1. Pengertian al – Qur’an
Al-Qur’an merupakan wahyu yang diturunkan oleh Allah SWT kepada Rasulullah
SAW dan sebaga petunjuk buat ummatnya. Al quran adalah sumber hukum bagi
bagi ummat islam. bukti alquran itu merupakan petunjuk bagi Nabi saw dalam
mengembangkan agama Islam atau menganjak ummatnya kejalan yang benar
adalah Alquran tidak diturunkan sekaligus, namum al-qur’an diturunkan secara
berangsur-angsur. Al-qur’an adalah merupakan wahyu di berikan Allah
kepadaNya.
Untuk memahami makna dan tujuan al-qur’an adalah beberapa hal yang harus
dilakukan, antara lain:
Memahami membaca, mengetahui makna dari kata yang terdapat dalam
alquran dan petunjuk atau pesan yang terdapat dalam ayat tersebut.
Memahami kata atau kalimat terdapat dalam alquran tersebut dibutuhkan ilmu
pengetahuan untuk mengetahui tentang apa, pesan apa yang ada dalam ayat
tersebut. Maka dibutuhkan Ilmu pengetahun yang secara spesifik untuk dapat
mengetahui secara rinci tentang isi alqruan terdapat di dalamnya
3. Tafsir Bi Al-Ma’tsur
Tafsir secara etimologi berasal dari kata al-fasr yang diartikan dengan penjelasan
atau keterangan.1Sedang al-ma’tsur berasal dari kata atsara yang artinya
mengutip.2Sedangkan menurut pengertian terminologi tafsir bil ma’tsur ialah
beberapa penjelasan yang ada dalam Alquran, sunah atau kata-kata sahabat
untuk penjelasan terhadap ayat-ayat alquran.3
Tafsir al matsur adalah : menjelaskan ayat alguran dengan ayat alquran, ayat
alquran dengan sunnah Rasulullah saw, ayat alquran den perkataan
sahabat.Sumber utama tafsir bi al matsur adalah alquran, sunnah dan sahabat.
Sedang tabiin diperdebatkan, apakah termasuk dalam kategori tafsir bi almatsur
atau tidak. Terjadi perbedaan pendpat ulama terhadap tabiin, apakah termasuk
tafsir bi almatsur mengenai tafsir tabiin tersebut.alasan ulama yang mengatakan
tafsir tabiin termasuk dalam kategori tafsir bi almatsur adalah mayoritas tabiin
menerimanya dari sahabat.
4. Tafsir Bi Al-Ra’yi
Tafsir bi ra`yi secara etimologi adalah : kata ra’yi dapat diartikan sebagai
keyakinan (I’tiqad), analogi (qiyas), dan ijtihad. Secara terminologi tafsir bi ra`yi
adalah tafsir yang diambil berdasarkan ijtihad dan pemikiran mufassir setelah
mengetahui bahasa Arab dan metodenya, dalil hukum ditujukan dalam
penafsiran. Contoh asbab nuzul, dan nasih mansukh.27 Depenisi lain tentang
Tafsir bi al-ra’yi adalah penafsiran yang dilakukan dengan menggunakan rasio
atau akal sebagai dasar penetapat ijtihat.Penafsiran bi ra`yi ini juga dinamakan
sebagai tafsir ijtihat.Tafsir dengan corak ijtihat ini terjadi berdasarkan hasil
pemikiran para mufassir yang menggunakan akal yang baik dalam menafsirkan
ayat alquran. Perbedaan pendapat terhadap penggunakan rasiodalam
menafsirkan ayat akan dimungkinkan terus terjadi.
Depenisi tafsir al ra’yi secara etimologi berarti keyakinan, qiyas dan Ijtihad.
Secata terminologi adalah tafsir bi al ra’yi adalah penafsiran yang dilakukan
dengan metode ijtihat dan menggunakan akal atau logika yang benar dengan
menggunakan pemikiran yang benar dan memenuhi syarat dalam penafsiran
secara benar mengikutiaturan yang berlaku.30Syarat –syarat mufassir yang
menggunakan akal atau rasio yang dijadikan dasar penafsiran adalah para
mufasir yang menjadi seorang mufassir antara lain:
Penafsir harus terlebih dahulu memahami bahasa Arab secara benar, dan
aspek-aspek dilalah atau hukum yang dapat membuktikan bahwa seorang
mufassir menggunakan syair-syair arab masyarakat jahiliyah sebagai
pendukung dalam penafsirannya.
