Anda di halaman 1dari 5

Metode Tafsir Tahlili

Oleh: Abdurrohman Kambari

A. Pengertian Metode Tafsir Tahlili


Secara bahasa, Tahlili (( ‫ تحللي‬artinya “Lepas atau Terurai”. Maknanya ialah mengurai
makna-kamna yang terkandung dalam ayat-ayat al-Qur’an dengan mengikuti tertib
susunan atau urutan-urutan surat-surat dan ayat-ayat al-Qur’an itu sendiri dengan
melakukan analisis di dalamnya.1
Metode tafsis tahlili yang juga disebut metode tajzi’I. Metode ini adalah metode tafsir
yang paling tua usianya.2 Metode tafsir tahlili ialah tafsir yang ‘’Mufasirnya berusaha
menjelaskan kandungan ayat-ayat AlQur’an dari berbagai seginya dengan memperhatikan
urutan ayat-ayat Al-Qur’an sebagaimana yang tercantum didalam mushaf.”

Metode tafsir tahlili mulai dikenal setelah digunakan oleh Imam Abu Zakariya bin
Ziyada l-Farra dalam kitabnya “Tafsir Ma’anil Qur’an” yang wafat pada 206 H/821 M.
Selain itu metode tafsir tahlili juga digunakan oleh Ibnu Majjah (W. 237 H/851 M), atau
paling lambat Al-Thabari (W. 310 H/933 M).3 Hampir semua kitab-kitab tafsir pada masa
awal menggunakan metode tahlili.
Metode tafsir tahlili cara pendekatan dan tafsirnya mengandalkan penalaran, sehingga
akan sangat luas pembahasannya apabila kita bermaksud menelusuri satu demi satu dari
segala segi. Hal yang dianggap perlu oleh seorang mufasir dalam menguraikan ayat
bermula dari kosa kata, asbab al-nuzul, munasabah, dan lain-lain yang berkenaan dengan
teks atau kandungan ayat.4

Dari berbagai penjelasan di atas, metode tafsir tahlili ialah metode mengkaji al-
Qur’an dari segala segi mulai dari kosa-kata, munasabah, asbab al-nuzul, dan lain-lain
dengan tertib dari ayat ke ayat, surat ke surat sesuai urutan al-Qur’an itu sendiri. Untuk
mendapati isi kandungan ayatnya, apa yag dapat diistinbath dari ayat tersebut, apa
hubungan ayat tersebut dengan ayat sebelum dan sesudahnya, juga surah dengan surah
sebelum dan sesudahnya.

B. Kelebihan dan Kekurangan Metode Tafsir Tahlili


a. Keunggulan metode tafsir tahlili:
1) Memiliki keleluasaan dan keutuhannya dalam memahami Al-Qur-an. Dengan
metode tahlili, seseorang diajak memahami Al-Qur’an secara berurut dari
awal (Surat Al-Fatihah) hingga akhir (Surat An-Nas).

1
Ali Al-Shabuny, Al-Tibyan fi Al-‘Ulum Al-Qur’an, Daar Al-Qalam, Beirut 1970, hlm. 10.
2
Muhammad`Baqir Al-Shadr, Al-Bidayah Fi Al-Tafsir Maudhu’I, wa Tafsir Al-Tajzi’iy Fi Al-Qur’an Al-karim,
Dr Al-Ta’ruflil Mathbu’at, 1980. H. 10

3
Muhammad Qurish Shihab, membumikan Al-Qur’an, Mizan, Jakarta, Cet,XV,1997. hlm. 73.

4
Ibid, hlm. 85
2) Seseorang dapat memahami ayat dan surat dalam al-Qur’an secara utuh.
3) Metode tafsir tahlili membahas Al-Qur’an dengan ruang lingkup yang luas,
dari aspek Bahasa (kosa kata dan munasabah), Sejarah (asbab an-nuzul),
Hukum (kaidah tafsir, kaidah ushul fiqh, dan istinbath) dan lain-lain.
4) Memiliki bentuk lain
Metode ini dapat digunakan oleh musafir dalam dua bentuk yaitu,: Tafsir bi
al-matsur dan tafsir bi al-ra’yu. Bentuk al-ra’yu dapat lagi dikembangkan
dalam berbagai corak penafsiran sesuai dengan keahlian masing-masing
mufasir.
5) Memuat berbagai ide
Metode tafsir tahlili dapat menampung berbagai ide yang terpendam di dalam
benak mufasir. Pada metode ini mufasir relatif mempunyai kebebasan dalam
memajukan ide-ide dan gagasan baru dalam menafsirkan Al-Qur’an.

b. Kelemahan metode tafsir tahlili:

