Anda di halaman 1dari 20

Modul Qur’an Hadis

Kriteria Kesahihan dan Fungsi


Hadis Terhadap Al-Qur’an
Oleh:
Dr. Ali Burhan, M.A.
Dosen PPG FTIK IAIN Pekalongan
 Hadits secara harfiah berarti "berbicara", "perkataan" atau
"percakapan".
 Hadits Menurut istilah yaitu apa yang diriwayatkan dari Nabi
Muhammad SAW, baik berupa perkataan, perbuatan,
ketetapannya (taqrîr), sifat jasmani atau sifat akhlak, perjalanan
setelah diangkat sebagai Nabi dan terkadang juga sebelumnya,
sehingga arti hadits di sini semakna dengan sunnah.

MATAN SANAD

RAWI

STRUKTUR HADIS
ِ َّ ‫َح َّد َث َنا َع ْب ُد‬
ُّ ‫َّللا ْبنُ ُم َح َّم ٍد ا ْل ُج ْعف ُِّي َقال َ َح َّد َث َنا أَ ُبو َعام ٍِر ا ْل َع َقد‬
• ‫ِي َقال َ َح َّد َث َنا‬
‫صال ٍِح َعنْ أَ ِبي ه َُر ْي َر َة َرضِ َي‬
َ ‫ار َعنْ أَ ِبي‬ ِ َّ ‫سلَ ْي َمانُ ْبنُ ِب ََل ٍل َعنْ َع ْب ِد‬
ٍ ‫َّللا ْب ِن دِي َن‬ ُ
‫ش ْع َب ًة‬
ُ َ‫ض ٌع َوسِ ُّتون‬ ْ ‫سلَّ َم َقال َ ْاْلِي َمانُ ِب‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ‫َّللاُ َعلَ ْي ِه َو‬ َّ
َ ‫َّللا ُ َع ْن ُه َعنْ ال َّن ِب ِّي‬
ِ ‫ش ْع َب ٌة مِنْ ْاْلِي َم‬
‫ان‬ ُ ‫َوا ْل َح َيا ُء‬
• ]‫[رواه البخاري‬
Artinya : “Telah menceritakan kepada kami Abdullah bin
Muhammad Al Ju'fi dia berkata, Telah menceritakan kepada kami
Abu 'Amir Al 'Aqadi yang berkata, bahwa Telah menceritakan kepada
kami Sulaiman bin Bilal dari Abdullah bin Dinar dari Abu Shalih dari
Abu Hurairah dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda:
Iman memiliki lebih dari enam puluh cabang, dan malu adalah
bagian dari iman”. (HR. Bukhori)
• Menurut bahasa : sandaran,yang dapat
dipercayai atau dibuktikan.
• Menurut istilah : jalan yang dapat
menghubungkan matan hadist kepada Nabi
Muhammad saw.
Menurut bahasa : membelah, mengeluarkan.
Menurut Istilah : perkataan yang disebut pada
akhir sanad, yakni sabda nabi saw yang
disebut sesudah habis disebutkan sanadnya.
• Orang yang menyampaikan atau menuliskan
dalam suatu kitab apa-apa yang pernah
didengar dan diterimanya dari seseorang
(gurunya).
Kriteria Keshahihan Hadis
• Sanadnya bersambung tanpa ada yang terputus mulai
dari Nabi, Sahabat, Tabi’in dan Tabi’ al Tabi’in
• Moralitas para perawinya baik (adil/kondisi perawi
beragama Islam, mukallaf, melaksanakan ketentuan
agama, menjaga muru’ah)
• Intelektualitas para perawinya mumpuni
(dhabt/hafalan perawi kokoh, kuat, tepat)
• Hadis tidak janggal (syadz/janggal dari segi
periwayatan)
• Hadis tidak cacat (illat/cacat dalam periwayatan hadis)
Fungsi Hadis terhadap al-Qur’an
Bayan Taqrir Hadis sebagai penguat keterangan al-
Qur’an
Bayan Tafsir Hadis sebagai penjelas terhadap al-Qur’an
Bayan Tasyri’ Hadis berfungsi menciptakan hukum syariat
yang belum dijelaskan oleh al-Quran secara
terperinci
Bayan Nasakh Hadis berfungsi membatalkan atau menghapus
ketentuan yang terdapat dalam al-Qur’an
KUANTITAS KUALITAS
JUMLAH SANAD DAN
PERAWINYA MATAN HADIS

