Anda di halaman 1dari 12

Mubham Al-Dalālah

Makalah

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ushul Al-Tafsir wa Qawaiduhu

Dosen pengampu:

Abdul Wadud Kasful Humam, M.Hum.

oleh:

Muhammad Husain Haikal 202101012042

Darmawan 202101012172

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI) AL-ANWAR


SARANG REMBANG PROGRAM STUDI ILMU
AL-QUR’AN DAN TAFSIR
2023

0
Mubham Al-Dalālah

Oleh: Muhammad Husain Haikal dan Darmawan

A. Pendahuluan

Dalam memahami sebuah penafsiran dibutuhkan kaidah-kaidah untuk


melakukannya. Sebagaimana dalam memahami fiqih, dibutuhkan uṣul fiqh.
begitu pula untuk memahami sebuah penafsiran dibutuhkan kaidah penafsiran.

Kaidah yang akan dibahas kali ini adalah kaidah dari segi keadaan lafal.
Pada kaidah ini terbagi menjadi dua. Pertama wādih dan yang kedua ghair al-
wādih.1

Pada makalah kali ini akan dipaparkan mengenai bagian keduanya yaitu
ghair al-wādih. Para ulama dalam kitabnya menyebutkan bagian ini dengan
mubham al-dalālah. Selanjutnya, akan dibahas mubham al-dalālah ini mulai
dari pengertian dan lain sebagainya.

B. Pengertian Kaidah Mubham Al-Dalālah

Di mulai dari pengertian bahasanya terlebih dahulu. Mubham adalah


bentuk isim maf’ul dari kata abhama yubhimu, yang berarti samar, rancu atau
belum jelas. Sedangkan menurut istilah,

‫ من إنسان أو غريه‬,‫كل ما ورد يف القرآن غري مسًم ى بامسه الذي ُيعرف به‬

Setiap sesuatu yang disebutkan di dalam al-Qur`an yang tidak disebutkan


dengan nama yang diketahui, baik itu manusia atau selainnya.2

Maksudnya lafal mubham yang terdapat pada al-Qur’an dapat berupa


bentuk sifat, ishim mauṣul ataupun isim dlamir. Kata-kata atau lafal tersebut
tidak tertentu menunjukkan pada orang, objek atau tempat secara jelas.
Misalnya saja pada penyebutan istri Nabi Adam ‘Alayhis Sallam.

Allah Subhānahu Wa ta’āla berfirman:

1
Khālid ‘Abd ar-Rahmān al-‘Ak, Ushūl al-Tafsīr wa Qawā’iduhu (Damaskus: Dār al-Nafāis,
1986),321
2
Khālid bin Usman al-Sabt, Qawāid al-Tafsīr Jam’an wa Dirāsatan (T.tp.: Dār Ibnu ‘Affān,
T.th.), 717

1
‫َو ُقْل َن ا َي ا آ َد ُم ا ْس ُك ْن َأْنَت َو َز ْو ُج َك ا ْل َج َّن َة َو ُك اَل ِم ْنَه ا َر َغ ًد ا َح ْي ُث ِش ْئُتَم ا َو اَل‬
‫ِلِم‬ ‫ِم‬ ‫ِذِه‬
‫َتْق َر َبا َٰه الَّش َج َر َة َفَت ُك و َنا َن ال َّظا ي َن‬
Dan Kami berfirman: "Hai Adam, diamilah oleh kamu dan isterimu surga ini, dan
makanlah makanan-makanannya yang banyak lagi baik dimana saja yang kamu sukai,
dan janganlah kamu dekati pohon ini, yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang
yang zalim.
Pada ayat ini lafadz ‫ زوجك‬termasuk kata yang mubham, karena nama istri
Nabi Adam ‘Alayhis Sallam tidak di sebutkan secara jelas. Jadi bagi orang
yang membacanya pertama kali tidak akan mengetahui siapa nama istri Nabi
Adam ‘Alayhis Sallam. Kemudian baru setelah mencari beberapa sumber dia
akan mengetahui bahwa nama istri Nabi Adam ‘Alayhis Sallam adalah Hawa.3