Penafsir harus melihat dan memperhatikan asbabun nuzul ayat yang
ditafsirkan ketika Allah menurunkan ayat tersebut.
Penafsir harus melihat dan mengetahui nasikh dan mansukh, qira’at dan
lain-lain
5. Tafsir Bi Al – Isyari
Penafsiran dengan corak tafsir bi Al Isyari pat diartikan secara etimologi yaitu : al
isyari diartikan sebagai penunjukan, memberi isyarat. Depenisi laintentang tafsir
isyari adalah tafsir menakwilkan atau menfsirkan ayat- ayat Al-Qur’an tidak
sesuai dengan makna zahir ayat. Penafsiran dilakukan berdasarkan isyarat-
isyarat yang ada atau yang samar dan dapat dipahami serta diketahui oleh orang
yang punya ilmu dibidangnya punya ketaqwaan yang cukup tinggi. Penafsiran
melalui penakwila terhadap ayat alquran harus sesuai atau sejalan dengan
makna lapz atau zahir ayat–ayatAl-Qur’an yang di takwikan dari berbagai
beberapa sisi.
Model tafsir bi al-Isyarah ini adalah seluruh kitab tafsir yang disusun dengan tidak
menggunakan salah satu daririwayat maupun dirayah.Karena itu, sesungguhnya
tafsir seperti ini tidak bisa dimasukkan sebagai tafsir. Sumber utama tafsirini
adalah kontemplasi, atau apa yang dikenal dengan makna batin alquran, yang
ditemukan ketika membacanya. Model tafsir seperti ini,contohnya seperti tafsir
AlNaysaburi, yang ditulis oleh AlNaysaburi, tafsir Futuhât al Makkiyah, karya Ibn
‘Arabi, tafsir al-Alusi yang ditulis oleh Syihabuddin al Alusi.40 Sufi ada dua
kategori, yaitu :
1. Mazhab tiologis.
2. Tematik taksonomis
Umumnya berkaitan dengan teks, seperti yang berkaitan dengan Variasi Qira’at, Makki-Madani,
Uslub al-Qur’an dan juga naskah al-Qur’an yang berupa manuskrip.
dalam kelompok ini juga bisa melakukan kajian penggalian makna teks baik secara parsial
maupun komprehensif. Secara parsial maksudnya mengkaji satu ayat atau sekelompok ayat
tertentu atau satu surah tertentu dengan pendekatan tertentu.
Adapun yang dimaksud dengan kajian secara komprehensif ialah kajian yang bertujuan untuk
mengeksplorasi suatu konsep dalam al-Qur’an secara komprehensif dengan menggunakan
metode tafsir tematik/ maudhu’i.
Mengkaji respon atau resepsi masyarakat terhadap al-Qur’an ataupun terhadap penafsiran
seseorang atas al-Qur’an
Apa sebenarnya filosofi penelitian dalam kajian tafsir saat ini?
5. Melihat resepsi masyarakat atas suatu fenomena atau tradisi yang berkaitan dengan al-Qur’an
Penelitian Living Qur’an memungkinkan peneliti untuk melihat dan merasakan makna yang
diresepsi oleh masyarakat umum terhadap fenomena maupun tradisi lokal yang mereka amalkan
dan berkaitan erat dengan al-Qur’an. Penelitian jenis ini juga mengharuskan peneliti untuk tidak
mudah memandang sebelah mata sebuah tradisi sederhana yang dilakukan masyarakat, sebab
bisa jadi ada makna yang dalam pandangan mereka “istimewa” sehingga tradisi bisa tetap eksis
dan konsisten hingga saat ini.
Pendekatan
Pendekatan ialah perspektif atau sudut pandang atau kacamata yang digunakan oleh seorang
peneliti untuk menganalisa data yang ia miliki. Ketepatan pendekatan atau perspektif yang
digunakan bergantung pada research questions atau problem akademik yang ingin dicari
jawabannya.
Secara garis besar ada beberapa pendekatan yang umum digunakan dalam penelitian literatur
tafsir,
Pendekatan ini diaplikasikan jika pertanyaan yang ingin diungkap berkaitan dengan orisinalitas
teks. Perlu digarisbawahi bahwa pendekatan ini hanya dapat diaplikasikan pada produk
penafsiran bukan pada al-Qur’an itu sendiri, sebab sudah jelas bahwa al-Qur’an merupakan kitab
suci yang orisinal. Hal ini mencegah terjadinya kajian yang serupa dengan kajian orisinalitas al-
Qur’an yang dilakukan oleh John Wansbrough yang sampai pada kesimpulan yang justru
mendiskreditkan sisi sakralitas al-Qur’an itu sendiri dan juga Nabi Muhammad sebagai
penyampainya.
