Anda di halaman 1dari 13

SUH239 ULUM HADITH

MARTABAT HADITH

Definisi: Iaitu darjat yang layak bagi sesuatu hadith, sama ada sahih, hasan, daif ataupun
mawdu’ (palsu).

HADITH MUTAWATIR

Pengertian Hadits Mutawatir

• Secara etimologi, kata mutawatir bererti : Mutatabi’ (beriringan tanpa jarak). Dalam
terminologi ilmu hadits, ia merupakan hadith yang diriwayatkan oleh orang banyak, dan
berdasarkan logik atau kebiasaan, mustahil mereka akan sepakat untuk berdusta.
Periwayatan seperti itu terus menerus berlangsung, semenjak thabaqat yang pertama
sampai thabaqat yang terakhir.

CATATAN:
SUH239 ULUM HADITH

• Dari redaksi lain pengertian mutawatir adalah :

Hadits yang berdasarkan pada panca indra (dilihat atau didengar) yang diberitakan oleh
segolongan orang yang mencapai jumlah banyak yang mustahil menurut tradisi mereka
sepakat berbohong.

• Ulama mutaqaddimin berbeza pendapat dengan ulama muta’akhirin tentang syarat-syarat


hadits mutawatir. Ulama mutaqaddimin berpendapat bahawa hadits mutawatir tidak
termasuk dalam perbahasan ilmu isnad al-hadits, karena ilmu ini membicarakan tentang
shahih tidaknya suatu khabar, diamalkan atau tidak, adil atau tidak perawinya. Sementara
dalam hadits mutawatir masalah tersebut tidak dibicarakan.

SYARAT-SYARAT HADITH MUTAWATIR

1. Hadits Mutawatir harus diriwayatkan oleh sejumlah besar perawi, dan dapat diyakini
bahwa mereka tidak mungkin sepakat untuk berdusta. Ulama berbeda pendapat tentang
jumlah minimal perawi.
2. Al-Qadhi Al-Baqilani menetapkan bahwa jumlah perawi hadits mutawatir sekurang-
kurangnya 5 orang, alasannya karena jumlah Nabi yang mendapat gelar Ulul Azmi
sejumlah 5 orang. Al-Istikhari menetapkan minimal 10 orang, karena 10 itu merupakan
awal bilangan banyak. Demikianseterusnya sampai ada yang menetapkan jumlah perawi
hadits mutawatir sebanyak 70 orang.
3. Adanya keseimbangan antara perawi pada thabaqat pertama dan thabaqat berikutnya.
Keseimbangan jumlah perawi pada setiap thabaqat merupakan salah satu persyaratan.
4. Berdasarkan tanggapan pancaindra : Harus benar-benar dari hasil pendengaran atau
penglihatan sendiri. Biasanya menggunakan lafadz: “Kami telah mendengar ( ‫”) سمعنا‬,
atau “Kami telah melihat )‫ )راينا‬. Sekiranya berita itu merupakan hasil renungan,
pemikiran, atau rangkuman dari suatu peristiwa lain, atau hasil istinbath dari dalil yang
lain,maka tidak dapat dikatakan hadits mutawatir.

CATATAN:
SUH239 ULUM HADITH

َ ُ ُ َ َ ُ َ َ َ َ ُ ََ َ َ َ َ ُّ ُ ِ َ َ َ َ َ ُ
‫يل ٱّللِِۚ إِن يتبِعون إَِّل ٱلظن ِإَون هم إَِّل َيرصون‬
ِ ِ ‫ضلوك عن سب‬ ِ ‫ِإَون ت ِطع أكَث من ِِف ٱۡلۡرض ي‬

Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka
akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan
belaka, dan mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap Allah). (Qs Al-Anaam 6:116)

HADITS MUTAWATIR LAFDZI

Pertama : Hadits Mutawatir Lafdzi,

‫ما تواتر لفظه ومعنه‬

“Hadis yang mutawatir lafadznya dan maknanya”.

 Iaitu, hadith yang diriwayatkan dengan lafaz dan makna yang sama, serta kandungan
hukum yang sama. Jumlahnya sedikit sekali .contohnya:

َ‫ي َف ْل َي َتب َّوأَْ َم ْق َع َد َهُ منََ ال َّنار‬ ََ ‫سلَّ ََم َمنَْ َك َذ‬
ََّ َ‫ب َعل‬ ُ ‫َقا َل َ َر‬
َ ‫س ْو َل ُ هللا َعلَ ْيهَ َو‬

Rasulullah saw bersabda, “Barangsiapa yang sengaja berdusta atas namaku, maka
hendaklah dia bersiap-siap menduduki tempatnya di atas api neraka.

 Menurut Abu Bakar al-Sairiy menyatakan bahwa hadits ini diriwayatkan secara marfu’
oleh 40 (empat puluh) sahabat.

