A. Pendahuluan
Dan diantara bukti ketinggian sastra Al Quran itu adalah Al Quran itu tidak
mengucapkan dan menunjukkan makna yang diinginkan secara langsung dan jelas.
Adakalanya Al Quran menyimpan makna-makna itu secara tersembunyi dalam lafaz
yang diucapkannya, sehingga terkadang makna apa yang ditujunya tidak sesuai
dengan apa yang dilafazkannya.
َعلَيهََاللفظََفيَ َم َحلََالنُّطق
َ َََماَدَل
“apa yang ditunjukkan oleh lafaz pada tempat yang diucapkan”1
maka dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa mantuq adalah lafaz
menunjukkan kepada sebuah makna dengan sangat jelas.
1
Jalaluddin As Suyuti, Al Itqan fi ‘Ulum Al Quran, (Beirut: Muassasah Ar Risalah, 2008) hal
485
1
Mantuq awalnya terbagi menjadi 3 macam, yaitu nash, zhahir dan mu’awwal.2
1. Nash.
Yaitu lafaz yang memiliki makna tertentu dan tidak mengandung makna
yang lain. Contoh firman Allah dalam surat Al Baqarah:
ﳔ ﳕ ﳖ ﳗ ﳘ ﳗ ﳚ ﳛﳜ ﳝ ﳗ ﳗ
“maka berpuasa selama tiga hari pada saat haji dan tujuh hari jika
kalian sudah pulang, itulah sepuluh yang sempurna”
Pensifatan bilangan sepuluh dalam ayat diatas dengan kata sempurna
menghilangkan kemungkinan-kemungkinan mengandung makna selainnya.
2. Zhahir
Yaitu lafaz yang menunjukkan kepada sebuah makna, tetapi juga
mengandung makna lain yang lemah, contoh dalam surat Al Baqarah:
ﳗﳗﳗﳗﳗﲎ
“Maka siapa yang terpaksa dan tidak melampaui batas”
Kata باغbiasanya bisa berarti orang yang bodoh dan bisa juga berarti orang
yang zhalim, akan tetapi penetapannya untuk orang yang zhalim lebih
umum dan lebih banyak dipakai sehingga penunjukkan maknanya yang
berarti orang yang bodoh menjadi makna yang lemah.
3. Mu’awwal
Yaitu lafaz yang dipalingkan maknanya kepada makna yang lemah karena
adanya dalil menghalanginya kepada makna yang umum dipakai, contohnya
dalam surat Al Isra:
ﭐ ﲢ ﲣﲤ ﲥﲦﳗ
“Dan rendahkanlah untuk keduanya sayap kehinaan dari kasih sayang”
2
Manna’ Al Qattan, Mabahits fi ‘Ulum Al Quran, (Kairo: Maktabah Wahbah, Cet VII, tanpa
tahun terbit) hal 242
2
Ayat diatas dipalingkan maknanya menjadi taat, rendah hati dan berbuat
baik kepada kedua orang tua karena mustahil bagi manusia mempunyai
sayap.
ﳗﳗﳗ ﳗﳗﱪﳗﳗﱭﱮﱯ
“maka siapa diantara kalian yang sakit atau dalam perjalanan, maka
wajib mengganti pada hari lain”
Sedangkan dalalah isyarah adalah lafaz yang pada awalnya tidak menunjukkan
kepada maksud tertentu, contoh dalah ayat:
ﭐ ﱁ ﱂ ﱃ ﱄ ﳗ ﳗ ﳗﳗ ﳗ ﳗ ﳗ ﳗ ﳗ ﱎﱏ ﳗ ﳗ ﳗ ﳗ ﳗ ﳗ ﳗ ﳗ ﱘ ﱙﳗ ﳗ ﳗ ﳗ
ﱣ
ﱢ
ﱡ
ﱠ
ﱟ
ﱞ
ﳗﳗﳗﳗ ﳗﳗﱪﳗﳗﱭﱮ
“Dihalalkan bagimu pada malam hari puasa bercampur dengan istrimu,
mereka adalah pakaian bagimu. Dan kamu adalah pakaian bagi mereka. Allah
mengetahui bahwa kamu tidak dapat menahan dirimu sendiri, tetapi dia
menerima taubatmu dan memaafkan kamu. Maka sekarang campurilah
mereka dan carilah apa yang telah Allah tetapkan bagimu. Makan dan
minumlah hingga jelas bagimu antara benang hitam dan benang putih yaitu
fajar”.
3
Dalam ayat diatas menerangkan bahwa sahnya puasa orang-orang yang junub
pada malam harinya.3
Inilah dua dalalah yang merupakan juga bagian dari mantuq, sehingga mantuq
itu semuanya terbagi menjadi lima: nash, zhahir, mu’awwal, iqtidha’ dan isyarah.
Mafhum secara bahasa merupakan isim maf’ul dari َََيفَ ََهم-فََهَ ََم yang berarti
faham, jadi mafhum berarti apa yang difahami. Sedangkan dalam istilah ilmu Al
Quran mafhum diartikan oleh Imam As Suyuti dengan apa yang ditunjuk oleh lafaz,
bukan pada tempat pengucapan.4
Artinya mafhum adalah makna yang dituju lafaz tidak disebutkan secara jelas,
tapi bisa dipahami dari konteks kalimat.
