DALAM AL-QUR’AN
2018
PENDAHULUAN
Kaidah tafsir adalah sebuah undang undang yang disusun oleh ulama dengan
kajian yang mendalam untuk digunakan memahami makna-makan al-Qur’an
hukum-hukum serta petunjuk-petunjuk di dalamnya.1 Atau juga dapat didefinisikan
dengan ketetapan-ketetapan yang dapat membantu mufasir dalam menarik makna-
makna serta pesan-pesan yang terkandung di dalam al-Qur’an mengurai Kumusykilan
di dalamnya.2
Maka bila kita perhatikan, banyak sekali di dalam al-Qur’an, ayat ayat yang
membutuh penjelasan dan penafsiran. Sehingga perlu kiranya kita memahami kaidah-
kaidah tafsir dan mempergunakan kaidah tersebut untuk mengupas dan menguraikan
ayat-ayat al-Qur’an. sehingga bisa tersampaikan maksud kandungan al-Qur’an. maka
dari itu penulis ingin membahas kaidah Nas, Zahir, Mujmal dan Mu’awal dalam al-
Qur’an.
1
Muhammad ‘Abdul ‘Azim al-Zarqani, Manahil al-Irfan (t.tp; Babay Halabi, t,th) Vol Iim 3
2
M.Quraish Shihab, Kaidah Tafsir, (Tenggerang ; Lenterab Hati, 2013),11
3
M.Quraish Shihab, Kaidah Tafsir, 11
4
M. Quraish Shihab, Membumikan al-Qur’an, (Bandung, Mizan, 1992) 239
PEMBAHASAN
5
Nash juga sering digunakan dalam percakapan sehari-hari dlam arti “ ayat al-Qur’an atau Hadis Nabi
Saw, sebagaimana tidak jarang juga digunakan untuk menunjuk pendapat. Yang dipilih oleh seorang ulama
besar, misalnya sambil menggunakan satu pendapat, anda berkata: ini adalah Nash Imam Syafi’i” dikali lain
Nash juga menunjukan kutipan langsung, seperti jika anda berkata “ Nashnya ( redaksinya) berbunyi demikian”
6
M. Quraish Shihab, Kaidah Tafsir, 196
7
M. Quraish Shihab, Kaidah Tafsir, 196
8
M.Quraish Shihab, Kaidah tafsir, 196
9
M. Quraish Shihab, Kiadah Tafsir, 196
Kedua teks di atas adalah nash, yakni teks yang sangat jelas hukumnya, yakni
“seekor kambing adalah seekor, tidak dua atau setengah ekor. Dan empat
puluhadalah angka yang di atas tiga puluh sembilan dan dibawah emapat puluh
satau.10
2. Zahir
Zahir11 adalah lafaz yang mengandung kemungkinan dua makna atau lebih,
namun salah satunya lebih menonjol untuk dipilih. Hal ini seperti dalam sabda
Nabi, ketika ditanya tentang wudhu dengan cairan yang ditampung oleh unta
tersebut adalah bersuci dengan membasuh, keempat anggota tubuh; wajah, tangan
kepala dan kaki. Makna ini zahir meskipun ada kemingkinan kecil
mengartikannya dengan bersihkan dirimu dengannya.
Sedangkang Zahir terbagi menjadi dua bagian
1) Zahir dengan ketetapan
a) Zahir dengan penetapan Syar’i, seperti dalam shalat dan puasa
b) Zahir dengan penetapan bahasa seperti Amr yang berarti perintah bisa
wajib bisa sunah
10
M. Quraish Shihab, Kaidah Tafsir, 197
11
Khalaid usman As-Sabt, Qawaid at-Tafsir (Bairut Libanon, ) 671
Ayat ini sebelumnya khabarnya zahir, akan tetapi menunjukan perintah
dengan dalil walaupumn menunjukan kezahirannya. Dan ayat ini menjalaskan
bahwasanya jika seorang ibu ingin menuyusui anak anaknya maka boleh lebih
dari dua tahun maupun kurang dari dua tahun. 12
3. Mu’awwal
Mu’awal dapat dimengerti bahwasannya apabila memilih makna adalah
makna yang tidak lebih kuat, maka inilah yang disebut dengan mu’awwal. 13 Akan
tetapi ta’wil tidak boleh ditempuh dengan tanpa adanya indikator atau dalil lain
yang kuat sehingga, kelemahan yang pada sasarnya melekat pada makna kedua
mampu dikalahkan oleh indikator yang berhubungan langsung dengan lafaz atau
adanya argumentasi lain bersifat zahir. Misalkan dalam firman Allah dalam QS.
