Ilmu Maani
FAKULTAS SYARI’AH
2019
Definisi Ilmu Ma’ani
Ilmu Ma’ani merupakan bentuk jamak dari (نى- ) مغ. Secara leksikal kata tersebut
berarti maksud, arti atau makna. Para ahli ilmu bayan mendefiniskannya sebagai
pengungkapan melalui ucapan tentang sesuatu yang ada dalam pikiran atau disebut juga
sebagai gambaran dari pikiran.
Sedangkan menurut istilah, ilmu ma’ani adalah ilmu yang mengetahui hal-ihwal lafaz
bahasa Arab yang sesuai dengan tuntutan situasi dan kondisi.
علم يعرف به احوال اللفظ العريب اليت هبا يطابق مقتضى احلال
Yang dimaksud dengan hal ihwal lafadz bahasa Arab adalah model-model susunan
kalimat dalam bahasa Arab, seperti penggunaan taqdim atau ta’khir, penggunaan ma’rifah
atau nakiroh. Sedangkan situasi dan kondisi adalah situasi dan kondisi mukhattab, seperti
keragu-raguan atau malah mengingkari informasi tersebut.
Tujuan dari diberlakukannya ilmu ma’ani adalah membantu agar seseorang dapat
bebicara sesuai dengan muqtadha’ al-hal. Agar seseorang dapat berbicara sesuai dengan
muqtadha’ al-hal, maka ia harus mengetahui bentuk-bentuk kalimat dalam bahasa Arab.
Objek kajian ilmu ma’ani hampir sama dengan ilmu nahwu, Kaidah-kaidah yang
berlaku dalam ilmu nahwu juga diberlakukan didalam ilmu ma’ani. Perbedaan antara
keduanya terletak pada wilayahnya. Ilmu nahwu lebih bersifat mufrad, tanpa terpengaruh
oleh faktor lain seperti keadaan kalimat-kalimat di sekitarnya. Sedangkan ilmu ma’ani
bersifat tarkibi atau tergantung pada faktor lain.
Kajian dalam ilmu ma’ani adalah keadaan kalimat dan bagian-bagiannya. Kajian yang
membahas bagian-bagian berupa musnad ilaih dan fi’il muta’allaq. Sedangkan objek kajian
dalam bentuk jumlah meliputi fashl, washl, ijaz, ithnab, dan musawah.
5. القصر
6. اإلنشاء والخبر
7. الفصل والوصل
Isnad adalah menghimpun satu kata atau lafadz yang sejalan dengan kata
tersebut dengan kata lain sehingga memunculkan faedah hukum, baik isbat (positif
atau ada) ataupun nafi (negatif atau tidak ada), sedangkan khobar adalah perkataan
yang mungkin benar atau mungkin salah. Jadi, Isnad Khobari adalah penyandaran
satu kata dengan kata lain sehingga memunculkan pemahaman hukum, baik positif
ataupun negatif yang masih mungkin benar atau salah. Sedangkan Menurut Ulama
ahli balaghoh Isnad Khobari adalah menghukumi sesuatu dengan salab (nafi’) atau
ijad (itsbat).
1. Musnad, yaitu sesuatu yang disandarkan atau disematkan. Yang bisa menjadi musnad
adalah fi’il atau yang menyerupai fi’il dan tarkib khobar (predikat).
2. Musnad Ilaih, yaitu seseorang atau sesuatu yang menjadi pelaku. Yang bisa menjadi
musnad ilaih adalah fa’il, naibul fa’il, dan mubtada’.
Contoh:
a. Kalimat Positif
زيد كاذب
b. Kalimat Negatif
زيد مل يكذب
Kalam Khobari
Kalam Khobari secara istilah adalah kalimat yang bersifat informatif atau
pembicaraan yang mengandung kemungkinan benar atau bohong semata-mata dilihat
dari pembicaraannya itu sendiri. Apabila seseorang mengucapkan suatu kalimat yang
mempunyai pengertian yang sempurna, setelah itu kita bisa menilai bahwa kalimat
tersebut benar atau salah maka kita dapat menetapkan bahwa kalimat tersebut
merupakan kalam khabar.