 Ibnu al-Shalkah berpendapat bahwa hadits ini diriwayatkan oleh 62 (enam puluh dua)
sahabat. Abu Qasim ibn Manduh berpendapat bahwa hadits ini diriwayatkan oleh lebih
dari 80 (delapan puluh) sahabat Sebagian lagi mengatakan bahwa hadits ini
diriwayatkan oleh lebih dari 100 (seratus) bahkan An-Nawawi menyatakan bahwa hadits
ini diriwayatkan oleh 200 (dua ratus) orang sahabat.

CATATAN:
SUH239 ULUM HADITH

HADITH MUTAWATIR MA’NAWI

Kedua : Hadith Mutawatir Ma’nawi,

َ‫َما َت َوا َت ََر َم ْع َن َُه د ُْونََ لَ ْفظه‬

Hadis yang mutawatir maknanya, bukan lafadznya.

• Hadits yang diriwayatkan dengan lafaz yang berbeza-beza, namun jika disimpulkan, ia
mempunyai makna yang sama, yang dinukilkan oleh sejumlah orang yang mustahil mereka
sepakat berdusta atau karena kebetulan. Mereka menukilkan dalam berbagai bentuk, tetapi
dalam satu masalah atau mempunyai titik persamaan.

• Contoh hadits yang meriwayatkan bahwa Rasul saw mengangkat tangannya ketika
berdo’a.

َ‫اض إ ْب َط ْيه‬
َُ ‫ش ْيءَ منَْ ُد َعائهَ إ ََل فى ْاْل ْست ْس َقاءَ َوإ َّنه َي ْر َف َُع َح َّتى ي َرى َب َي‬
َ ‫َكانََ ال َنبيَ َ َل َي ْر َف َُع َي َد ْيهَ في‬

Nabi saw tidak mengangkat kedua tangannya dalam doa-doa beliau, kecuali dalam shalat
istisqa’ dan beliau mengangkat tangannya hingga tampak putih-putih kedua ketiaknya. (HR
Bukhari)

• Hadits-hadits yang semakna dengan hadits tersebut banyak sekali, lebih dari 100 (seratus)
hadits

CATATAN:
SUH239 ULUM HADITH

SANAD HADITS MUTAWATIR

Menurut Zainuddin Al-Iraqi, hadits ini (selafadz) telah diriwayatkan lebih dari 70 orang
shahabat, tapi yang semakna dengan hadits ini diriwayatkan oleh 200 orang sahabat
sebagaimana yang dikatakan Imam An-Nawawi.

HADITH MUTAWATIR ‘AMALI

Ketiga : Hadits Mutawatir ‘Amali, yakni amalan agama (ibadah) yang dikerjakan oleh Nabi
saw, kemudian diikuti oleh para sahabat, kemudian diikuti lagi oleh Tabi’in, dan seterusnya,
diikuti oleh generasi sampai sekarang. Contoh, hadits-hadits nabi saw tentang shalat dan
jumlah rakaatnya, shalat Eid, shalat jenazah dan sebagainya. Segala amal ibadah yang
sudah menjadi ijma’ di kalangan ulama dikategorikan sebagai hadits mutawatir ‘amali.

• Menurut Ibn Hibban dan Al-Hazimi menyatakan bahwa hadits mutwatir lafdzi tidak mungkin
ada. Pendapat mereka dibantah oleh Ibn Shalah. Dia menyatakan bahwa hadits mutawatir
(termasuk yang lafdzi) memang ada, hanya jumlahnya sangat terbatas.

• Menurut Ibn Hajar Al-Asqolani, Hadits mutawatir jumlahnya banyak, namun untuk
mengetahuinya harus dengan cara menyelidiki riwayat-riwayat hadits serta kelakuan dan

CATATAN:
SUH239 ULUM HADITH

sifat perawi, sehingga dapat diketahui dengan jelas kemustahilan perawi untuk sepakat
berdusta terhadap hadits yang diriwayatkannya.

• Kitab-kitab yang secara khusus memuat hadits-hadits mutawatir seperti : Al-Azhar Al-
Mutanatsirah fi Al-Mutawatirah, yang disusun oleh Imam Suyuthi. Muhammad ‘Ajaj Al-
Khatib, kitab ini memuat 1513 hadits. Nazhm Al-Mutanatsirah min Al- Hadits al Mutawatir
yang disusun oleh Muhammad bin Ja’far Al-Kattani (w. 1345 H) dan yang lainnya.