C. Macam dan Jenis Kaidah Mubham Al-Dalālah

Dalam lafal ayat-ayat mubham, terbagi menjadi 4:4

1. Al-khāfī.

Al-khāfī merupakan sesuatu yang mempunyai arti tersembunyi


dikarenakan oleh aspek lain bukan dari bentuk ṣighahnya. Selain itu,
maknanya juga tidak bisa dikenal kecuali tanpa tuntutan ataupun
permintaan. Lafal al-khāfī dari bentuk lafalnya menampilkan makna yang
jelas tetapi dalam penjelasan artinya ditemukan ketidakjelasan. 5 Hukum
al-khāfī adalah harus mengetahui arti dari lafal tersebut dengan sebuah
pemahaman, perhatian, pemikiran jika terdapat kelebihan atau kekurangan
pada makna lafal tersebut.6

2. Musykil.
3
Az-Zarkasyi, Al-Burhān Fī ‘Ulūm al-Qur`ān (Kairo: Dār al-Hadīts, 2006), 112.
4
Muhammad Abu Zahrah, Ushūl al-Fiqh (Dār al-Fikr, 2015), 124.
5
Abdullah bin Yusuf al-Judā’ī, Taisīri ‘Ilm Ushūl al-Fiqh (Beirut: Mu`assasah al-Rayyān, 1418),
302.
6
Khālid ‘Abd ar-Rahmān al-‘Ak, Ushūl al-Tafsīr wa Qawā’iduhu, 346.

2
Musykil ialah lafal yang artinya tersembunyi dikarenakan aspek lafal itu
sendiri serta tidak bisa dikenal tanpa melalui qarīnah. Ada hal yang
membedakan antara al-khāfī dan musykil. Al-khāfī itu sebabnya bukan
pada lafal tersebut namun pada pelaksanaan tersebut. Sebaliknya, musykil
sebabnya pada lafal itu sendiri serta maknanya tidak dapat dikenal tanpa
melalui qarīnah yang memperlihatkan tujuan lafal tersebut. Hukumnya
sebagaimana dalam pengertian bahwa musykil boleh diamalkan setelah
dilakukan perenungan, perhatian dan telaah dengan menggunakan qarīnah
atau petunjuk.7

3. Mujmal.

Mujmal lafal yang maknanya tersembunyi dengan lafal yang sama, tidak
dimengerti kecuali dari uraian mutakallim-nya dan tidak dapat dipahami
menggunakan akal. Lafal mujmal lebih samar daripada lafal sebelumnya.
Karena, dari bentuk shigah nya saja tidak memperlihatkankan makna yang
ditujukan dan tidak ada juga qarīnah yang bisa menjelaskan makna lafal
tersebut. Hukum mujmal kita menyikapinya dengan tawaqquf atau diam
dalam memastikan tujuan makna lafal tersebut sehingga tidak boleh
mengerjakannya kecuali bila terdapat penjelasan dari syari’at.8

4. Mutasyābih.

Mutasyābih ialah lafal yang artinya tersembunyi, bentuk shighah nya


tidak memperlihatkan arti tersebut dan tidak ditemukan jalan untuk
mengetahuinya sebab tidak adanya qarīnah yang menjelaskan arti
tersebut.9 Pada hal ini akal manusia tidak bisa berbuat seesuatu kecuali
memasrahkannya kepada Allah Subhānahu Wa Ta’āla.10

D. Sebab-Sebab Ayat Disebut Ayat Mubham


Terdapat beberapa sebab pada ayat-ayat yang dinamakan ayat mubham:

7
Wahbah al-Zuhaili, al-Wajīz fī Ushūl al-Fiqh (Beirut: Dār al-Fikr, 1999), 183-184.
8
Ibid, 185-186.
9
Ibid, 187.
10
Muhammad Abu Zahrah, Ushūl al-Fiqh, 134.

3
1. Istignā`.
Yaitu dicukupkan dengan penjelasan ayat yang lain.
Contoh:
‫ِب ِه‬ ‫ِه‬ ‫َّلِذ‬ ‫ِص‬
‫َر ا َط ا ي َن َأْنَعْم َت َع َل ْي ْم َغ ْي ِر ا ْل َم ْغ ُض و َع َل ْي ْم َو اَل الَّضا ِّلي َن‬
(yaitu) Jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan
(jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.