1) Kajiannya mendalam, tidak detail, tidak fokus, sehingga sulit tuntas dalam
membicarakan topik-topik yang dibicarakan.
2) Memerlukan waktu yang cukup panjang dan menuntut ketekunan.
3) Metode tafsir tahlili cakupannya sangat luas, sehingga seseorang mufasir belum tentu
menguasai aspek luas tersebut.
4) Menjadikan petunjuk Al-Qur’an parsial seperti halnya metode ijmali, metode tahlili
juga dapat membuat petunjuk dalam Al-Qur’an terlihat parsial atau terpecah-pecah,
sehingga terasa seakan-akan Al-Qur’an memberikan pedoman secara tidak utuh dan
tidak konsisten karena penafsiran yang diberikan pada ayat-ayat yang lain sama
dengannya. Perbedaan ini biasanya terjadi karena kurangnya diperhatikan antara ayat-
ayat terkait yang membahas hal sama, bukan karena memang ayat-ayat Al-Qur’an itu
saling bertentangan.
5) Melahirkan penafsiran subjektif. Metode tafsir tahlili memberikan peluang seluas-
luasnya kepada para mufasir untuk mengemukakan ide-ide dan pemikirannya.
Sehingga kadang-kadang mufasir tidak sadar bahwa dia telah menafsirkan Al-Qur’an
secara subyektif, dan tidak mustahil pula ada di antara mereka yang menafsirkan Al-
Qur’an sesuai dengan kemauan hawa nafsunya tanpa mengindahkan kaidah-kaidah
atau norma-norma yang berlaku.
6) Sulit dipahami orang awam.

C. Langkah-Langkah Metode Tafsir Tahlili


Dalam menafasirkan al-Qur’an dengan metode tahlili, umumnya ada tujuh langkah:
1. Menggunakan Ilmu Munasahah (Menjelaskan keterkaitan antar ayat atau antar
surat.
2. Melihat Asbab al-Nuzul (sebab ayat tersebut turun jika ada).
3. Mengungkap makna leksikal (umum) dari ayat juga membahas i’rab dan ragam
qira’atnya.
4. Menyajikan isi kalimat secara umum dan maknanya
5. Menjelaskan kandungan balagah al-Qur’an.
6. Menguraikan hukum fikih dari ayat.
7. Menjelaskan makna dan tujuan syara’ yang ada pada ayat-ayat al-Qur’an
berdasarkan ayat-ayat lain, hadis Nabi SAW, pendapat Sahabat dan Tabiin selain
menurut ijtihad penafsiran mufasir.5