PENDAPAT ULAMA’ TENTANG HADITH MUTAWATIR

Di kalangan para ulama’ muhadditsin berbeda-beda dalam memberikan tanggapan, sesuai


dengan disiplin ilmu yang mereka miliki:

1. Ahli hadits mutaqaddimin, tidak terlalu mendalam dalam memberikan bahasan sehingga
hadits mutawatir itu pada hakikatnya tidak dimasukkan ke dalam pembahasan masalah-
masalah, seperti:

a) Ilmu Isnad : iaitu disiplin ilmu yang hanya membahas masalah shahih dan
tidaknya, diamalkan dan tidaknya suatu hadits.

b) Ilmu Rijal Al-Hadits : iaitu disiplin ilmu yang semua pihak yang terkait dengan
persoalan periwayatan hadits dan metode penyampaiannya.

2. Ahli hadits mutaakhirin dan ahli Usul berpendapat bahwa hadits hanya dapat disebut
dengan mutawatir jika memiliki kriteria-kriteria atau syarat-syarat tertentu.

Dapat disimpulkan bahawa kaedah dalam menentukan kesahihan mutawatir itu majoritinya
berasaskan ijtihad akal.

• Oleh kerana itu, Hadits mutawatir boleh saja berstatus shahih, hasan, mahupun dha’if
disebabkan kualiti dari hadits tersebut itu sendiri. Sehingga “boleh saja” dikatakan, bahwa
hadits mutawatir itu tidak melihat dari segi jumlah atau kuantiti melainkan kualiti peribadi dari
perawi hadits tersebut.

CATATAN:
SUH239 ULUM HADITH

HADITH AHAD

Pengertian Hadits Ahad:

‫ما ل يجتمع فيه شروط التواتر‬

Hadits yang tidak terkumpul padanya syarat-syarat mutawatir

• Kata ahad merupakan bentuk plural dari kata wahid. Kata wahid berarti “satu”. Kata ahad
bermaksud satuan, yakni angka bilangan dari satu sampai sembilan.

• Menurut istilahan hadits Ahad ialah Khabar yang jumlah perawinya tidak mencapai
batasan jumlah perawi hadits mutawatir, baik perawi itu satu, dua, tiga, empat, lima dan
seterusnya yang tidak memberikan pengertian bahwa jumlah perawi tersebut sampai
kepada jumlah perawi hadits mutawatir. Dengan kata lain tidak memenuhi syarat untuk
memasukkannya kedalam katagori hadits mutawatir, maka disebut hadits Ahad.

• Dari segi kualiti hadits ahad, ada yang berstatus shahih, hasan dan dha’if. Oleh kerana itu
penelitian terhadap kualiti sanad yang dijadikan sandarannya sangat penting, sehingga
dapat dipisahkan antara hadits yang berstatus shahih, hasan dan dha’if.

PEMBAHAGIAN HADITH AHAD

Dari segi jumlah perawi pada tiap thabaqat, hadits ahad dibagi menjadi tiga macam, yaitu:
Masyhur,‘Aziz, dan Gharib :

HADITS MASYHUR

Hadits Masyhur menurut bahasa, iaitu sesuatu yang sudah tersebar dan popular. Ia
dinamakan Masyhur kerana telah tersebar luas dikalangan masyarakat.

َ‫ار َوا َهُ ال َّث ََل َث َُة َفأ َ ْك َث ََر َولَ َْم َيص َلْ د ََر َج ََة ال َّت َوا ُتر‬
َ ‫َم‬

Hadits yang diriwayatkan oleh tiga orang atau lebih, serta belum mencapai derajat
mutawatir.

CATATAN:
SUH239 ULUM HADITH

Hadits masyhur, ada yang berstatus shahih, hasan, dan dhaif .

 Hadits Masyhur Shahih adalah hadits masyhur yang telah memenuhi ketentuan-
ketentuan hadits shahih, baik pada sanad maupun matannya, seperti hadits Ibnu
‘Umar:

(‫اء أَ َح ُد ُك َُم ا ْل ُج ُم َع ََة َف ْل َي ْغ َتسلَْ )رواه البخارى‬


ََ ‫إ َذا َج‬

Bagi siapa yang hendak pergi melaksanakan shalat jumaat, hendaknya ia mandi. (HR al-
Bukhari)

 Hadits Masyhur Hasan adalah hadits masyhur yang telah memenuhi ketentuan-
ketentuan hadits hasan, baik mengenai sanad maupun matannya, seperti sabda
Rasulullah saw:

َ ‫ض َر ََر َو َ َل ض َر‬
َ‫ار‬ َ ‫َ َل‬

Jangan melakukan perbuatan yang berbahaya (bagi diri sendiri dan orang lain).