Unsur-unsur Khabar:
Tingkatan Khabar
Macam-macam Khabar
a. Ibtidai : Khabar yang tidak dilengkapi huruf taukid, dan disampaikan kepada
B. Musnad Ilaih
Salah satu tujuan dan rahasia di balik penggunaan isim dhamir pada
musnad ilaih adalah konteks kalimat menampakkan keberadaan sebagai
mutakalim (penutur) atau mukhathab (lawan tutur), seperti perkataan Nabi saw:
Selain karena keadaan kalimat pada posisi penutur di sini ada makna lain
yang dapat dirasakan yaitu rasa berbangga sebagai keturunan ‘Abdul Muthalib
dan sebagai seorang Nabi yang tidak pantas berkata dusta.
ِ الس ِم ِ ِ
يم
ُ يع الْ َعل
ُ َّ ت َ يل َربَّنَ_ _ _ _ _ __ا َت َقبَّ ْل ِمنَّا ۖ إِن
َ َّْك أَن
ِ ِ ِ ِ ِ
ُ يم الْ َق َواع_ _ _ _ _ _ َ_د م َن الَْبْيت َوإمْسَاع
ِ
ُ َوإ ْذ َي ْرفَ_ _ _ _ _ _ ُ_ع إ ْب_ _ _ _ _ _ َ_راه
َّار اآْل ِ _خ_ _ َر َة هَلِ َي احْلََ_ي _ _ َ_وا ُن ۚ لَ_ _ _ ْ_و َ_ك_ __انُوا َي ْعلَ ُ_م _ __و َن ِ ِوم_ _ __ا َٰ_ه_ _ ِذ ِه احْل ي_ _ __اةُ ال_ _ _ ُّ_د ْنيا إِاَّل هَلْ_ _ __و ولَع
َ ب ۚ َوإ َّن ال_ _ __د
ٌ ٌَ َ ََ ََ
“Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main. dan
sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan, kalau mereka
mengetahui.”
Sedangkan kata tunjuk jauh yang digunakan untuk menunjuk Alquran al-
Karim pada QS. al-Baqarah/2: 2 menunjukkan pada posisi Alquran yang agung
dan dimuliakan, sebagaimana firman Allah swt
“Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang
bertaqwa.”
Musnad ilaih disusun dengan isim maushul, salah satu tujuannya adalah
untuk memberikan rasa penasaran kepada pendengar akan berita yang ingin
disampaikan, seperti firman Allah swt dalam QS. Luqman/31 : 8
َّات النَّعِي ِم ِ إِ َّن الَّ ِذين آمنُوا وع ِملُوا َّ حِل
ُ الصا َات هَلُ ْم َجن ََ َ َ
Dengan menyebutkan isim maushul sebagai musnad ilaih ال__ذين آمنوا وعمل__وا الصاحلات
“Orang-orang yang beriman dan beramal shaleh” membuat pendengar merasa
penasaran dengan keadaan atau balasan apa yang akan diberikan kepada mereka.
Sehingga ketika disebutkan bahwa mereka akan mendapatkan surga na’im, rasa
penasarannya hilang, ini yang biasa disebut dengan tasywiq. Sesuatu yang diperoleh
setelah mencari-cari merupakan hal yang menyenangkan.
Musnad ilaih disusun dengan “al” (alif lam ta’rif), salah satu tujuannya adalah
untuk menunjukkan cakupan secara keseluruhan terhadap makna yang dikandung
suatu lafaz, seperti firman Allah swt dalam QS. al-‘Asr/103 : 2
Penggunaan alif lam pada kata al-insan dalam ayat ini mengisyaratkan makna
bahwa kerugian itu mencakup seluruh makhluk manusia sehingga pada ayat
berikutnya diungkapkan pengecualian terhadap orang-orang yang beriman dan
beramal shaleh.
