membahas
mengenai materi-materi tersebut. Karena bila telah diketahui statusnya
sebagai Hadits mutawattir, maka wajib diyakini kebenarannya,
7
Abdul Wahb Khalaf, Ilmu Ushl al-Fiqh, (Indonesia: Al-Haromain li An-Nasyri wa at-
tauz, 2004), h. 41
4|Taqsim Hadits
diamalkan kandungannya, dan tidak boleh ada keraguan, sekalipun
diantara perawinya adalah orang kafir.8 Syarat-syarat Hadits Mutawattir,
adalah sebagai berikut:
a) Berdasarkan Tangkapan Pancaindra
Beritanya mahsus (indrawi) yakni yang terlihat, terdengar dan
sebagainya, bukan perkiraan atau hasil analisis.9 Artinya bahwa berita
yang mereka sampaikan itu benar-benar hasil pendengaran atau
penglihatannya sendiri. Oleh karena itu, bila berita itu hasil dari
renungan, pemikiran atau rangkuman dari suatu peristiwa maka berita
tersebut tidak dikatakan Hadits mutawattir.10
b) Diriwayatkan oleh Sejumlah Besar Perawi
Hadits mutawattir harus diriwayatkan oleh sejumlah besar
perawi yang membawa kepada keyakinan bahwa tidak ada terkesan
dusta, secara adat mustahil rawi bersepakat dusta;
c) Adanya Keseimbangan Perawi ada Thabaqah Pertama dengan
Thabaqah Berikutnya.
Jumlah perawinya minimal 4 meliputi setiap thabaqah, mulai
dari sahabat, tabiin, tabi tabiin dan selanjutnya sampai mudawin.
8
Munzier Suparta, Ilmu Hadits, h. 97
9
Endang Soetari, Syarah dan Kritik Hadits..., h. 14
10
Munzier Suparta, Ilmu Hadits, h. 100
5|Taqsim Hadits
Artinya: Dan sungguh Allah benar-benar telah mengambil
perjanjian teguh dengan Bani Israil dan Kami telah mengutus
dua belas orang naqib (pelaku spionase) dan Allah berfirman:
Sesungguhnya Aku bersama kalian.11
Artinya: Wahai Nabi, giringlah orang-orang yang beriman
untuk berperang! Jika diantara kalian ada dua puluh orang yang
bersabar, maka mereka akan mengalahkan dua ratus orang.12
Artinya : Dan Musa telah memilih dari kaumnya tujuh puluh
orang lelaki pada waktu yang telah Kami tentukan.13
11
Qs, Al-Maidah [4]: 12
12
Qs. Al-Anfal [8]: 65
13
QS. Al-Araf [7]: 155
14
Jamul Jawami juz: 2, hal: 122.
15
Munzier Suparta, Ilmu Hadits, h. 101
6|Taqsim Hadits
a) Hadits Mutawattir Lafdzi
Yang dimaksud Hadits mutawattir lafdzi adalah;
Hadits yang mutawattir periwayatannya dalam satu lafadz.
Sedangkan menurut Fatchur Rahman dalam bukunya
Ikhtisar Mushthalah Hadits, mengatakan bahwa Hadits mutawattir
lafdzi adalah Hadits yang diriwayatkan oleh orang banyak yang
susunan redaksi dan maknanya sesuai benar antara riwayat yang
satu dengan yang lainnya,16 yakni:
/
Hadits yang sama bunyi lafadz, hukum dan maknanya.17
Contoh Hadits mutawattir lafdzi,
Barang siapa yang sengaja berdusta atas namaku,
hendaklah ia bersiap-siap menduduki tempat duduknya di neraka.
(HR. Bukhari)
16
Fatchur Rahman, Ikhtishar Mushthalah Hadits, (Bandung: Al-Maarif, 1974) h. 80
17
Endang Soetari, Ilmu Hadits: Kajian Riwayah dan Dirayah, (Bandung: Mimbar
Pustaka, 2005), h. 121
18
Menurut Abu Bakar Al-Sairi, bahwa hadits ini diriwayatkan secara marfu oleh 60
sahabat. Menurut Ibnu Al-Shalah, hadits ini diriwayatkan oleh 62 sahabat, termasuk 10 sahabat
yang telah diakui akan masuk syurga. Yang dimaksud adalah: Abu Bakar Al-Shiddiq, Umar bin
Khattab, Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Said bin Malik, Said bin Zaid, Ubaidillah bin
Zarrah, Abdurrahman bin Auf, dll. Menurut sebagian pendapat lain menyatakan, hadits ini
diriwayatkan oleh hampir dua ratus sahabat.