Pada ayat di atas kalimat ‫َأْنَعْم َت‬ adalah kalimat mubham yang

istignā`. Kamudian penjelasan lebihnya di lanjut pada ayat:


‫ِه ِم‬ ‫َّل ِذ‬ ‫َٰلِئ‬ ‫ِط‬
‫َو َمْن ُي ِع ال َّل َه َو ال َّر ُس و َل َفُأو َك َم َع ا ي َن َأْنَع َم ال َّل ُه َع َل ْي ْم َن‬
‫الَّنِب ِّيي َن َو ال ِّص ِّد ي ِق ي َن َو الُّش َه َد ا ِء َو ال َّص ا ِلِح ي َن ۚ َو َح ُسَن ُأو َٰلِئَك َر ِف ي ًق ا‬
Dan barangsiapa yang mentaati Allah dan Rasul(Nya), mereka itu akan
bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah,
yaitu: Nabi-nabi, para shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid, dan
orang-orang saleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya.

Jadi “orang-orang yang kau anugrahi nikmat” pada ayat pertama di


jelaskan dengan ayat kedua yang menyebutkan bahwa “orang-
orang yang kau anugrahi nikmat” adalah para nabi, para ṣiddīqīn,
orang-orang yang mati syahid dan orang-orang yang saleh.11
2. Lafal Mubham-nya Masyhur.
Maksudnya walau tidak disebutkan secara detail, semua orang
sudah tahu siapa yang dimaksud.
Contoh:

‫َو ا ْتُل َع َل ْي ِه ْم َنَب َأ ا ْبَن ْي آ َد َم ِبا ْل َح ِّق‬


ceritakanlah kepada mereka kisah kedua putera Adam (Habil dan Qabil)

pada kata “kedua putra adam” ini, dinamakan mubham yang


lafalnya masyhur. Karena, walau nama anak nabi adam tidak

11
Al-Suyūthi, al-Itqān Fī ‘Ulūm al-Qur`ān (Beirut: Dār al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 2006), 698.

4
disebutkan secara jelas tapi semua orang sudah mengetahui bahwa
nama kedua putra nabi adam ini adalah Habil dan Qabil.12
3. Menutupi Dengan Tujuan Untuk Mengasihi.
Al-Qur`an juga menyinggung manusia tanpa menyebut namanya
dengan tujuan untuk mengasihinya.
Contoh:

‫َو َع َل ى ال َّثاَل َثِة ا َّلِذ ي َن ُخ ِّلُف وا‬


dan terhadap tiga orang yang ditangguhkan (penerimaan taubat) mereka

lafal “tiga orang yang ditangguhkan” ini tertuju pada Ka’āb bin
Mālik, Hilāl bin umayyah dan Murarah bin Rābi’. Mereka adalah
tiga orang yang tidak ikut serta perang hunain padahal mereka
mampu. Padahal tidak mengikuti perang sedangkan seseorang
dalam keadaan mampu adalah dosa. Tetapi mereka dikenal sebagai
muslim yang ta’at dan akhirnya bertaubat. Al-Qur`an tidak
menyebutkan nama mereka karena untuk mengasihi mereka.
4. Tidak Ditemukan Faedah.
Maksudnya dalam penjelasan lafalnya tidak terdapat manfaat yang
signifikan.
Contoh:
‫َو َٔ‍ۡسۡل ُه ۡم َعِن ٱۡل َق ۡر َيِة ٱَّليِت َك اَنۡت َح اِض َة ٱۡل َبۡح ِر‬
‫َر‬
Dan tanyakanlah kepada Bani Israil tentang negeri yang terletak di dekat
laut

Maksud dari lafal “negri yang terletak di dekat laut” adalah daerah
Thabariyyah.
5. Pengingat Untuk Umum.
Maksudnya peringatan untuk manusia secara umum dan tidak
ditujukan pada seseorang secara khusus.
Contoh:

