MATAN SANAD
RAWI
STRUKTUR HADIS
ِ َّ َح َّد َث َنا َع ْب ُد
ُّ َّللا ْبنُ ُم َح َّم ٍد ا ْل ُج ْعف ُِّي َقال َ َح َّد َث َنا أَ ُبو َعام ٍِر ا ْل َع َقد
• ِي َقال َ َح َّد َث َنا
صال ٍِح َعنْ أَ ِبي ه َُر ْي َر َة َرضِ َي
َ ار َعنْ أَ ِبي ِ َّ سلَ ْي َمانُ ْبنُ ِب ََل ٍل َعنْ َع ْب ِد
ٍ َّللا ْب ِن دِي َن ُ
ش ْع َب ًة
ُ َض ٌع َوسِ ُّتون ْ سلَّ َم َقال َ ْاْلِي َمانُ ِب َّ صلَّى
َ َّللاُ َعلَ ْي ِه َو َّ
َ َّللا ُ َع ْن ُه َعنْ ال َّن ِب ِّي
ِ ش ْع َب ٌة مِنْ ْاْلِي َم
ان ُ َوا ْل َح َيا ُء
• ][رواه البخاري
Artinya : “Telah menceritakan kepada kami Abdullah bin
Muhammad Al Ju'fi dia berkata, Telah menceritakan kepada kami
Abu 'Amir Al 'Aqadi yang berkata, bahwa Telah menceritakan kepada
kami Sulaiman bin Bilal dari Abdullah bin Dinar dari Abu Shalih dari
Abu Hurairah dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda:
Iman memiliki lebih dari enam puluh cabang, dan malu adalah
bagian dari iman”. (HR. Bukhori)
• Menurut bahasa : sandaran,yang dapat
dipercayai atau dibuktikan.
• Menurut istilah : jalan yang dapat
menghubungkan matan hadist kepada Nabi
Muhammad saw.
Menurut bahasa : membelah, mengeluarkan.
Menurut Istilah : perkataan yang disebut pada
akhir sanad, yakni sabda nabi saw yang
disebut sesudah habis disebutkan sanadnya.
• Orang yang menyampaikan atau menuliskan
dalam suatu kitab apa-apa yang pernah
didengar dan diterimanya dari seseorang
(gurunya).
Kriteria Keshahihan Hadis
• Sanadnya bersambung tanpa ada yang terputus mulai
dari Nabi, Sahabat, Tabi’in dan Tabi’ al Tabi’in
• Moralitas para perawinya baik (adil/kondisi perawi
beragama Islam, mukallaf, melaksanakan ketentuan
agama, menjaga muru’ah)
• Intelektualitas para perawinya mumpuni
(dhabt/hafalan perawi kokoh, kuat, tepat)
• Hadis tidak janggal (syadz/janggal dari segi
periwayatan)
• Hadis tidak cacat (illat/cacat dalam periwayatan hadis)
Fungsi Hadis terhadap al-Qur’an
Bayan Taqrir Hadis sebagai penguat keterangan al-
Qur’an
Bayan Tafsir Hadis sebagai penjelas terhadap al-Qur’an
Bayan Tasyri’ Hadis berfungsi menciptakan hukum syariat
yang belum dijelaskan oleh al-Quran secara
terperinci
Bayan Nasakh Hadis berfungsi membatalkan atau menghapus
ketentuan yang terdapat dalam al-Qur’an
KUANTITAS KUALITAS
JUMLAH SANAD DAN
PERAWINYA MATAN HADIS
KEDUDUKAN PERKEMBANG
DALAM AN
HUJJAH SANADNYA
Hadis
Maqbul
Hadis
Mardud
Secara etimologi : Mutatabi’ (beriringan tanpa
jarak).
mutawatir
Menurut istilah : suatu (hadits) yang lafzhi
diriwayatkan sejumlah rawi yang menurut
adat mustahil mereka bersepakat berbuat
dusta, hal tersebut seimbang dari permulaan
sanad hingga akhirnya, tidak terdapat
kejanggalan jumlah pada setiap tingkatan.
Syarat-syarat Hadits Mutawatir :
1. Berdasarkan paca indra baik berupa Mutawatir Mutawatir
penglihatan atau pendengaran rawi sendiri. ‘Amali Ma’nawi
• AZIZ (sedikit/jarang): perawinya tidak kurang dari dua orang dalam semua tingkatan sanad.
• GHORIB (menyendiri): hadits yang dalam sanadnya terdapat seorang yang menyendiri
GHOIRU dalam meriwayatkannya.
MASYHUR
• Hadis sahih adalah hadis yng susunan lafadnya
tidak cacat dan maknanya tidak menyalahi ayat
(al-Quran), hadis mutawatir, atau ijmak serta
para rawinya adil dan dabit.
• syarat-syarat hadits shahih adalah :
1) sanadnya bersambung,
2) perawinya bersifat adil,
3) perawinya bersifat dhabith,
4) matannya tidak syaz (keganjilan),
5) matannya tidak mengandung ‘illat (cacat).
• Hasan (baik) : hadits yang bersambung
sanadnya, diriwayatkan oleh orang adil,
kurang sedikit kedhabitannya, tidak ada
keganjilan (syaz) dan tidak ‘illat.
• Hadits shahih ke dhabitannya seluruh
perawinya harus zamm (sempurna),
sedangkan dalam hadits hasan, kurang sedikit
kedhabitannya jika dibanding dengan hadits
shahih
• Hadits Dhaif (lemah)bagian dari hadits mardud : hadits
yang tidak memenuhi sebagian atau semua
persyaratan hadits hasan dan shahih, misalnya
sanadnya tidak bersambung (muttasshil), Para
perawinya tidak adil dan tidak dhabith, terjadi
keganjilan baik dalam sanad atau matan (syadz) dan
terjadinya cacat yang tersembunyi (‘Illat) pada sanad
atau matan.
• Hadits dhaif tidak identik dengan
hadits mawdhu’ (hadits palsu). Diantara hadits dhaif
terdapat kecacatan para perawinya yang tidak terlalu
parah, seperti daya hapalan yang kurang kuat tetapi
adil dan jujur. Sedangkan hadits mawdhu’ perawinya
pendusta
hadits maudhu’ adalah perkataan, perbuatan, penetapan atau lainnya yang secara
bohong disandarkan kepada Nabi Muhammad SAW, para shohabat, tabiin dengan
sengaja.
Hadits Maudhu’ terjadi pada tahun 41 H ketika ada perbedaan orang-orang Islam
dibidang politik kemudian mereka pecah seperti Syiah, Khowarij dan Jumhur,
terjadilah bid’ah-bid’ah dan kesesatan-kesesatan karena ulah orang-orang yang
berusaha mencari kedudukan dengan menggunakan hadits Nabi walaupun bukan
perkataan Nabi maka muncullah hadits maudhu.
Hadits maudhu’ atau hadits palsu itu dapat diketahui dengan :
1. pengakuan dari sipembuat sendiri
2. qorinah ( tanda ) yang tercermin pada keadaan rowi seperti mematuhi kehendak
sebagian penguasa.
3. keadaan hadits yang dipalsukan seperti kekakuan kalimat dan maknanya
bertentangan dengan sebagian ayat Al Qur’an, hadits mutawatir, berlawanan
dengan ijma’ qoth’iy atau bahkan bertentangan dengan akal sehat.
Hukum meriwayatkan hadits Maudhu adalah haram.