19
Agus Solahudin dan Agus Suyadi, Ulumul Hadits, h. 131
7|Taqsim Hadits
Hadits yang maknanya mutawattir, tapi lafadznya tidak.20
Ada juga yang mengatakan,
Hadits yang dinukilkan oleh sejumlah orang yang mustahil
mereka sepakat berdusta atau karena kebetulan, mereka
menukilkan dalam berbagai bentuk, tetapi dalam satu masalah
atau mempunya titik persamaan.
Hadits yang berlainan bunyi dan maknanya, tetapi dapat diambil
makna umum.22
Contoh Hadits Mutawattir manawi, yaitu:
Nabi saw, tidak mengangkat kedua tangannya dalam doa-doa
beliau, kecuali dalam shalat istisqa, dan beliau mengangkat
tangannya hingga tampak putih-putih ketiaknya. (HR. Bukhari)
20
Agus Solahudin dan Agus Suyadi, Ulumul Hadits, h. 131
21
Endang Soetari, Ilmu Hadits: Kajian Riwayah dan Dirayah, h. 121
22
Endang Soetari, Ilmu Hadits: Kajian Riwayah dan Dirayah, h. 121
8|Taqsim Hadits
sesuatu yang diketahui dengan mudah, bahwa dia
termasuk urusan agama dan telah muttawatir antara umat Islam,
bahwa Nabi Muhammad saw, mengerjakannya, menyuruhnya,
atau selain dari itu. Dan pengertian ini sesuai dengan tarif
Ijma.23
Contoh Hadits mutawattir Amali adalah berita-berita yang
menerangkan tentang waktu dan rakaat shalat, sholat jenazah,
sholat id, hijab perempuan yang bukan mahram, dan segala
bentuk amal yang telah menjadi kesepakatan, ijma.
5) Nilai Hadits Mutawattir
Hadits Mutawattir memiliki nilai Ilmu Dharuri (yufid ila
ilmi al-dharuri) yakni keharusan untuk menerima dan
mengamalkannya sesuai dengan yang diberikan oleh hadits
mutawattir tersebut, hingga membawa kepada keyakinan yang
qathi (pasti).
Ibnu Taimiyah24 mengatakan bahwa suatu hadits dianggap
mutawattir oleh sebagian golongan lain dan kadang-kadang telah
membawa keyakinan bagi suatu golongan tetapi tidak bagi
golongan lain.25
6) Kitab-kitab tentang Hadits Mutawattir
Sebagian ulama telah mengumpulkan hadits-hadits
mutawattir dalam kitab tersendiri. Diantaranya adalah:
1. Al-Azhar Al-Mutsawatsirah fi Al-Akhbar Al-Mutawatirah, karya
As-Suyuti, berurutan berdasarkan bab.
2. Qathf Al-Azhar, karya As-Suyuti, ringkasan dari kitab di atas.
23
Munzier Suparta, Ilmu Hadits, h. 106
24
Nama lengkapnya adalah Taqiy Al-Dn Abu Al-Abbas Ahmad Ibn Abd Al-Halim ibn
Abd Salam ibn Abdullah Al-Khidr ibn Muhammad Al-Hidr ibn Ali Ibn Abdillah yang dilahirkan
pada tahun 661 H/1263 M do Kota Harran, Mesopotamia Utara (kini masuk wilayah Turki dekat
dengan perbatasan Iraq). Adapun tahun wafatnya adalah 728 H. Lihat biografi lengkapnya, Al-
Dzahabi, Syiar al-Alam Al-Nubala, (Beirut: Dar Al-Fikr, t.t) Juz.7, h, 373.
25
Munzier Suparta, Ilmu Hadits, h. 106
9|Taqsim Hadits
3. Al-Laah Al-Mutanatsirah fi Al-Ahadits Al-Mutawatirah, karya
Abu Abdillah Muhammad bin Thulun Ad-Dimisyqi.
4. Nazhm Al-Mutanatsirah min al-Hadits al-Mutanatsirah, karya
Muhammad bin Jafar Al-Kattani.26
b. Hadits Ahad
1. Pengertian Hadits Ahad
Al-d jama dari ahd, menurut bahasa berarti al-wahid
atau satu. Dengan demikian khabar wahid adalah satu berita yang
disampaikan oleh satu orang.27 Sedangkan menurut istilah banyak
didefimisikan oleh beberapa ulama, diantaranya:
26
Agus Solahudin dan Agus Suyadi, Ulumul Hadits, h. 133
27
Munzier Suparta, Ilmu Hadits, h. 107
28
Agus Solahudin dan Agus Suyadi, Ulumul Hadits, h. 133
29
Endang Soetari, Syarah dan Kritik Hadits..., h. 15
10 | T a q s i m H a d i t s
:
.