KEDUDUKAN PERKEMBANG
DALAM AN
HUJJAH SANADNYA

Hadis
Maqbul

Hadis
Mardud
 Secara etimologi : Mutatabi’ (beriringan tanpa
jarak).
mutawatir
 Menurut istilah : suatu (hadits) yang lafzhi
diriwayatkan sejumlah rawi yang menurut
adat mustahil mereka bersepakat berbuat
dusta, hal tersebut seimbang dari permulaan
sanad hingga akhirnya, tidak terdapat
kejanggalan jumlah pada setiap tingkatan.
 Syarat-syarat Hadits Mutawatir :
1. Berdasarkan paca indra baik berupa Mutawatir Mutawatir
penglihatan atau pendengaran rawi sendiri. ‘Amali Ma’nawi

2. Jumlah perawinya harus mencapai kesatuan


yang tidak mungkin berbuat dosa (banyak).
3. Adanya keseimbangan jumlah perawi pada
hal satu dengan yang lain.
 Hadits Mutawatir Lafzhi : Hadits yang diriwayatkan oleh banyak rawi dengan
susunan redaksi dan makna sama.
 Hadits Mutawatir Maknawi : hadits yang para perawinya berlainan dalam
susunan redaksi dan maknanya tetapi ada pengertian global yang sama.
 Hadits Mutawatir ‘Amali : amalan agama (ibadah) yang dikerjakan oleh Nabi
Muhammad SAW, kemudian diikuti oleh para sahabat, kemudian diikuti lagi oleh
Tabi’in, dan seterusnya, diikuti oleh generasi sampai sekarang.
• ُ‫وق َح َّد َث َنا َر ْو ٌح َح َّد َث َنا ابْن‬ٍ ‫ْج ح و َح َّد َثنِي م َُح َّم ُد بْنُ َمرْ ُز‬ ٍ ‫ْن ج َُري‬ِ ‫َح َّد َثنِي ُع ْق َب ُة بْنُ ُم ْك َر ٍم َح َّد َث َنا أَبُو َعاصِ ٍم َعنْ اب‬
‫صلَّى‬ ِ َّ ‫وُل َقا َل َرسُو ُل‬
َ ‫َّللا‬ ُ ُ‫ْن َز ْي ٍد أَ ْخ َب َرهُ أَ َّن ُه َسم َِع أَ َبا ه َُري َْر َة َيق‬
ِ ‫ْج أَ ْخ َب َرنِي ِز َيا ٌد أَنَّ َث ِاب ًتا َم ْولَى َع ْب ِد الرَّ حْ َم ِن ب‬
ٍ ‫ج َُري‬
َّ
ِ ‫َّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم ُي َسلِّ ُم الرَّ اكِبُ َعلَى ْال َماشِ ي َو ْال َماشِ ي َعلَى ْال َقاعِ ِد َو ْال َقلِي ُل َعلَى ْال َكث‬
]‫ِير [رواه مسلم‬

Artinya :. “Telah menceritakan kepadaku 'Uqbah bin Mukram; Telah menceritakan


kepada kami Abu 'Ashim dari Ibnu Juraij; Demikian juga diriwayatkan dari jalur lainnya;
Dan telah menceritakan kepadaku Muhammad bin Marzuq; Telah menceritakan
kepada kami Rauh; Telah menceritakan kepada kami Ibnu Juraij; Telah mengabarkan
kepadaku Ziyad bahwa Tsabit -budak- 'Abdur Rahman bin Zaid; Telah mengabarkan
kepadanya bahwasanya dia mendengar Abu Hurairah berkata; Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam bersabda: "Orang yang berkendaraan hendaklah memberi salam kepada
pejalan kaki, orang yang berjalan kepada orang duduk, dan orang sedikit kepada orang
banyak."
• Yaitu : "Suatu hadis
Hadis Hadis
Hadis (khabar) yang jumlah
Mutlaq Masyhur
Muqayy
ad
pemberitaannya tidak
mencapai jumlah pemberita
hadis mutawatir baik
pemberita itu seorang, dua
Hadis orang, tiga orang, empat
Ahad orang, lima orang dan
seterusnya, tetapi jumlah
tersebut tidak memberi
Hadis Hadis Hadis pengertian bahwa hadis
Ghorib Ghoiru Aziz
Masyhur tersebut masuk ke dalam
hadis mutawatir / hadits
yang jumlah perawinya tidak
sampai pada tingkatan
mutawatir"
• MASYHUR : Hadits terkenal yang diriwayatkan dari sahabat tetapi bilangannya tidak sampai
pada tingkatan mutawatir, kemudian baru mutawatir setelah sahabat dan orang yang setelah
mereka
AHAD • GHOIRU MASHUR : Hadits yang kurang terkenal

