Anda di halaman 1dari 3

LEMBAR KERJA RESUME MODUL

A. Nama Mahasiswa : Hilyatul Muniroh


B. Kelas : PAI 4
C. Judul Modul : Al Qur’an Hadis
D. Kegiatan Belajar : KB 1 Al Qur’an dan Metode Memahaminya
E. Refleksi

BUTIR
NO RESPON/JAWABAN
REFLEKSI
Peta Konsep

Al Qur’an Tafsir Takwil


Terjemah

- Ayat-ayat
- Etimologi
Muhkamat - Etimologi
- terminologi
- Ayat-ayat - terminologi
Mutasyabihat

1. AL-QUR’AN
Secara harfiah, Al-Qur'an berasal dari akar kata qara’a-yaqrau yang berarti
Konsep
menghimpun atau mengumpulkan (al-jam') dan membaca (al-nuthq). Sehingga, Al-
(Beberapa
1 Qur'an menurut bahasa berarti bacaan atau yang dibaca. Secara istilah, Al-Qur’an
istilah dan
adalah kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW secara
definisi) di KB
mutawattir (berangsur-angsur selama 22 tahun, 2 bulan, 22 hari) melalui perantara
malaikat Jibril kepada umat manusia untuk dijadikan pedoman dalam hidup di dunia
dan di akhirat, diawali dengan surat al-Fatihah dan diakhiri dengan surat al-Nas,
serta bernilai ibadah bagi yang membacanya. c) Al-Qur’an terdiri dari 30 juz, 114
surat, 6236 ayat (Al-Madani al-Awwal menyebutkan 6217 atau 6214, Al-Madani al-
Akhir menyebutkan 6214, Ahl Mekkah menyebutkan 6210, Ahl Bashrah
menghitungnya 6204, Ahl Damaskus berpendapat 6227 atau 6226, Al-Humushi
berpendapat 6232, dan Ahl Kufah menyebutkan 6236 ayat), 77.439 kata, dan
323.015 huruf. Karakteristik Ayat-Ayat Al Qur’an diantaranya :
a. Ayat-Ayat Muhkamat
Ayat muhkamat adalah ayat-ayat yang muhkam, yaitu ayat yang mudah
diketahui maksudnya, mengandung satu makna dan dapat diketahui secara langsung
tanpa memerlukan keterangan lain. Jadi, ayat-ayat muhkamat adalah ayat-ayat yang
mengandung makna yang kokoh, jelas dan fasih.
b. Ayat-Ayat Mutasyabihat
Secara etimologi, mutasyabihat merupakan bentuk jamak dari kata
mutasyabih, berasal dari kata syabaha yang berarti serupa. Syubhah (bentuk nomina
dari syabaha) adalah keadaan tentang satu dari dua hal yang tidak dapat dibedakan
dari lainnya karena ada kemiripan di antara keduanya secara konkret atau abstrak.
Secara terminologi, ayat mutasyabihat adalah ayat-ayat yang maknanya tidak atau
belum jelas, dan untuk memastikannya tidak ditemukan dalil yang kuat. Oleh karena
itu, para ulama menyebut ayat-ayat mutasyabihat secara ringkas dengan ungkapan
hanya Allah yang mengetahui maknanya.

2. TAFSIR
Menurut bahasa, tafsir berasal dari kata fassara-yufassiru-tafsir yang berarti
menjelaskan. Tafsir juga bermakna al-idhah (menjelaskan), al-bayan (menerangkan)
dan al-kasyf (menyingkapkan). Menurut istilah, tafsir adalah ilmu yang membahas
tentang Al-Qur’an dari segi pengertiannya terhadap maksud Allah sesuai dengan
kemampuan manusia. Sedangkan Menafsirkan Al-Qur’an berarti upaya
mengungkap maksud dari Al-Qur’an baik ayat perayat, surat persurat maupun tema
pertema yang dapat digali dari susunan bahasanya dan lafaz-lafaz yang
digunakannya, serta seluk beluk yang berhubungan dengannya.
Seluk beluk yang dimaksud adalah terkait dengan ‘Ulum al-Quran, yang meliputi
asbab al-nuzul, makiyyah dan madaniyyah, ilmu qiraat, nasikh wa mansukh, dan
seterusnya.
• Asbabun nuzul adalah latar belakang atau sebab-sebab suatu atau
beberapa ayat Al-Qur'an diturunkan.
• Makiyyah adalah ayat-ayat yang turun di Makkah atau turun sebelum hijrah.
• Madaniyyah adalah ayat-ayat yang turun di Madinah atau turun setelah hijrah.
• Ilmu qira’at adalah ilmu yang berbicara tentang tata cara pengucapan kata-kata
dalam al-Qur’an dan metode penyampaiannya, baik disepakati ataupun yang
ikhtilaf dengan cara menyandarkan setiap qira’at atau bacaannya kepada salah
seorang perawinya.
• Nasikh adalah mengangkat atau menghapus hukum syara’ dengan dalil syara’
yang lain yang datang kemudian, dan hukum yang dihapus tersebut disebut
sebagai mansukh.