12
Az-Zarkasyi, Al-Burhān Fī ‘Ulūm al-Qur`ān, 112.

5
‫ۡك ۡل‬ ‫ِلِه‬ ‫ِه‬ ‫ِم ِتِه ِج‬
‫َو َم ن َيُر ۡج ۢن َبۡي ۦ ُمَه ا ًر ا ِإىَل ٱلَّل َو َرُس و ۦ َّمُث ُيۡد ِر ُه ٱ َم ۡو ُت َفَق ۡد َو َق َع َأۡج ُر ۥُه‬
‫َلى ٱلَّلِه‬
‫َع‬
Barangsiapa keluar dari rumahnya dengan maksud berhijrah kepada
Allah dan Rasul-Nya, kemudian kematian menimpanya (sebelum sampai
ke tempat yang dituju), maka sungguh telah tetap pahalanya di sisi Allah

Maksud ayat ini adalah siapapun orang yang ingin pergi dengan
tujuan yang baik dan karena Allah Subhānahu Wa ta’āla, maka dia
akan mendapatkan ganjaran pahala dari Allah Subhānahu Wa ta’āla.
6. Mengagungkan Seseorang.
Maksudnya mengagungkan dengan sifat yang baik bukan dengan
namanya.
Contoh:
‫ٱَّلِذي ٓا ِبٱلِّص ۡد ِق َّد َق ِبِه‬
‫َو َص‬ ‫َج َء‬ ‫َو‬
Dan orang yang membawa kebenaran (Muhammad) dan
membenarkannya

Maksud “orang yang membawa kebenaran” adalah Nabi


Muhammad Sallallāhu ‘Alayhi Wasallam. Dan yang
membenarkannya adalah Abu Bakar.
7. Tahqīr.
Maksudnya adalah merendahkan dengan sifat yang nāqis.
Contoh:
‫ۡل‬ ‫ِإ ِن‬
‫َّن َش ا َئَك ُه َو ٱ َأۡب َتُر‬
Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu dialah yang terputus

Maksud “orang yang membenci” adalah Al-‘Āshi bin Wā`il.13

E. Contoh Penerapan Kaidah Al-Khāfi, Al-Musykil, Al-Mujmal dan Al-


Mutasyābih Dalam Al-Qur`an

13
Ibid, 112-114.

6
1. Al-khāfī.
Contoh:

pada lafal (‫ارق‬


‫ )الًس‬pada surat al-ma’idah ayat 38:
‫ِك‬ ‫ِم ِه‬ ‫ِد‬
‫َو الَّس اِر ُق َو الَّس اِر َقُة َفاْقَطُعوا َأْي َيُه َم ا َجَز اًء َمِبا َك َس َبا َنَك ااًل َن الَّل ۗ َو الَّلُه َعِز يٌز َح يٌم‬
Artinya: laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri, potonglah
tangan keduanya sebagai pembalasan bagi apa yang mereka kerjakan dan
sebagai siksaan dari Allah. Dan Allah maha perkasa lagi maha bijaksana.

Pencuri merupakan orang yang mengambil harta milik orang lain secara
sembunyi. Namun dari segi dalalahnya pada orang yang dianggap seorang
pencuri itu ditemukan sesuatu yang tersembunyi. Dengan kata lain lafal
“pencuri” memiliki persamaan makna yakni pencopet dan perampok.14
Misalnya seseorang pencopet ialah orang yang mengambil harta milik
orang lain dengan tangan terbuka dan memiliki skill yang mumpuni serta
terampil. Dari segi watak perampok dan pencopet mempunyai perbandingan
sebab pencopet mempunyai kelebihan watak dari pada pencuri. Pencuri ialah
memiliki keberanian dan skill yang mumpuni,
contoh lain seperti seseorang pencuri kain kafan ataupun benda kuburan
seseorang disini tercantum lafal Khafi yang mempunyai kekurangan dari segi
watak. Sebab benda yang di curi berbentuk kain kafan yang notabenya tidak
diminati banyak orang. Jadi para Ulama berpendapat bahwasannya perampok
sebagai jenis tindak pencurian yang di sampingnya terdapat kelebihan dalam
segi sifatnya. Sebab pencuri itu mengambil harta orang lain Ketika dalam
kondisi tidur ataupun secara sembunyi dan sebaliknya perampok mengambil
harta orng lain Ketika orang dalam kondisi terpelihara. Jadi hukum perampok
ialah hukum potong tangan. Sebaliknya orang yang mencuri kain kafan tadi
tidak di katagorikan pencurian sebab suatu yang dicuri bukan sesuatu harta
yang bernilai serta tidak di minati orang banyak.15

14
Wahbah Zuhaili, Ushul al-Fiqh al-Islami (Damaskus:Dār al-Fikr, 1986).
15
Iyadl bin Nami as-Sullami, Ushûl al-Fîqh al-Ladzi Lâ Yasa’u al-Faqîh Jahluh, (Riyadh: Dār at-
Tadmuriyyah, 2005), 403.