Dan hadis Ahad ialah hadis yang diriwayatkan dari
Rasulullah SAW. Oleh perorangan yang tidak mencapai jumlah
mutawatir, yaitu dengan diriwayatkan dari Rasulullah SAW oleh
seorang rawi, dua orang atau sekelompok orang yang tidak
mencapai batasan mutawatir. Dan diriwayatkan dari rawi tersebut
oleh perawi yang setara dan seterusnya sehingga sampai kepada
kita dengan sanad yang thabaqohnya perorangan; bukan
kelompok-kelompok mutawatir.30
30
Abdul Wahb Khalaf, Ilmu Ushl al-Fiqh, h. 41
11 | T a q s i m H a d i t s
Hadis Masyhuroh ialah hadis yang diriwayatkan dari
Rasulallah SAW oleh seorang, dua orang Sahabat atau lebih
yang tidak mencapai batasan jumlah mutawatir. Kemudian
diriwayatkan dari perawi ini atau para perawi oleh sekelompok
orang yang mencapai jumlah mutawatir, dan diriwayatkan dari
sekelompok tersebut oleh kelompok yang setara, dan dari
kelompok yang setara ini diriwayatkan pula oleh kelompok yang
setara sehingga sampai kepada kita. Atau pada satu thobaqoh
yang mereka mendengar ucapan Rasulullah SAW, menyaksikan
perbuatan beliau oleh seseorang, dua orang atau beberapa
orang yang tidak mencapai jumlah mutawatir, sedangkan
thabaqoh-thobaqoh lainnya merupakan jumlah mutawatir.
() ( )
( ) ( )
()
() () .
( ) .
31
Hadits mahsyur ada yang berstatus shahih, hasan dan
daif. Yang dimaksud dengan hadits mahsyur shahih adalah
hadits mahsyur yang telah memenuhi ketentuan-ketentuan hadits
31
Ghyat al-Wushl f Lubba
12 | T a q s i m H a d i t s
shahih, baik pada matan maupun sanadnya. Sedangkan hadits
mahsyur hasan adalah hadits yang telah memenuhi ketentuan
hadits hasan, baik mengenai sanad maupun matannya. Seperti
sabda Nabi saw,:
jangan melakukan perbuatan yang berbahaa (bagi diri
dan orang lain).
Adapun hadits mahsyur daif adalah hadits mahsyur yang
tidak mempunyai syarat-syarat hadits shahih dan hasan, seperti
hadits:
menuntut ilmu wajib bagi muslim laki-laki dan
perempuan.
b. Hadits Aziz
1) Pengertian Hadits Aziz
Aziz berasal dari kata Azza- yaizzu yang berarti la
yakadu yujadu atau qalla wa nadzar (sedikit atau jarang adanya),
dan bisa berasal dari azza yaazzu berarti kuat.32 Sedangkan
menurut istilah,
,
.
32
Munzier Suparta, Ilmu Hadits, h. 116
33
Agus Solahudin dan Agus Suyadi, Ulumul Hadits, h. 136
13 | T a q s i m H a d i t s
Jadi, yang dimaksud hadits Aziz adalah hadits yang yang
diriwayatkan bukan saja oleh dua orang rawi setiap thabaqah
yakni dari thabaqah pertama sampai thabaqah terakhir, tetapi
selagi thabaqah didapati dua rawi.
Contoh hadits Aziz, pada thabaqah pertama, yaitu:
Kami adalah orang-orang terakhir di dunia dan terdahulu
pada hari kiamat. (HR. Ahmad dan An-Nasai)
Hadits tersebut diriwayatkan oleh dua orang sahabat
pertama, yakni Hudzaifah Ibn Al-Yaman dan Abu Hurairah.
c. Hadits Gharib
1) Pengertian Hadits Gharib
Gharib menurut bahasa adalah baidun anil wathani (yang
jauh dari tanah), dan kalimat yang sukar dipahami.34 Sedangkan
menurut istilah, hadits gharib adalah:
hadits yang diriwayatkan oleh seorang perawi yang
menyendiri dalam meriwayatkannya, baik yang menyendiri itu
imamnya maupun selainnya.