3. TAKWIL
Ta’wil (diserap ke dalam Bahasa Indonesia menjadi takwil) menurut bahasa
berasal dari kata awwala-yuauwilu-ta’wil yang memiliki makna al-ruju’ atau al-’aud
yang berarti kembali. Secara istilah, ta’wil berarti mengalihkan makna sebuah
lafazh ayat ke makna lain yang lebih sesuai karena alasan yang dapat diterima oleh
akal. Takwil berbeda dengan tafsir sekalipun keduanya menjelaskan maksud dari
sebuah pernyataan dalam Al-Qur’an. Tafsir pada praktiknya menjelaskan makna
zahir sementara takwil mengungkap makna batin.

4. TERJEMAH
Secara etimologi, terjemah diambil dari bahasa Arab dari kata tarjamah.
Bahasa Arab sendiri menyerap kata tersebut dari bahasa Armenia yaitu turjuman
yang seakar kata dengan tarjaman dan tarjuman yang berarti mengalihkan tuturan
dari satu bahasa ke bahasa lain.Terjemah menurut bahasa juga berarti salinan dari
satu bahasa ke bahasa lain, atau mengganti, menyalin, memindahkan kalimat dari
suatu bahasa ke bahasa lain. Sedangkan, Secara istilah, terjemah Al-Qur’an adalah
memindahkan bahasa Al-Qur’an ke bahasa lain yang bukan bahasa Arab kemudian
mencetak terjemah ini ke beberapa naskah agar dapat dibaca orang yang tidak
mengerti bahasa Arab, sehingga dapat memahami pesan dasar dari kitab Allah
SWT. Membaca terjemah sebuah ayat Alquran dapat membantu pembaca untuk
memahami ayat tersebut. Namun demikian, membaca terjemah saja tanpa
memahami seluk beluk bahasa Al-Qur’an seringkali menjadikan pemahaman
terhadap ayat tersebut kurang sempurna, atau bahkan dikhawatirkan terjadi
kesalahpahaman yang disebabkan beberapa hal:
• Tidak semua kata dalam suatu bahasa dapat diterjemahkan secara tepat atau utuh
ke dalam bahasa lain, termasuk Al-Qur’an, karena setiap bahasa memiliki batas-
batas makna masing-masing.
• Keterbatasan seorang penerjemah dalam melakukan pilihan kata yang tepat dan
dalam penguasaan struktur bahasa yang digunakan.
• Latar belakang budaya yang berbeda pada setiap bangsa akan membentuk
karakteristik bahasa yang berbeda.

Adapun yang sulit dipahami adalah sebagai berikut:


1. Siapa saja yang boleh menafsirkan dan mentakwilkan Al Quran, apakah setiap
Daftar materi
orang ataukah hanya orang yang mempunyai kriteria tertentu.
2 pada KB yang
2. Pada terjemah harfiyyah yang mempertahankan susunan dan struktur bahasa
sulit dipahami
Arab ke dalam bahasa Indonesia. Sedang jika diterjemahkan secara
tafsiriyyah
Adapun yang sering mengalami miskonsepsi dalam pembelajaran adalah
sebagai berikut:
1. Ketika adanya perbedaan penafsiran pada ayat-ayat Al Qur’an oleh para
Daftar materi
mufassir terdahulu kadang dibenturkan dengan kebebasan penafsiran oleh
yang sering
masyarakat sekarang, dulu saja boleh berbeda penafsiran, maka sekarang pun
mengalami
3 boleh berbeda penafsiran dengan penafsiran-penafsiran yang baru.
miskonsepsi
2. Metode terjemahan yang dilakukan apa adanya yang terikat oleh
dalam
susunan dan struktur bahasa asal yang diterjemahkan. Sementara
pembelajaran
metode kedua merupakan terjemahan yang lebih longgar
keterikatannya dengan susunan dan struktur bahasa asa yang
diterjemahkan

Anda mungkin juga menyukai