7
2. Musykil.
Contoh al-Musykil adalah lafal yang mempunyai dua makna atau lebiih

tanpa ada kepastian mana makna yang lebih kuat. 16 Misalnya lafal (‫ )إىن‬pada
surat al-Baqarah ayat 223:

‫ِنَس آُؤ ُك ْم َحْر ٌث َّلُك ْم َفْأُتوْا َحْر َثُك ْم َأىَّن ِش ْئُتْم َو َقِّد ُموْا َألنُفِس ُك ْم َو اَّتُقوْا الّلَه َو اْع َلُم وْا َأَّنُك م‬
‫ِمِن‬
‫ُّم َالُقوُه َو َبِّش ِر اْلُم ْؤ َني‬

Artinya: isteri-isterinya adalah (seperti) tanah tempat kamu bercocok tanam,


maka datangilah tanah tempat bercocok tanammu itu bagaimana saja kamu
kehendaki dan kerjakanlah (amal yang baik) untuk dirimu dan bertakwalah
keapa Allah dan ketahuilah bahwa kamu kelak akan menemuinya dan berilah
kabar gembira orang-orang yang beriman.

Lafal (‫)إىن‬ diatas termasuk lafal musytarak yang bermakna (‫)كيف‬. Dan pada

surat Maryam ayat 20:

‫َقاَلْت َأىَّن َيُك وُن يِل ُغالٌم َو ْمَل ْمَيَسْس يِن َبَش ٌر َو ْمَل َأُك َبِغًّيا‬

Artinya: Maryam berkata: bagaimana mungkin aku memiliki seseorang anak


laki-laki, sedangkan tidak pernah seorang manusiapun menyentuhku dan aku
bukan (pula) seorang pezina. Lafal diatas termasuk lafal musytarak yang
berarti makna (‫)من أين‬.

3. Mujmal.
Lafal Mujmal ini lebih samar dibandingkan sama lafal sebelumnya
17
karena dari segi shighahnya saja tidak ada arti yang dimaksud. Ada dua
sebab lafal tersebut merupakan lafal mujmal:
a. Lafal-lafal asing

Missal lafal (‫ )اهللوع‬dalam firman Allah pada surat al-Ma’arij ayat 19,20

dan 21:

16
Muhammad Abu Zahrah, Ushûl al-Fîqh, 121.
17
Abdul Wahhab Khallaf, Ilmu Ushûl al-Fîqh, (Kairo: Dār al-Hadits, 2003), 161.

8
‫ِإَّن اِإْل نَس اَن ُخ ِلَق َه ُلوعًا ِإَذا َم َّس ُه الَّش ُّر َجُز وعًا َو ِإَذا َم َّس ُه اَخْلْيُر َم ُنوعًا‬
Artinya: Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi
kikir. Apabila ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah. Dan apabila ia
mendapat kebaikan ia amat kikir.

Pada ayat 19 diatas terdapat lafal (‫)اهللوع‬ yang tidak dapat dipahami

karena termasuk lafal asing sehingga Allah menjelaskan dengan ayat


selanjutnya.

b. Pemalingan atau memindahkan dari makna lughawi ke makna istilahi


Seperti lafal shalat, zakat, puasa dan lafal lainnya yang Allah palingkan
dari makna lughawi dan digunakan di dalam makna syariat yang tidak
diketahui melalui aspek bahasa tetapi dijelaskan lewat hadis-hadis Rasul.
4. Mutasyābih.
Mutasyabih dapat berupa ayat awal surat di dalam al-Qur’an seperti

