Disusun Oleh:
TAHUN 2023
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari Muhkam dan Mutasyabih?
2. Bagaimana pandangan para ulama’ mengenai Muhkam dan Mutasyabih?
3. Bagaimanakah Fawatih as-Suwar itu?
4. Apakah hikmah dari keberadaan ayat Muhkam dan Mutasyabih?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari Muhkam dan Mutasyabih
2. Untuk mengetahui pandangan para ulama’
mengenai Muhkam dan Mutasyabih
3. Untuk mengetahui pengertian dari Fawatih as-Suwar
1
4. Untuk mengetahui hikmah keberadaan ayat Muhkam dan Mutasyabihat
2
BAB II
PEMBAHASAN
Muhkam secara lughawi berasal dari kata hakama. Kata hukm berarti
memutuskan antara dua hal atau lebih perkara. Maka hakim adalah orang
yang mencegah yang zalim dan memisahkan dua pihak yang sedang bertikai.
Sedangkan muhkam adalah sesuatu yang dikokohkan, jelas, fasih, dan
membedakan antara yang hak dan yang bathil 1. Sedang dalam kitab Mabahits
fii Ulum al-Qur’an dijelaskan:
Artinya:
1
Muhammad Chirzin, Al Qur’an dan Ulumul Qur’an (Yogyakarta: Dana Bhakti Prima
Yasa, 2000), hal 70.
2
Manna’ al-Qathan, Mabahits fii Ulum al-Qur’an (Mesir: Maktabah Wahbah, 1973), hal 216.
3
Ahmad Syadali dan Ahmad Rafi’i, Ulumul Qur’an I (Bandung: Pustaka Setia, 2000), hal 199.
4
Usman, Ulumul Qur’an (Yogyakarta: Teras, 2000), hal 221.
3
B. Sikap Para Ulama’ terhadap Ayat-Ayat Muhkam dan Mutasyabih
... }٧ : {العمران....َو َم ا َيْع َمُل َتْأِو ْيَلُۤه ِاَّلا ُهللا َو الَّر اِس ُخ وَن ِفى اْلِع ْلمِ َيُقْو ُلْو َن آَم َّناِبه
Kedua: ataukah ia ma’tȗf, sedang lafadz َيُقْو ُل ْو َنmenjadi hâl dan waqafnya
pada lafadz َو الَّر اِس ُخ وَن ِفى اْلِع ْلم.5
َاِاْل ْس ِتَو اُء َم ْع ُلْو ٌم َو اْلَك ْيُف َم ْج ُهْو ٌل َو الَّس َؤ اُل َع ْنُه ِبْدَع ٌة َو َاُظُّنَك َرُج َل الُّسْو ِء َاْخ ِر ُج ْو ُه َع ِّنْي.
5
Rosihon Anwar, Ulum Al-Qur’an (Bandung: Pustaka Setia, 2010), hal 122.
4
ketahui, tetapi bagaimana caranya tidak diketahui. Hanya Allah lah yang
mengetahui apa yang terjadi sebenarnya. Rasul pun hanya menyampaikan,
sedang kita wajib mengimaninya.” Jadi, jelaslah bahwa arti istiwa’ itu
sendiri sudah diketahui tetapi caranyalah yang tidak diketahui6.
... اَلى َقْو ِلِه... (ُهَو اَّلِذ ى َأْنَز َل َع َلْيَك اْلِكَتاب: ٰه َذ ا اٰاْل َيَة.ع. َتاَل َو ُسْو ُل ِهللا ص: َعْن َعاِئَش َة َقاَلْت
َفِاَذ ا َر َأْيَت اَّلِذ ىَن َيَّتِبُعْو َن َم ا َتَشاَبَه ِم ْنُه َفُأوٰل ِئَك اَّلِذ ْيَن: .ع. َقاَل َر ُس وُل ِهللا ص: ُـوُلوا اْلَباِب) َقاَلْت
–رواه البجارى و مسلم. َس َّم ى ُهللا َفاْح َذ ْر ُهْم-
6
Ibid., hal 310.
7
Acep Hermawan, Ulumul Quran Ilmu Untuk Memahami Wahyu, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2011), hal 212.
8
Ibid., hal 213.
5
2. Madzhab Ulama Khalaf
9
Usman, Ulumul Qur’an, (Yogyakarta: Teras), hal 244-245.
10
Ibid., hal 245.
