Jika dilihat dari jumlah perawi yang meriwayatkan suatu hadis, maka hadis dibagi
menjadi 2, yakni
1. Hadis Mutawatir
Mutawatir menurut bahasa bararti mutatabi, yakni sesuatu yang datang berikut dengan
kita atau yang beriring-iringan antara satu dengan lainnya tanpa ada jaraknya. Adapun pengetian
hadist mutawatir menurut istilah, sebagai berikut:
ِ ع َل ْال َك ِذ
ب ُ عضن َج ْمعٍ ت َِح ْى ُل ْالعاَدَة ُ ت ََوا
َ طؤُ ُه ْم ْ ما َ َر َوا َج ْم ٌع
Artinya : “Hadist yang diriwayatkan oleh sejumlah orang yang menurut adat
mustahil mereka bersepakat terlebih dahulu untuk berdusta.”.
Hadis mutawatir mempunyai nilai ‘ilmu dharuri yakni keharusan untuk menerima dan
mengamalkan sesuai dengan yang diberikan oleh hadis mutawatir tersebut, hingga membawa
kepada keyakinan yang qath’i (pasti).
Ibnu Taimiah mengatakan bahwa suatu hadis dianggap mutawatir oleh sebagaian
golongan lain dan kadang-kadang telah membawa keyakinan bagi suatu golongan tetapi tidak
bagi golongan lain. Barang siapa yang telah meyakini akan ke mutawatirannya, wajib baginya
mempercayai dan mengamalkan suatu hadis mutawatir yang disepakati oleh para ulama
sebagaimana kewajiban mereka mengikuti ketentuan-ketentuan hukum yang disepakati oleh para
ahli ilmu.
Para perwai hadis mutawatir tidak perlu dipersoalkan, baik mengenai keadilan maupun
ke-idabhit nya, sebab dengan ada persyaratan yang begitu ketat, sebagaimana telah ditetapkan di
atas, menjadikan mereka tidak mungkin sepakat melakukan dusta. Imam Nawawi dalam Syarh
Muslim dan ulama ushul lainya tidak menetapkan syarat “muslim”bagi para perawi hadis
mutawatir. Ada juga yang mengatakan bahwa hadis mutawatir tidak masuk ke dalam
pembahasan ilmu hadis sebab ilmu hadis membicarakan sahih tidaknya suatu dilihat dari para
perawi dan cara menyampaikan periwayatanya. Sedang dalam hadis mutawatir , kualitas para
perawinya tidak dijadikan sasaran pembahasan. Yang menjadi titik tekan dalam hadis mutawatir
ini adalah kuantitasnya para perawi dan kemungkinan adanya kesepakatan berdusta atau tidak.
2. Hadis Ahad
Kata ahad atau wahid berdasarkan segi bahasa berarti satu, maka khabar ahad, atau
khabar wahid berarti yang disampaikan oleh satu orang.
Adapun yang dimaksud dengn hadist ahad menurut istilah yaitu sebagai berikut :
Artinya : “Khabar yang jumlah perawinya tidak sebanyak junlah perawi hadist
mutawatir, baik perawinya itu satu, dua, tiga, empat, lima, dan seterusnya yang
memeberikan pengertian bahwa jumlah perawi tersebut tidak mencapai jumlah
perawi hadist mutawatir”.
Ada juga ulama yang mendefinisikan hadis ahad merupakan hadis yang sanad nya
sah dan bersambung hingga sampai kepada sumbernya (Nabi) tetapi kandunganya memberikan
pengertian zhanny (dugaan keras) dan tidak sampai kepada qath’i (meyakinkan kebenaran
beritanya). Karenanya, untuk mengetahui apakah wurud (kedatangan) hadist ahad dapat
dipercaya ataukah tidak, maka terlebih dahulu sanad dan matannya harus diteliti. Untuk hadist
mutawatir, penelitian yang demikian itu tidak diperlukan karena sudah pasti kebenaran wurud-
nya
Dilihat dari kualitasnya, hadist terbagi menjadi tiga, yaitu Shahih, Hasan dan Dhaif.
1. Hadist Shahih
Dari segi bahasa Shahih berarti sehat, yaitu lawan kata dari sakit.Sedangkan dari segi
istilahnya, hadist shahih adalah hadist yang sanadnyabersambung, diriwayatkan oleh perawi
yang adil dan dhabit dari sejak awalhingga akhir sanad, tanpa adanya syadz dan illat.