“ Orang yang kusenangi telah pergi bersama kafilah menuju Yaman, sedangkan
tubuhku ini terikat di Makkah”
ini. Untuk mengungkapkan orang yang disenangi penyair menggunakan kata هواي
ك ِم َن
َ َاخُر ْج إِيِّن ل َ ُك لَِي ْقُتل
ْ َوك ف َ ِوس ٰى إِ َّن الْ َمأَل َ يَأْمَتُِرو َن ب ِ ِ ِ
َ َْو َجاءَ َر ُج ٌل م ْن أَق
َ صى الْ َمدينَة يَ ْس َع ٰى قَ َال يَا ُم
ني ِِ
َ النَّاصح
“Dan datanglah seorang laki-laki dari ujung kota bergegasgegas seraya berkata:
"Hai Musa, Sesungguhnya pembesar negeri sedang berunding tentang kamu untuk
membunuhmu, sebab itu keluarlah (dari kota ini), sesungguhnya aku termasuk orang-
orang yang memberi nasehat kepadamu".”
Sang penyair menyebutkan nama Laila dua kali yang pada dasarnya bisa
disebutkan sekali dengan tujuan ada perasaan senang dengan menyebutnya.
Terkadang juga Musnad Ilaih tidak disebutkan dalam berbahasa jika ada hal
yang menunjukkan pada sesuatu yang tidak disebutkan itu. Teknik ini mempunyai
beberapa tujuan diantaranya adalah kondisi dan situasi yang sempit tidak
memungkinkan untuk menyebutkan musnad ilaih karena perasaan sakit atau putus
asa, seperti perkataan penyair:
Secara umum musnad ilaih pada kalimat nominal letaknya didahulukan seperti
didahulukan mubtada dari pada khabar. Sementara pada kalimat verbal musnad ilaih
terletak setelah musnad seperti fa’il disebutkan setelah fi’il.
Seperti kajian pada musnad ilaih, musnad juga mempunyai beberapa keadaan
yaitu: didahulukan atau diakhirkan, dima’rifahkan atau dinakirahkan, disebutkan atau
ditinggalkan.
Musnad didahulukan apabila ada kondisi yang menuntut untuk didahulukan, misalnya
berupa ‘amil seperti mendahulukan kata kerja قرأpada kalimat “ قرأ أمحد القرآنAhmad
telah membaca Alquran”. Musnad didahulukan karena ada beberapa tujuan di
antaranya yaitu untuk mentakhsis (mengkhususkan) musnad ilaih, seperti firman
Allah swt dalam QS. al-Kafirun/106 : 6
Ayat tersebut mengisyaratkan bahwa syirik itu khusus untuk orang musyrik
bukan untuk Muhammad saw begitupula agama tauhid dikhususkan pada Rasulullah
saw. Musnad diakhirkan karena beberapa tujuan yang sama ketika musnad ilaih
didahulukan.
Adapun tujuan mema’rifahkan musnad diantaranya adalah untuk memberikan
faedah kepada pendengar tentang suatu hukum terhadap perkara yang telah diketahui
dengan perkara lain, contoh: Seorang pendengar atau lawan tutur mempunyai saudara
yang bernama Adil, dan dia tahu Adil itu, orangnya dan namanya, namun dia tidak
tahu bahwa yang dimaksud adalah saudaranya meskipun pada saat yang bersamaan
dia tahu kalau mempunyai saudara, dan tidak mengetahui melekatnya sifat saudara ini
pada orang yang bernama Adil. Dalam kondisi seperti ini penutur mengatakan : .عادل
أخوك
musnad kepada musnad ilaih seperti ungkapan “ يوديونو ال_رئيسYudoyono itu seorang
presiden” jika tidak ada presiden selainnya.
“Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang
bertaqwa.”
Ayat ini menjelaskan bahwa Alquran yang itu merupakan petunjuk yang
begitu agung bagi orang-orang yang bertaqwa. Musnad dalam ayat ini adalah kata
هدىyang merupakan khabar dari kata ganti هوyang merujuk kepada Alquran. Kata
tersebut disusun dengan bentuk nakirah untuk mengisyaratkan agungnya hidayah
Alquran yang sampai pada derajat tidak mungkin dibatasi pada sesuatu tertentu saja.