• MUQOYYAD : terkenal dikalangan ulama’ ahli hadits saja


• MUTLAQ : terkenal dikalangan ulama’ ahli hadits dan orang umum.
MASYHUR

• AZIZ (sedikit/jarang): perawinya tidak kurang dari dua orang dalam semua tingkatan sanad.
• GHORIB (menyendiri): hadits yang dalam sanadnya terdapat seorang yang menyendiri
GHOIRU dalam meriwayatkannya.
MASYHUR
• Hadis sahih adalah hadis yng susunan lafadnya
tidak cacat dan maknanya tidak menyalahi ayat
(al-Quran), hadis mutawatir, atau ijmak serta
para rawinya adil dan dabit.
• syarat-syarat hadits shahih adalah :
1) sanadnya bersambung,
2) perawinya bersifat adil,
3) perawinya bersifat dhabith,
4) matannya tidak syaz (keganjilan),
5) matannya tidak mengandung ‘illat (cacat).
• Hasan (baik) : hadits yang bersambung
sanadnya, diriwayatkan oleh orang adil,
kurang sedikit kedhabitannya, tidak ada
keganjilan (syaz) dan tidak ‘illat.
• Hadits shahih ke dhabitannya seluruh
perawinya harus zamm (sempurna),
sedangkan dalam hadits hasan, kurang sedikit
kedhabitannya jika dibanding dengan hadits
shahih
• Hadits Dhaif (lemah)bagian dari hadits mardud : hadits
yang tidak memenuhi sebagian atau semua
persyaratan hadits hasan dan shahih, misalnya
sanadnya tidak bersambung (muttasshil), Para
perawinya tidak adil dan tidak dhabith, terjadi
keganjilan baik dalam sanad atau matan (syadz) dan
terjadinya cacat yang tersembunyi (‘Illat) pada sanad
atau matan.
• Hadits dhaif tidak identik dengan
hadits mawdhu’ (hadits palsu). Diantara hadits dhaif
terdapat kecacatan para perawinya yang tidak terlalu
parah, seperti daya hapalan yang kurang kuat tetapi
adil dan jujur. Sedangkan hadits mawdhu’ perawinya
pendusta
 hadits maudhu’ adalah perkataan, perbuatan, penetapan atau lainnya yang secara
bohong disandarkan kepada Nabi Muhammad SAW, para shohabat, tabiin dengan
sengaja.
 Hadits Maudhu’ terjadi pada tahun 41 H ketika ada perbedaan orang-orang Islam
dibidang politik kemudian mereka pecah seperti Syiah, Khowarij dan Jumhur,
terjadilah bid’ah-bid’ah dan kesesatan-kesesatan karena ulah orang-orang yang
berusaha mencari kedudukan dengan menggunakan hadits Nabi walaupun bukan
perkataan Nabi maka muncullah hadits maudhu.
 Hadits maudhu’ atau hadits palsu itu dapat diketahui dengan :
1. pengakuan dari sipembuat sendiri
2. qorinah ( tanda ) yang tercermin pada keadaan rowi seperti mematuhi kehendak
sebagian penguasa.
3. keadaan hadits yang dipalsukan seperti kekakuan kalimat dan maknanya
bertentangan dengan sebagian ayat Al Qur’an, hadits mutawatir, berlawanan
dengan ijma’ qoth’iy atau bahkan bertentangan dengan akal sehat.
 Hukum meriwayatkan hadits Maudhu adalah haram.

Anda mungkin juga menyukai