ع ِن ْال َع ْد ِل
َ السْناَدُهُ ِبنَ ْق ِد ِل ْالعض ْد ِل الضَّا ِب ِط
ِ ُ تص ْ ْث ْال ُم ْسنَدُ اَلَّذ
ِ ِى َى ُ ص ِح ْى ُح ف ُه َو ْال َح ِد ى
َّ اَما َّ ْال َح ِد ىْتُ ال
َالضَّا بِ ِط اِ َل ُم ْنتحا َ هُ َوالَ ىَ ُك ْو ُن شاَذًا َوالَ ُمعلَّال
Artinya : “Adapun hadist shahih ialah hadist yang sanadnya bersambung (sampai
kepada Nabi), diriwayatkan oleh (perawi) yang adil dan dhabit sampai akhir sanad,
tidak ada kejanggalan dan ber’illat”.
Hadits Shahih pula terdapat dua bagian
Hadits shahih lidzatihi adalah hadits yang dimana memiliki semua syarat hadits shahih
sebagaimana yang telah kita bahas diatas.
Hadits Shahih Lighoirihi adalah Hadits Hasan Lidzatih iyang diriwayatkan dari jalur lain
yang sama atau yang lebih kuat darinya, contohnya hadits yang derajatnya shahih lighoirihi
sebagai berikut;
“ Dari Muhammad bin amer dari abi salamah dari abu hurairah sesungguhnya rasulullah saw
bersabda: Kalaulah tidak memberatkan atas umatku pasti akanku perintahkan kepada mereka
bersiwak ketika setiap shalat”(HR. Tirmidzi, Kitab Thaharah).
Berkata Ibnu Shalah: “Rawi yang bernama Muhammad bin Amr bin alQomah termasuk
dari kalangan termasyhur (terkenal) karena kebenaran dan penjagaannya, akan tetapi
bukan termasuk dari “ahli itqan” sehingga sebagaian para ulama hadits mendhaifkannya
dari aspek jelek hafalannya, dan sebagiannya lagi mentsiqatkannya karena kebenaran
dan kemulyaannya, maka hadits ini hasan. Maka ketika digabungkan dari berbagai
hadits yang diriwayatkan dari jalur lain hadits ini menjadi shahih lighoirihi.”
2. Hadis Hasan
Hadis Hasan secara bahasa adalah sifat yang menyerupai dari kalimat “al-husna”
artinya indah, cantik. Akan tetapi secara istilah yang dimaksud dengan Hadits hasan Menurut
Ibnu Hajar Al-Atsqalani yaitu:
Hadits Hasan lidzatihi adalah hadits hasan itu sendiri sebagaimana yang telah kita bahas
mengenai hadits hasan.
Hadits Hasan Lighoirihi adalah Hadits dhaif yang mempunyai jalur periwayatan yang
banyak akan tetapi sebab kedhaifannya itu bukan karena fasiq ataupun pembohong, contohnya
hadits yang derajatnya hasan lighoirihi sebagai berikut;
Rawi yang bernama ‘Ashim bin Ubaidillah itu dhaif karena jelek hafalannya, kemudian
Imam at-Tirmidzi menghasankan hadits ini karena terdapat hadits dari selain jalur periwayatan
ini.
3. Hadis Dha’if
Hadits dhaif secara bahasa berarti lemah artinya bahasa berarti hadits yang lemah atau
hadits yang tidak kuat. Sedangkan secara istilah para ulama terdapat perbedaan rumusan dalam
mendefinisikan hadits dhaif ini akan tetapi pada dasarnya,isi, dan maksudnya tidak berbeda.
Beberapa definisi,diantaranya adalah sebagai berikut:
Hadits yang di dalamnya tidak terdapat syarat-syarat hadits shohih dan syarat-syarat
hadits hasan.
Hadits yang hilang salah satu syaratnya dari syarat-syarat hadits maqbul(hadits shohih
atau yang hasan)
Pada definisi yang ketiga ini disebutkan secara tegas,bahwa Hadits dhaif adalah hadits
yang jika satu syaratnya hilang.
a. Kriteria hadits dhaif
Adapun kriteria hadits dhaif adalah dimana ada salah satu syarat dari hadits shohih dan
hadits hasan yang tidak terdaat padanya,yaitu sebagai berikut sebagai berikut:
Hadits dhaif sangat banyak macamnya, masing-masing memiliki derajat yang berbeda
satu sama lain. Hadits dhaif yang memiliki kekurangan 1 syarat dari syarat-syarat hadits shahih
dan hasan lebih baik daripada Hadits dhaif yang memiliki kekurangan 2 syarat dari syarat-syarat
hadits shahih dan hasan dan begitu seterusnya.
i) Hadits Munqathi’
Hadits Munqathi’ adalah hadits yang gugur sanadnya di satu tempat atau lebih atau
pada sanadnyan disebutkan nama seseorang yang tidak dikenal namanya.