Al-Maidah [5] :3
Diharamkan bagimu (memakan) bangkai. (al-Maidah [5]; 3)
12
Khalaid usman As-Sabt, Qawaid at-Tafsir (Bairut Libanon, ) 680
13
M.Quraish Shihab, Kaidah Tafsir, 199
Dalil yang digunakan mengalihkan makna bermacam macam dan bertingkat-
tingkat. Semakin jelas makna Zhahir, semakin kuat pula dalil yang dibutuhkan
untuk maknanya.
14
4. Mujmal ()مجمل
Mujmal جممل adalah lafazh yang berkisar maknyanya pada dua kemungkinan
makna atau lebih dalam tingkat yang sama, tidak satu kemungkianan maknapun
yang memiliki kelebihan. Dengan demikian, mujmal berbeda dengan Zhahir,
karena Zhahir adalah yang lebih jelas maknanya dari kemungkinan makna
selainnya, sedang mujmal tingkat kemungkinan makna dari dua atau lebih makna
itu seimbang. Ia serupa dengan orang yang ragu, yakni tingkat pembenaran atau
penolakannya sama-sama 50 persen. Tidak ada kelebihan yang satu atas yang
lainnya.
Sepakat ulama menyatakan bahwa teks yang bersifat nash merupakan dasar
hukum yang kuat, sedang yang Zhahir bilah telah diteliti aneka kemungkinan
maknanya dan dikuatkan salah satunya, maka ia pun sudah memadai untuk
dijadikan dasar dalam menetapkan hukum.
14
Khalaid usman As-Sabt, Qawaid at-Tafsir , 672
15
M.Quraish Shihab, Kaidah Tafsir,199
Pada ayat diatas difahami bahwasannya perintah memiliki kandungan wajib
untuk dijalankan, didukung oleh indikator bahwasannya Rasul Saw. Dan para
sahabat tidak pernah meninggalkannya, bahkan dalam peperangan sekalipun.
Selain itu beliau juga tidak sekali menjadikan bahwasannya shalat sebagai bukti
keislaman yang membedakan antara muslin dan non muslim.
Sebaliknya , perintah menulis utang piutang dalam QS al-Baqarah ; 282
apabila kamu bermu'amalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan,
perintah itu tidak dipahami dalam arti wajib, tetapi anjuran, karena pada
masa Nabi saw. Dan sahabat, sekian banyak di antara mereka yang tidak menulis
bukan saja karena alasan tidak pandai menulis, tetapi juga merepotkan , apalagi
jika mereka telah saling mempercayai. Dari sini, bahkan dari perbendaharaan
bahasa, para pakar al-Qur’an meyimpulkan bahwa ada sekian tujuan dan makna
dari perintah dalam al-Qur’an selain bermakna wajib antara lain:
17
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, volume 1( Tenggerang, Lentera Hati, 2007), 378
Apabila Telah ditunaikan shalat, Maka bertebaranlah kamu di muka
bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya
kamu beruntung.
Perintah dan larangan yang disebut pada ayat di atas disusul dengan
Firman Allah
18
M.Quraish Shihab, Kaidah Tafsir,199
janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu menafkahkan
daripadanya, padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan
dengan memincingkan mata terhadapnya. dan Ketahuilah, bahwa Allah
Maha Kaya lagi Maha Terpuji.
3) Memberitakan kerendahan nilai atas sesuatu yang dilarang , seperti QS
Taha [20] 131
Dan janganlah kamu tujukan kedua matamu kepada apa yang Telah
kami berikan kepada golongan-golongan dari mereka, sebagai bunga
kehidupan dunia untuk kami cobai mereka dengannya. dan karunia Tuhan
kamu adalah lebih baik dan lebih kekal.
4) Memberikan dampak buruk sesuatu yang dilarang, seperti QS Ibrahim
[14[;42
Dan janganlah sekali-kali kamu (Muhammad) mengira, bahwa Allah
lalai dari apa yang diperbuat oleh orang-orang yang zalim. Sesungguhnya
Allah memberi tangguh kepada mereka sampai hari yang pada waktu itu
mata (mereka) terbelalak,
19
M.Quraish Shihab, Kaidah Tafsir,205
Kesimpulan
Sehingga perlu kita mengetahui kaidah kaidah yang diatas, untuk bisa
memahami al-Qur’an secara keseluruhan , supaya bisa memahami dan mengamalkan
syari’at-sya’riat yang terdapat dalam al-Qur’an.
Daftar Pustaka