ِ ِ ِ ِ ِ ِِ
َّاس َواَل َّ َ إِ َّن الْ ُمنَافق
َ ني خُيَادعُو َن اللهَ َو ُه َو َخادعُ ُه ْم َوإ َذا قَ ُاموا إىَل الصَّاَل ة قَ ُاموا ُك َساىَل ٰ يَُراءُو َن الن
يَ ْذ ُكُرو َن اللَّهَ إِاَّل قَلِياًل
“Orang-orang munafiq itu menipu Allah dan Allah akan membalas tipuan
mereka,jika melaksanakan mereka melaksanakannya dengan malas-malasan hanya
diperlihatkan kepada manusia dan tidak mengingat Allah sedikitpun”.
Tipuan orang munafiq bersifat tajaddud (timbul secara baru) yang terjadinya
bisa berulang-ulang, tetapi terikat dengan masa. Makna tersebut dipahami dari kata
kerja خيادعون sementara pembalasan Allah swt terhadap tipuan mereka tidak terikat
dengan waktu dan berlaku secara mutlak, hal tersebut dipahami dari kata yang
قائما محمد
ّ كان
قائما محمدا
ّ ظنت
Rahasia balaghah muta’alliqat bil fi’il
Memposisikan Fi'il Muta'adi sebagai Fi'il Lazim karena tidak adanya
hubungan tujuan dengan Ma'mul.
Contoh :
ِ الذين يعلَمون و
ِ
اي الدين َي ْعلَ ُمون َالذيْ َن ال َ ُ ْ َ َ ْ َه ْل يَ ْستَ ِو ْي
“apakah sama orang yang mengetahui dan tidak mengetahui (agama)”
Membuang Maf'ul Bih yaitu : الدين (Agama), lalu pembuangan itu
memposisikan fiilnya sebagai Fi'il lazim dengan tujuan murni menetapkan fi’il pada
fa’ilnya tanpa memperhatikan keumuman atau kekhususan. Dan dikategorikan
sebagai pembuangan, dengan menyandarkan fi'il pada na'ibul fa'il,
maka dikatakan :
Fa'il dibuang dengan alasan karena takut pada Fa'il (pelaku)
Contoh :
َ َو ُخلِ َق اإلنْ َسا ُن = Manusia itu diciptakan dalam keadaan lemah.
ض ِع ْي ًفا
ُالمتَاع
َ ُس ِر َق = harta itu telah dicuri.
ُت ِس ْي َرتُه
ْ ت َس ِر ْي َرتُهُ ُح ِم َد
ْ َمن طَاب
ْ = barang siapa yang baik hatinya, maka akan
dipuji perilakunya.
تَ َكلَّ َم بِ َما الَ يَلِ ْي ُق = Ia telah berbicara dengan kata yang tidak pantas
E. Qashar
Qashar secara leksikal bermakna ‘penjara’. Secara terminologis adalah
mengkhususkan sesuatu atas yang lain dengan cara tertentu. Selain makna tersebut,
Al-Qashar juga bermakna altakhsis yang berarti pengkhususan, seperti dalam
1. Nafi dan Istitsna’ ( ( ّاال+ال ,ّ اال+ ليس,ّ اال+ ما: Ketika ada nafi dan Ististna
dalam sebuah kalimat, maka itu adalah kalimat Qashar/ uslub qashar.
2. Innama ( )امّن ا: Ketika ada kata innama dalam sebuah kalimat, maka itu
adalah kalimat Qashar/ Uslub Qashar. Contoh : تاجر امنا حسن = Hasan
Pola kalimat Fi’liyah مجلة الفعلية: (jumlah fi’liyah terdiri dari fi’il,
fail, maful/keterangan). Akan tetapi jika dalam suatu kalimat
maf’ul bihnya didahulukan, maka itu adalah kalimat Qashar/ Uslub
Qashar. Contoh :
Pada contoh pertama diatas dijumpai ada huruf ال. Huruf الitu disebut
huruf الathaf. Huruf الinilah sebagai cara sekaligus ciri yang membuat
struktur kalimat diatas menjadi struktur kalimat Qashar. Maka diartikan
“Bapakku hanya seorang guru”
Macam-macam Qashar
Maka demikian perbedaan khabar dengan insya’ adalah terletak pada unsur
kejujuran atau kebohongan tersebut, namun sama-sama bentuk suatu perkataan.