Pendekatan Interpretatif
Pendekatan ini diaplikasikan jika pertanyaan penelitian berkutat pada makna yang terkandung di
dalam teks.
Lalu secara lebih spesifik lagi, pendekatan ini memiliki beberapa sub yaitu:
1. Sub historis
Pendekatan ini digunakan dalam penelitian yang ingin mengungkap irisan-irisan fakta historis
teks. Seperti perkembangan makna suatu kata atau konsep, faktor sosial atau latar belakang
disusunnya teks tafsir yang dikaji, pengaruh produk tafsir yang dikaji terhadap perkembangan
wacana tafsir di masanya dan sesudahnya.
1. Sub Sastrawi
Pendekatan ini diaplikasikan untuk memahami simbol-simbol bahasa pada sebuah teks baik yang
muncul secara eksplisit maupun implisit. Pendekatan ini biasanya dipakai untuk menganalisa kata
kunci tertentu dalam sebuah teks maupun konsep-konsep tertentu dalam sebuah produk
penafsiran/ kitab tafsir/ penelitian tafsir.
1. Analisis Deskriptif
Analisa ini menempati level pemula dalam bidang penelitian. Analisa ini berupaya untuk
menyederhanakan bahasa data atau berupaya membahasakan data yang diperoleh dengan gaya
bahasa khas peneliti. Selain itu analisa ini juga dapat digunakan untuk melakukan penyimpulan
sederhana dan mengurai data ke dalam poin-poin penting yang menurut peneliti harus diketahui
pembaca.
2. Analisis Eksplanatoris
Analisa kedua ini menempati level lanjutan dalam bidang penelitian. Seorang peneliti dapat
berargumentasi lebih dalam dan luas atas data yang diperolehnya. Sebab peneliti tidak hanya
berhenti pada upaya menyederhanakan data, tapi juga melakukan olah data dengan berbagai
data lain maupun perspektif yang dibawanya (bisa dengan perspektif yang sudah diulas pada
bagian tulisan sebelumnya).
Seperti dengan melakukan perbandingan penafsiran di antara data yang dikaji dengan data yang
diambil dari data berbagai kitab tafsir otoritatif. Maupun dengan mengolah data yang dikaji dengan
pendekatan-pendekatan semisal pendekatan filosofis, linguistik, sosiologi pengetahuan,
hermeneutika dan ilmu bantu lainnya.
3. Analisis Kritis
Analisa terakhir ini menempati peringkat teratas dalam level analisis penelitian. Jadi setelah
menerapkan analisa deskriptif lalu mengolahnya dengan analisa eksplanatoris, peneliti yang telah
memahami betul terkait data yang ditelitinya, mungkin saja akan menemukan hal-hal yang
sifatnya masih ambigu maupun tidak konsisten pada objek material yang ia teliti. Temuan ini
sangat layak untuk disikapi peneliti dengan melakukan kritik secara ilmiah berdasarkan fakta yang
ia dapatkan, inilah yang disebut analisis kritis.
Beberapa uraian pembahasan yang berkaitan dengan penelitian dalam kajian tafsir ini
menunjukkan bahwa sebuah penelitian harus dilandasi metodologi yang baik. Penelitian yang
berpegang pada kaidah-kaidah metodologi yang tepat dapat menghasilkan hasil penelitian yang
tidak hanya berdampak pada perkembangan ilmu pengetahuan namun juga dalam menjawab
tantangan di tengah kehidupan umat secara langsung. Wallahu a’lam.
c. kelebihan dan kekurangan terkait dengan penjelasan materi pada Bahan Ajar.
Terkait kelebihan pada materi bahan ajar, secara global dapat di fahami dan
memberikan wawasan penjelas serta penerangan.
Sementara kekurangannya pada materi bahan ajar dapat disimpulkan:
1. paparan khusus penulis sangat global mengenai materi.
d. Kaitan isi Bahan Ajar dengan nilai moderasi beragama
Dalam hal materi ajar mengenai tafsir, serta ruang lingkupnya sangatlah diperlukan dan bahkan
menjadi prioritas kajian utama (pemahaman ilmu tafsir) guna memberikan penjelasan makna, isi,
analisa dan lingkupnya dalam kajian ini, sehingga toleransi beragama dapat di fahami tanpa
mempermasalahkan/mengaitkan dengan penistaan agama bahkan salah faham dan melemahkan
kitab suci AL-quran