Mafhum terbagi menjadi dua macam, yaitu mafhum muwafaqah dan mafhum
mukhalafah.5
1. Mafhum muwafaqah
Yaitu mafhum yang sesuai hukumnya dengan mantuq, dan mafhum muwafaqah
ini terbagi menjadi dua macam:
a. Fahw Al Khitab, yaitu apa yang hukum mafhumnya lebih diutamakan dari
pada hukum mantuq, seperti pengharaman memaki dan memukul pada ayat
ﳗﳗﳗ ﳗ
“maka janganlah kalian mengatakan ‘ah’ kepada keduanya”َ
3
Manna’ Al Qattan, Mabahits fi ‘Ulum Al Quran... hal 244
4
Jalaluddin As Suyuti, Al Itqan fi ‘Ulum Al Quran... hal 486
5
Muhammad Ahmad Ma’bad, Nafahaat min ‘Ulum Al Quran, (Madinah Al Munawwarah:
Maktabah Thaybah, 1986) hal 112
4
Mantuq pada ayat ini menunjukkan pengharaman berkata “ah” kepada kedua
orang tua, maka pengharaman memaki dan memukul lebih diutamakan
karena lebih berat.
b. Lahn Al Khitab, yaitu apa yang sama kuat hukum yang ada pada mantuq
dengan hukum yang ada pada mafhumnya, seperti pada contoh ayat:
2. Mafhum mukhalafah
Yaitu mafhum yang menyalahi hukum yang diucapkan dalam lafaz, dan mafhum
ini terbagi menjadi empat macam:
a. Mafhum sifat, yang dimaksud adalah sifat maknawi, seperti contoh dalam
ayat:
ﭐﱏﳗﳗﳗﳗﳗﳗﳗ
“Wahai orang-orang yang beriman jika datang kepada orang fasiq
membawa berita maka telitilah kebenarannya”
Maka dari mafhum ayat di atas bahwa jika yang membawa berita orang yang
tidak fasiq maka tidak wajib diteliti kebenarannya, dan juga berarti wajib
menerima berita yang disampaikan oleh orang yang adil.
5
ﳗﳗ ﱎ ﱏﳗﳗ
“dan jika mereka wanita yang hamil maka berikanlah mereka
nafkah”
Dari mafhum ayat di atas, bahwa wanita yang tidak hamil tidak wajib untuk
menafkahi mereka.
ﭐ ﳊ ﳋ ﳌ ﳍ ﳎ ﳏ ﳐ ﳑ ﳒ ﳓﳔ
“maka jika dia menalaknya, maka perempuan itu tidak halal lagi
baginya sebelum dia menikah dengan suami yang lain”.
Mafhum dari ayat di atas, seorang wanita yang sudah ditalak menjadi halal
bagi orang yang menalaknya jika dia sudah menikah dengan orang lain dan
kemudian diceraikannya.
ﭐﳗﳗﳗﳗ
“hanya kepada-Mu kami menyembah dan hanya kepada-Mu kami
meminta pertolongan”
Mafhum dari ayat di atas menunjukkan bahwa selain Allah tidak berhak untuk
disembah dan meminta pertolongan.
ﳗﳗﳗﳗ
6
“dan anak-anak perempuan dari istri-istrimu yang berada dalam
pemeliharaanmu”
Maka tidak ada mafhum dalam ayat di atas karena kebiasaanya anak perempuan
itu berada dalam pemeliharaan suami.
2. Syarat kedua bahwa apa yang disebutkan tidak menjelaskan tentang kenyataan,
contoh:
ﭐﳗﳗﳗﳗﳗ ﳗﳗﳗﳗﳗ
“maka siapa yang menyekutukan Allah dengan tuhan lain yang tidak
mempunyai burhan”
Maka dalam ayat diatas tidak bisa dipakai dengan mafhum mukhalafah karena
apapun tuhan selain Allah tidak ada yang mempunyai burhan.
Dan adapun berhujjah dengan mafhum muwafaqah disepakati oleh seluruh ulama
kecuali zhahiriyah.6
6
Manna’ Al Qattan, Mabahits fi ‘Ulum Al Quran... hal 248
7
dan terkadang Al Quran menyirat makna-makna itu secara tersembunyi di dalam
lafaz yang diucapkannya.
Oleh karena itu Al Quran sebagai sumber pertama dan utama dalam ilmu Ushul
Fiqh menggunakan metode yang sama dengan ilmu Al Quran dalam memahami
makna yang terkandung dalam ayat Al Quran sehingga bisa menghasilkan sebuah
hukum.
8
DAFTAR ISI
Al Quran dan Terjemah
Jalaluddin As Suyuti, Al Itqan fi ‘Ulum Al Quran, Muassasah Ar Risalah : Beirut:,
2008
Manna’ Al Qattan, Mabahits fi ‘Ulum Al Quran, Maktabah Wahbah: Kairo, Cet VII,
tanpa tahun terbit
Muhammad Ahmad Ma’bad, Nafahaat min ‘Ulum Al Quran, Maktabah Thaybah:
Madinah Al Munawwarah, 1986