Hadits muallaq adalah hadits yangg rawinya digugurkan seorang atau lebih di awal
sanadnya secara berturut-turut.
Hadits mursal adalah hadits yang gugur sanadnya setelah tabi’in. Yang dimaksud
dengan gugur disisn adalah nama sanad terakhirnya tidak disebutkan.
Hadits mu’dhal adalah hadits yang gugur dua orang sanadnya atau lebih secara
berturut-turut.
v) Hadits Mudallas
Hadits Mudallas adalah hadits yang diriwayatkan menurut cara yang diperkirakan
bahwa hadits tersebut tidak bernoda. Orang yang melakukan tadlis (perbuatannya)
disebut mudallis dan haditsnya disebut hadits mudallas.
i) Hadits Maudhu’
Hadits maudhu’ adalah hadits yang dibuat-buat oleh seseorang (pendusta) yang
ciptaan ini dinisbatkan kepada Rasulullah secara paksa dan dusta baik sengaja
maupun tidak.
Hadits matruk adalah hadits yang diriwayatkan oleh seseorang yang tertuduh dusta
(terhadap hadits-hadits yang diriwayatkannya) atau tampak kefasikannya baik pada
perbuatan atau pada erkataanya,atau orang yang banyak lupa atau banyak ragu.
Sedangkan hadits munkar adalah hadits yang diriwayatkan oleh orang yang lemah
(perawi yang dhaif) yang bertentangan dengan periwayatan orang yang lebih
terpercaya.
i) Hadits Mudraj
Hadits maqlub yaitu hadits yang lafaz matannya tertukar pada salah seorang perawi
pada salah seorang perawi atau seseorang pada sanasnya. Kemudian didahulukan
dalam penyebutannya,yang seharusnya disebut belakangan atau mengakhirkann
penyebutannya,yang seharusnya di dahulukan atau dengan diletakkannya sesuatu
pada tempat yang lain.
Hadits mushahhaf adalah hadits yang perbedaannya (dengan hadits riwayat lain)
terjadi karena perubahan titik kata, sedangkan bentuk tulisannya tidak berubah.
i) Hadits syadz
Hadits syadz adalah hadits yang diriwayatkan oleh orang maqbul, akan tetapi
bertentangan (matannya) dengan periwayatannya dari orang yang kualitasnya lebih
utama.
Hadits mu’allal adalah hadits yang diketahui ‘illatnya setelah dilakukan penelitian
dan penyelidikan meskipun pada lahirnya telah tamoak selamat(dari cacat) contoh
hadits mu’allal: ‘’si penjual dan si pembeli boleh memilih selama belum
berpisahan’’
Para ahli hadits memasukkan ke dalam kelompok hadits dhaif dari sudut
penyandarannya ini adalah hadits mauquf dan hadits maqhthu’.
1) Hadits Mauquf
Hadits mauquf adalah hadits yang diriwayatkan dari para sahabat baik berupa
perkataan,perbuatan,atau taqrir-nya. Periwayatannya baik bersambung atau tidak.
2) Hadits Maqthu’
Hadits maqthu’ adalah hadits yang diriwayatkan dari tabi’in dan disandarkan
kepadanya,baik perkataan maupun perbuatannya. Dengan kata lain bahwa hadits maqthu’
adalah perkataan atau perbuatan tabi’in.
C. Kesimpulan
Demikian uaraian dari video dalam modul 2 KB 3 yang dapat kita tarik kesimpulan
menyimpulkan bahwa jika hadist ditinjau dari segi jumlah (sedikit banyaknya) perawi atau
sumber berita, hadist dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu hadist mutawatir dan hadist ahad.
Hadist mutawatir adalah hadist yang diriwayatkan oleh banyak rawi baik dari thabaqat
pertama (sahabat) sampai kepada thabaqat yang terakhir (thabi’at thabi’in). Lawan dari hadits
mutawatir adalah hadist ahad yakni hadist yang dilihat dari sisi penutur dan perawinya tidak
mencapai tingkat mutawatir atau terkadang mendekati jumlah hadist mutawatir.
Dengan demikian penyebutan hadist dengan jenis ini akan sangat dipengaruhi oleh kualitas
perawi dan jumlah perawi dalam setiap tingkatan.
Sementara hadis ditinjau dari kualitas dibagi menjadi 3, yakni hadis shahih, hasan dan
dhaif. Penyebutan hadis ini sangat dipengaruhi oleh ke shahihan matan (tidak terdapat syadz dan
‘illat), keadilan serta kedlabitan rawi.