34
Agus Solahudin dan Agus Suyadi, Ulumul Hadits, h. 137
14 | T a q s i m H a d i t s
Adalah apabila penyendirian ini mengenai sifat-sifat atau
keadaan tertentu seorang rawi. Penyendirian itu memiliki
beberapa kemungkinan dilihat dari sifat atau keadaan, antara lain:
- Sifat keadilan atau kedhabitan rawi
- Kota atau tempat tinggal tertentu
- Meriwayatkannya dari orang tertentu.35
3. Kedudukan Hadits Ahad dan Pendapat Ulama tentang Hadits
Ahad
Para ulama berbeda pendapat mengenai kedudukan hadits ahad,
antara lain:
a. Segolongan ulama, seperti Al-Qasyayani sebagian ulama
Dhahiriyah dan ibnu Dawud, mengatakan bahwa tidak wajib
beramal dengan hadits ahad.
b. Jumhur ulama ushul menetapkan bahwa hadits ahad memberi
faedah dhan. Oleh karena itu, wajib diamalkan sesudah diakui
keshahihannya.
c. Sebagian ulama menetapkan bahwa boleh diamalkan disegala
bidang.
d. Sebagian muhaqiqin menetapkan bahwa hanya wajib
diamalkan dalam urusan amaliyah, ibadah, kifarat, dan hudud.
Namun tidak digunakan dalam urusan aqaid.
e. Imam syafii berpendapat bahwa tidak dapat menghapuskan
suatu hukum daei hukum Alquran
f. Ahlu Zahir (pengikut Daud Ibnu Ali Al-Zhahiri) tidak
membolehkan men-takhsis-kan umum ayat-ayat Alquran
dengan hadits ahad.36
4. Perbedadan Hadits Mutawattir dan Hadits Ahad
Hadits ahad adalah hadits yang tidak sampai pada
mutawattir:
35
Agus Solahudin dan Agus Suyadi, Ulumul Hadits, h. 138-139
36
Agus Solahudin dan Agus Suyadi, Ulumul Hadits, h. 140-141
15 | T a q s i m H a d i t s
a. Jumlah rawinya, Mutawattir : 4, sedangkan ahad : 3-1
b. Syaratnya, Hadits Mutawattir dengan 3 syarat, sedangkan
hadits ahad tidak mengharuskan syarat seperti itu.
c. Kehujjahannya hadits mutawattir memfaidahkan ilmu dharuri
yang bersifat qathi (pasti, yakin, mutlak, absolut) wurud dan
dalalahnya, sedangkan hadits ahad bersifat zanni (dugaan,
relatif, nisbi) baik wurudnya maupun dilalahnya.37
Perbedaan yang lain antara Hadis Mutawatir dan Ahad
:
.
Perbedaan antara hadis mutawatir dan hadis masyhuroh,
bahwa sunah mutawatir itu setiap halqah pada silsilah sanadnya
merupakan jamak mutawatir mulai diterima dari Rasulullah SAW
sehingga sampai kepada kita. Sedangkan hadis masyhuroh itu
halqoh pertama di dalam sanadnya bukan jamak mutawatir,
namun yang menerimanya dari Rasulullah SAW oleh seorang, dua
orang atau beberapa orang yang tidak mencapai jumlah mutawatir,
sedangkan halqoh-halqoh lainnya merupakan jumlah mutawatir.
37
Endang Soetari, Syarah dan Kritik Hadits..., h. 15
16 | T a q s i m H a d i t s
tahun, artinya pada saat rawi guru meninggal, rawi murid sudah
berusia 10 tahun, sudah dalam usia mumayyiz dan baligh.
b. Hadits Munfashil adalah hadits yang sanadnya terputus (intiqa)
karena tidak bertemu. Pada sanad terputus pada rawi pertama disebut
hadits Mursal, putus pada rawi mudawin dengan gurunya disebut
hadits muallaq, putus satu rawi di thabaqah mana saja dalam sanad
disebut hadits munqathi, dan putus dua rawi dalam dua thabaqah
yang berturut-turut disebut hadits mudhal.