6
Secara naqli, mereka mengemukakan atsar sahabat :
َلْو َلْم َيْع َلُم ْو ا َتْأِو ْيَلُه َلْم َيْع َلُم ْو ا َناِس َخ ُه ِم ْن َم ْنُسْو ِخِه َو اَل َح اَل ُلُه ِم ْن َح َر اِمِه َو اَل: َعْن الَّضَّح اِك َقاَل
–اخرجه ابن ابى حاتم. ُم ْح َك َم ُه ِم ْن ُم َتَشاِبِه-
C. Fawatih as-Suwar
Istilah fawatih as-suwar terdiri dari dua kata, yaitu fawatih dan as-
suwar. Fawatih nerupakan jamak taksir dari fatihah yang berarti pembuka.
Sedangkan as-suwar adalah jamak taksir dari kata surah, yang berarti surah.
Dengan demikian, istilah fawatih as-suwar secara harfiah berarti “pembuka
surah-surah”. Tokoh yang banyak mengkaji mengenai fawatih as-
suwar adalah Ibnu Abi Al-Ishba’ dengan karyanya Al-Khawathir As-Sawanih
fi Asrar Al-Fawatih. Para mufassir setelahnya, ketika membahas
ilmu fawatih as-suwar, banyak merujuk kepada buku tersebut12.
11
Acep Hermawan, Ulumul Quran Ilmu Untuk Memahami Wahyu, (Bandung: Remaja
Rosdakarya), hal 219.
12
Kadar M. Yusuf, Studi Alquran (Jakarta: Amzah, 2012), hal 53-54.
7
Contoh:
)١:َتَباَر َك اَّلِذْي ِبَيِدِه اْلُم ْلُك َو ُهَو َعلى ُك ِّل َش ْي ٍء َقِدْيٌر (الملك
8
h. Surah yang dimulai dengan istifham (pertanyaan).
9
D. Hikmah Keberadaan Ayat Mutasyabihat dalam Al-Qur’an
13
Rosihon Anwar, Ulum al-Qur’an (Bandung: Pustaka Setia, 2010), hal 134-135.
10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Muhkam adalah ayat-ayat yang maknanya sudah jelas, tidak samar lagi
dan tidak menimbulkan pertanyaan jika disebutkan.
2. Mutasyabih adalah ayat-ayat yang maknanya belum jelas dan artinya
hanya diketahui oleh Allah.
3. Para ulama yang berpendapat mengenai ayat ayat muhkam dan
mutasyabihat terbagi menjadi dua, yakni:
a. Madzhab Ulama Salaf, dalam menerapkan sistem ini, madzhab salaf
mempunyai dua argumen, yaitu argumen aqli dan
argumen naqli. Argumen aqli adalah menentukan maksud dari ayat-
ayat mutasyabihat hanyalah berdasarkan kaidah-kaidah kebebasan
dan pengunaannya di kalangan bahasa Arab. Dan argumen naqli,
mereka mengemukakan beberapa hadits dan atsar.
b. Madzhab Ulama Khalaf, yaitu selain Allah, orang-orang yang
mandalami ilmunya juga dapat mengetahui takwil dari ayat-ayat
mutâsyabihât.
4. Istilah fawatih as-suwar secara harfiah berarti “pembuka surah-surah”
5. Terdapat hikmah adanya ayat-ayat muhkamat dan mutasyabihat yaitu:
a. Memperlihatkan kelemahan akal manusia
b. Teguran bagi orang-orang yang mengotak-atik ayat mutasyabih
c. Memberikan pemahaman abstrak-ilahiah kepada manusia melalui
pengalaman indrawi yang biasa disaksikannya.
DAFTAR PUSTAKA
11
Al-Qattan, Manna’. Mabahits fi Ulum al-Qur’an. Mesir: Maktabah
Wahdah, 1973.
Anwar, Rosihon. Ulum al-Qur’an. Bandung: Pustaka Setia, 2010.
Chirzin, Muhammad. Al-Qur’an dan Ulumul Qur’an. Yogyakarta: Dana
Bhakti Prima Yasa, 2000.
Hermawan, Acep. Ulumul Qur’an: Ilmu Untuk Memahami Wahyu. Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2011.
Syadali, Ahmad dan Ahmad Rifa’i. Ulumul Qur’an I. Bandung: Pustaka
Setia, 2000.
Usman. Ulumul Qur’an. Yogyakarta: Teras, 2000.
Yusuf, Kadar M. Studi Al-qur’an. Jakarta: Amzah, 2012.
12