‫امل‬, ‫ حم‬,‫ كهيعص‬dan sebagainya. Ayat-ayat seperti itu tidak ditemukan

maknanya hanya Allah yang mengetahui makna dari ayat-ayat tersebut, 18


bisa juga bermakna sifat-sifat Allah yang menyerupai ciptaannya. Seperti

contoh lafal ‫ اليد‬pada surat al-fath ayat 10:

‫ِاَّن اَّلِذ اِي َنَك ِاَمَّنا اِي َن الّٰل ۗ ُد الّٰلِه َق َا ِد ِه ۚ َف َّنَك َث َفِاَمَّنا ْنُك ُث ٰل ى ْف ِس ِه‬
‫َع َن‬ ‫َي‬ ‫َفْو ْي ْي ْم َمْن‬ ‫ُيَب ُعْو َه َي‬ ‫ْيَن ُيَب ُعْو‬
‫َو َمْن َاْو ىٰف َمِبا ٰع َه َد َعَلْيُه الّٰل َه َفَس ُيْؤ ِتْيِه َاْج ًر ا َعِظ ْيًم ا‬

Artinya: bahwasanya orang-orang yang berjanji setia kepada kamu


sesungguhnya mereka berjanji setia kepada Allah, tangan Allah diatas
tangan mereka, maka barang siapa yang melanggar janjinya niscaya
akibat ia melanggar janji itu akan menimpa dirinya sendiri dan barang

18
Abdul Karim Zaidan, al-Wajîz fî Ushûl al-Fîqh, (Beirut: Muassasah ar-Risalah Nasyirun,
2012),280.

9
siapa menepati janjinya kepada Allah maka Allah akan memberinya
pahala yang besar.

Maksud lafal ‫ اليد‬pada surat al-fath di atas berarti sebuah

kekuasaan atau kemampuan.


F.Kesimpulan
Mubham adalah lafal yang artinya samar atau tidak jelas untuk memahaminya
memerlukan dalil yang lain. Mubham termasuk bagian dari ilmu Tafsir yang
menjelaskan kesamaran di dalam ayat-ayat al-Qur`an dan di dalam mubham
terbagi menjadi 4 yaitu khāfī, musykil, mujmal dan mutasyābih. Di antara 4
pembagian ini bisa dilihat perbedaan mubham dari beberapa sudut pandang
seperti shigah, makna lughawi, makna isthilahi dan keasingan kata.

Daftar Pustaka

Alquran

10
‘Abd ar-Rahmān al-‘Ak, Khālid, Ushūl al-Tafsīr wa Qawā’iduhu (Damaskus: Dār al-Nafāis,
1986).

Usman al-Sabt, Khālid bin, Qawāid al-Tafsīr Jam’an wa Dirāsatan (T.tp.: Dār Ibnu ‘Affān,
T.th.).

Az-Zarkasyi, Al-Burhān Fī ‘Ulūm al-Qur`ān (Kairo: Dār al-Hadīts, 2006).

Abu Zahrah, Muhammad, Ushūl al-Fiqh (Dār al-Fikr, 2015).

Abdullah bin Yusuf al-Judā’ī, Taisīri ‘Ilm Ushūl al-Fiqh (Beirut: Mu`assasah al-Rayyān,
1418).

al-Zuhaili, Wahbah, al-Wajīz fī Ushūl al-Fiqh (Beirut: Dār al-Fikr, 1999).

Al-Suyūthi, al-Itqān Fī ‘Ulūm al-Qur`ān (Beirut: Dār al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 2006).

al-Zuhaili, Wahbah, Ushul al-Fiqh al-Islami (Damaskus:Dār al-Fikr, 1986).

Zaidan, Abdul Karim, al-Wajîz fî Ushûl al-Fîqh, (Beirut: Muassasah ar-Risalah Nasyirun,
2012).

Iyadl bin Nami as-Sullami, Ushûl al-Fîqh al-Ladzi Lâ Yasa’u al-Faqîh Jahluh, (Riyadh: Dār
at-Tadmuriyyah, 2005).

Khallaf , Abdul Wahhab, Ilmu Ushûl al-Fîqh, (Kairo: Dār al-Hadits, 2003).

11

Anda mungkin juga menyukai