Contoh insya’ yaitu اطلب العلم من املهد اىل للحدtuntutlah ilmu dari buaian hingga
ke liang lahat.
Insya’ dibagi kepada dua macam yaitu insya’ thalaby dan insya’ ghairu
thalaby. Insya’ thalaby adalah suatu perkataan yang menghendaki adanya suatu
tuntutan yang tidak terwujud ketika perkataan itu diucapkan. Yang termasuk kategori
kalimat insya’i adalah amr, nahyu, istifham, tamanni dan nida’. Adapun insya’ ghairu
thalaby adalah suatu perkataan yang tidak menghendaki suatu tuntutan.
Khabar
Contohnya:
اهلل ماىف السموات و األرض وإن تبدوا ماىف أنفسكم أو ختفوكم حياسبكم به اهلل فيغفر ملن يشاء
Contoh:
Dari kedua tujuan khabar diatas dibagi lagi menjadi beberapa tujuan yaitu:
Contohnya : ريب إين فقري إىل عفو = Sungguh aku sangat membutuhkan ampunan
Tuhanku
Ya Tuhanku sesungguhnya tulangku telah lemah dan kepalaku telah ditumbuhi uban
Contohnya : الدهر فإن ينقطع منك الرجاء فإنه سيبقى عليك احلزن مابقي
4. احلث على السعي و اجلدbentuk khabar yang bermakna dorongan untuk bekerja keras
Contohnya : وجد من جد = Barang siapa yang bersungguh-sungguh pasti akan
mendapat
oleh kalimat sebelumnya contohnya السماء يعلم مايلج يف األرض وما خيرج منها وما ينزل من
Lafazh ( منها )وما خيرجdi ‘athafkan oleh kalimat sebelumnya yaitu ( يعلم ما يلج
)يف األرضdan begitu pula dengan kalimat yang lainnya yakni di’athafkan oleh kalimat
yang terletak sebelumnya.
menyambungkannya. Contohnya, إمنا حنن مستهزءون اهلل,وإذا دخلوا إىل شياطينهم قالوا إنا معكم
يستهزءهم
Maka pada lafazh (يستهزءهم )اهللtidak di’athafkan atas lafazh () إنا معكمkarna
apabila lafazh inna ma’akum mengathafkan lafaz Allahu yastahziu bihim maka itu
termasuk perkataan orang-orang munafik dan bukan perkataan dari Allah.
بل قالوا مثل ما قال األولون قالوا أءذا متنا وكنا ترابا وعظاما أءنا ملبعوثون
Kesimpulannya adalah washlu terbatas pada penggunaan athaf dengan waw,
sedangkan fashlu memisahkan dan tidak menggabungkan. Dan masing-masing dari
washal dan fashal memiliki beberapa tempat.
Al-ijaz adalah bentuk mashdar dari fi’il أوجزartinya singkat, jadi ijaz adalah kata
yang singkat namun padat maknanya.
Macam-macam ijaz:
1. Ijaz qashri
2. Ijaz hadzfi
Macam-macam ithnab:
1. Menyebutkan yang khusus setelah yang umum untuk memberikan perhatian terhadap
kelebihan yang khusus.
2. Menyebutkan yang umum setelah khusus untuk memberikan informasi kepada yang
umum serta serta perhatian kepada kedudukan yang khusus.
3. Menyebutkan yang jelas setelah yang samar untuk memantapkan makna dalam
pikiran pendengar
4. Mengulang penyebutakan karena ada faktor
5. Menambah ungkapan diakhir kalimat
6. Menambah keterangan guna menghindari kesalah pahaman.
7. Menyelang kalimat ditengah kalimat.
8. Menambah ungkapan diakhir kalimat.
Musawah adalah bentuk mashdar dari fi’il ساوىartinya sama atau menyamakan
Contoh :
Kebaikan apa saja yang kalian berikan pasti kalian dapati balasannya di sisi Allah.