Ittishalnya sanad adalah faktos yang menentukan maqbulnya kualitas
hadits, dan inqithanya sanad merupakan bagian dari kualitas
mardudnya hadits.38
38
Endang Soetari, Syarah dan Kritik Hadits..., h. 16-17
39
Endang Soetari, Syarah dan Kritik Hadits..., h. 17-18
17 | T a q s i m H a d i t s
hadits berupa perkataan Nabi saw, yang berisi berbagai tuntunan dan
petunjuk syara, peristiwa, dan kisah, baik yang berkaitan dengan
aspek akidah, syariat maupun akhlak.40 Hadits Qauli maksudnya
adalah matannya berbentuk ucapan.
b. Hadits fili, adalah segala perbuatan yang disandarkan kepada Nabi
saw. Dalam hadits ini terdapat berita tentang perbuatan Nabi saw, yang
menjadi anutan perilaku para sahabat pada waktu itu, dan menjadi
keharusan bagi semua umat Islam untuk mengikutinya. Hadits Fili
maksudnya adalah matannya berbentuk perbuatan;
c. Hadits Taqriri, adalah hadits yang berupa ketetapan Nabi saw,
terhadap apa yang datang atau dilakukan oleh para sahabatnya.
Maksudnya adalah matannya merupakan kesan ketetapan dari suatu
peristiwa.
40
Agus Solahudin dan Agus Suyadi, Ulumul Hadits, h. 21
41
Fatchur Rahman, Ikhtishar Mushthalah Hadits, h. 160
42
Mahmud thahan, Taisir Musthalah Hadits, (Bairut: Dar Al-Quran Al-Karim, 1979). H.
107
18 | T a q s i m H a d i t s
c. Hadits Maqthu adalah hadits yang disandarkan kepada tabiin atau
orang yang dibawahnya, baik perkataan, atau perbuatan.43 Maksudnya
matannya idhafah pada tabiin.
BAB III
PENUTUP
43
Mahmud thahan, Taisir Musthalah Hadits, h. 109
19 | T a q s i m H a d i t s
A. Kesimpulan
Pembagian hadis dilihat dari segi kuantitas rawi terbagi menjadi dua
bagian yaitu hadits mutawatir, dan ahad. Pendapat lain, mengatakan bahwa
hadits dibagi menjadi tiga, yaitu hadits mutawattir, mahsyur, dan ahad.
Pendapat ini dikemukakan oleh ulama ushul. Adapun hadtis mutawatir
adalah Hadits yang diriwayatkan oleh rawi dalam jumlah yang banyak yang
mustahil menurut adat mereka bersepakat untuk berdusta didasarkan pada
panca indra. Hadits ahad adalah hadits yang tidak mencapai tingkatan hadits
mutawattir. Hadits ahad dibagi menjadi tiga, yaitu hadits mahsyur, hadits
aziz dan hadits gharib. Sehingga inilah alasan para ulama kalam dan ulama
lainnya mengelompokkan hadits mahsyur ke dalam hadits ahad. Sedangkan
pengertin hadits mahsyur hadits yang diriwayatkan dari Rasulallah SAW oleh
seorang, dua orang Sahabat atau lebih yang tidak mencapai batasan jumlah
mutawatir. Sedangkan hadits dilihat dari segi kuantitas sanad dibagi menjadi
dua yaitu muttashil dan munfashil. Pembagian itu dilihat dari persambungan
sanad. Dan yang terakhir dilihat dari kuantitas bentuk matan dibagi menjadi
tiga, yaitu hadits marfu. Mauquf, dan maqhtu.
DAFTAR PUSTAKA
20 | T a q s i m H a d i t s
Ghyat al-Wushl f Lubb al-Ushl juz 1 hal 89 al-Maktabah as-Syamilah
Jamul Jawami juz: 2,
Khalaf, Abdul Wahb. Ilmu Ushl al-Fiqh. Indonesia: Al-Haromain li An Nasyri
wa at-tauz. 2004
Khon , Abdul Majid. Ulumul Hadis. Jakarta: Amazon. 2010
Rahman, Fatchur. Ikhtishar Mushthalah Hadits. Bandung: Al-Maarif. 1974
Soetari, Endang. Ilmu Hadits: Kajian Riwayah dan Dirayah. Bandung: Mimbar
Pustaka. 2005.
_____________. Syarah dan Kritik Hadits dengan Metode Takhrij. Gombong
Layang: Yayasan Amal Bakti. 2015.
Solahudin, Agus dan Agus Suyadi. Ulumul Hadits. Bandung: Pustaka Setia. 2008
Suparta, Munzier. Ilmu Hadits. Jakarta: Rajawali Pers. 2011
Thahan, Mahmud. Taisir Musthalah Hadits. Bairut: Dar Al-Quran Al-Karim.
1979.
21 | T a q s i m H a d i t s