D. Contoh Tafsir Tahlili

a. Contoh Penggunaan Metode Tafsir Tahlili dalam Tafsir Al-Munir


Contoh uraian surah al-Fatihah dengan metode tafsir tahlili yang ada dalam tafsir
al-Munir karya Wahbah al-Zuhaili:
1. Surah al-Fatihah adalah surah makiyyah yang berjumlah tujuh ayat.
2. Mufasir mencantumkan ayat serta arti ayat dari surah al-Fatihah.
3. Mufasir mencantumkan ragam qira’at yang berkaitan dengan lafadz-lafadz
yang ada dalam surah al-Fatihah:
1) ‫ مالك‬Bacaan Ashim, al-Kisa’I, Ubay, Ibnu Mas’ud, Ibnu Abbas.
2) ‫ك‬NN‫ مل‬Bacaan Zaid bin Tsabit, Abu Darda, Ibnu Umar, dan sahabat serta
Tabiin dan lainnya.
3) ‫ الصراط‬Bacaan Jumhur
4) ‫ السلراط‬Bacaan Qunbul
5) ‫ عليِه م‬Bacaan Jumhur
6) ‫ عليُهم‬Bacaan Hamzah
4. Kandungan surah al-Fatihah. Wahbah al-Zuhaili menjelaskan bahwa surah al-
Fatihah mencakup pokok bahasan akidah, ibadah, iman, permohonan
pertolongan, dan permohonan agar dihindarkan dari orang yang menyimpang
di jalan Allah.
5. Melihat nama-nama lain surah al-Fatihah. Surah al-fatihah dinamakan juga
surah ash-shalah, al-hamdu, fatihatul kitab, ummul kitab, ummul qur’an, al-
mashani, al-qur’an al-azhim, asy-syifa, ar-ruqyah, al-asas, al-wafiyah, dan
al-kafiyah.
6. Mengungkap keutamaan surah al-Fatihah. Salah satu hadis yang mengungkap
keutamaan surah al-Fatihah yaitu dalam riwayat, “sungguh aku akan
mengajarimu sebuah surah yang paling agung, yaitu alhamdu lillahi rabbil
‘alamin; dialah sab’ul mashani dan al-Qur’an yang agung yang diberikan
kepadaku.
7. Memberi penjelasan i’rab. Huruf ba pada lafaz basmalah merupakan ba
bermakna ilshaq, namun ada pula yang berpendapat bahwa maknanya yaitu
sebagai isti’anah. Menurut madzhab Bashrah, susunan jar majrur tersebut
adalah khabar yang mubtadanya dihapus, yaitu ‫ ابتدائي بسم هللا‬atau ‫ ابتداأت بسم هللا‬.
8. Penjelasan balaghah. Wahbah al-Zuhaili menjelaskan bahwa lafaz ‫د هلل‬NN‫الحم‬
merupakan susunan kalimah khabariyyah. Namun jika dilihat secara makna
menunjukkan kepada kalimah insyaiyyah. Pujian yang dimaksud pada lafaz
tersebut yaitu pujian yang hanya ditujukan kepada Allah Swt.
5
Yahya & Yusuf, 2022, p. 5
9. Mufradat lughawiyyah. Lafaz ‫ الحمد‬menunjukkan kepada makna pujian yang
dilakukan dengan penuh rasa suka dan kerelaan. Berbeda dengan kata asy-
syukru yang merupakan ungkapan atas suatu imbalan atau karunia.
10. Perbedaan pendapat dalam membunyikan amin. Menyembunyikan suara amin
lebih utama dalam mazhab Hanafi dan Maliki, hal tersebut berkaitan dengan
surah Al-A’raf ayat 55 agar berdoa dengan suara yang lembut. Adapun dalam
madzhab Syafi’i dan Hanbali dikatakan bahwa bacaan amin sebaiknya
disuarakan pada salat yang mengencangkan suara dan dilirihkan pada salat
yang melirihkan suara, hal tersebutlah yang dicontohkan oleh Rasulullah
SAW.
11. Tafsir dan penjelasan. Wahbah al-Zuhaili menjelaskan bahwa segala aktivitas
kegiatan yang hendak dilakukan harus diawali dengan basmalah. Basmalah
merupakan permohonan hamba kepada Tuhannya agar dapat menolong
dengan kebesaran nama-Nya.
12. Fikih kehidupan atau hukum-hukum. Surah al-Fatihah membahas
permasalahan relasi hamba dengan Khaliq serta cara untuk mendekatkan diri
kepada-Nya serta membahas petunjuk kepada manusia bahwa dalam
berkehidupan harus mengikuti jalan yang lurus dan tidak menyimpang.6

b. Contoh Kitab Tafsir dengan Metode Tahlili:

 Jami’ al-Bayan fi Tafsir al-Qur’an, karangan Imam Ibn Jarir Al-Thabary


 Ma’alim al-Tanzil yang dikenal dengan Al-Tafsir al-Manqul, karangan Imam Al-
Baghawy
 Madarik al –Tanzil wa al-Haqaiq al-Ta’wil, karangan Al-Ustadz Mahmud Al-Nasafy
 Anwar al-Tanzil wa Asrarnal-Ta’wil, karangan Al-Ustadz Al-Baydlawy
 Tafsir Al-Qur’an al-‘Adhim, karangan Imam Al-Tustury
 Haqaiq al-Tafsir, karangan Al-‘Allamah Al-Sulamy (w. 421 H)
 Ahkam Al-Qur’an, karangan Al-Jasshash (w. 370 H)
 Al-Jami’ li Al-Qurthuby (w. 671 H)
 Mafatih al-Ghaib, karangan Al-Fakhr Al-Razi (w. 606)
 At-Tafsir al-‘Ilm lil Kauniyat al-Qur’an al-Karim, karya Hanafi Ahmad
 Al-Islam Yatahadda, karangan Al-‘Allamah Wahid al-Din Khan
 Tafsir al-Manar, karya Rasyid Ridha (w. 1345 H)
 Tafsir Al-Qur’an al-Karim, karya Mahmud Salthut

Daftar Pustaka

Al-Shabuny, Ali. Al-Tibyan fi Al-‘Ulum Al-Qur’an, Daar Al-Qalam, Beirut 1970.

6
Wahbah, 2013, pp. 30–43
Baqir, Muhammad Al-Shadr. Al-Bidayah Fi Al-Tafsir Maudhu’I, wa Tafsir Al-Tajzi’iy
Fi Al-Qur’an Al-karim, Dr Al-Ta’ruflil Mathbu’at, 1980.
Quraish, Muhammad Shihab. membumikan Al-Qur’an, Mizan, Jakarta, Cet,XV,1997.
Wahbah, A.-Z. (2013). Tafsir Al-Munir Aqidah, Syariah, Manhaj. Gema Insani.
Yahya, A., & Yusuf, K. M. (2022). Metode Tafsir (Al-Tafsir Al-Tahlili, Al-Ijmali, Al-
Muqaran dan Al-Mawdu’i). PALAPA, 10, 1–13.

Anda mungkin juga menyukai