 Hadits Masyhur Dho’if adalah hadits masyhur yang tidak mempunyai syarat-syarat
hadits shahih dan hasan, baik sanad maupun matannya, seperti halnya hadits
berikut:

َ ‫ب ا ْلع ْلمَ َفر ْي‬


َ‫ضةَ َعلَى ُكلَ ُم ْسلمَ َو ُم ْسل َمة‬ َُ َ‫َطل‬

Menuntut ilmu merupakan kewajiban bagi muslim laki-laki dan perempuan

CATATAN:
SUH239 ULUM HADITH

• Hadits Masyhur terbagi menjadi dua macam iaitu Masyhur Ishthilahi dan Masyhur Ghayri
Ishthilahi

a. Masyhur Ishthilahi

ََّ َ‫َما َر َواهَُ َث ََل َثةَ َفأ َ ْك َث ََر فى ُكلَ َط َب ََقةَ منَْ َط َب َقات‬
َ‫الس َندَ َمالَ َْم َي ْبلُ َْغ َحدََّ ال َّت َوا ُتر‬

Hadits yang diriwayatkan oleh tiga orang atau lebih, pada setiap tingkatan (thabaqah) pada
beberapa tingkatan sanad tetapi tidak mencapai kriteria mutawatir. Contoh:

َُ ‫إنََّ هللاََ َلَ َي ْقب‬


...َ‫ض ا ْلع ْل ََم ا ْنت َزا ًعا َي ْن َتز ُعه منََ ا ْلع َباد‬

Hadits diatas diriwayatkan 3 orang sahabat, iaitu Ibnu Amru, Aisyah, dan Abu Hurairah.
Hadits ini masyhur di kalangan sahabat kerana terdapat 3 sahabat yang meriwayatkan
hadits tersebut.

b) Masyhur Ghayri Ishthilahi

ُ َ‫ش ُته ََر َعلَى األَ ْلس َنةَ منَْ َغ ْير‬


‫ش ُر ْوطَ ُت ْع َت َبر‬ ْ ‫َماا‬

Hadits yang popular pada ungkapan lisan (para ulama) tanpa ada persyaratan yang
definitive.

• Hadits Masyhur Ghayri Ishthilahi adalah hadits yang populer atau terkenal dikalangan
kelompok tertentu, sekalipun jumlah periwayatnya tidak mencapai 3 orang atau lebih.
Populariti hadits ini tidak dilihat dari jumlah banyaknya perawi yang meriwayatkan,
melainkan populariti hadits itu sendiri dikalangan ulama dalam bidang ilmu tertentu.

Contoh hadits yang popular dikalangan ulama fiqih:

َُ ‫أَ ْب َغ‬
َُ‫ض ا ْل َح ََللَ إلَى هللاَ ال َّط ََلق‬

Sesuatu yang halal yang paling dimurkai oleh Allah adalah talak. (HR.Al-Hakim)

• Hadits tersebut popular dikalangan ulama fiqih dan juga diriwayatkan oleh satu perawi
saja, sehingga hadits tersebut boleh dikatakan sebagai hadits masyhur ghayr ishthilahi.

CATATAN:
SUH239 ULUM HADITH

HADITH ‘AZIZ

• ‘Aziz berasal dari kata ‘Azza-Ya’izzu yang bererti sedikit atau jarang adanya, dan juga
boleh berasal dari kata ‘Azza-Ya’azzu yang berarti kuat.

• Menurut istilah, :

‫اعة‬ ََ ‫َما َر َوا َُه ا ْث َنانَ َولَ َْو َكانََ فى َط َب َقةَ َواحدَ ةَ ُث ََّم َر َوا َهُ َبعدَْ َذل‬
َ ‫ك َج َم‬

Hadits yang diriwayatkan oleh dua orang, sekalipun dua orang ini ditemukan masih dalam
satu generasi, kemudian setelah itu ada banyak orang yang sama meriwayatkan

• Berdasar pengertian tersebut bahwa hadits Aziz bukan yang hanya diriwayatkan oleh dua
orang rawi pada setiap thabaqat, tetapi selagi pada salah satu thabaqah saja, didapati dua
orang rawi sudah boleh dikatakan hadits Aziz.

• Ibnu Hibban Al Busty berpendapat suatu hadits yang pada mulanya tergolong sebagai
hadits Aziz, kerana hanya diriwayatkan oleh dua rawi, tetapi boleh berubah menjadi hadits
Masyhur, disebabkan perawi pada thabaqat-thabaqat seterusnya berjumlah banyak.

 Contoh hadits ‘aziz: Hadits yang ditakhrijkan oleh Bukhari dari Anas r.a :

َ‫وولَدهَ َوال َّناس‬ ََّ ‫ك َْم َح َّتى اكَُُ ْونََ أَ َح‬


َ َ‫ب إلَ ْيهَ منَْ َن ْفسهَ َو َوالده‬ َُ ‫سلَّ ََم َل ُي ْؤمنَُ أَ َح ُد‬
َ ‫هللا ُ َعلَ ْيهَ َو‬
َ ‫صلَّى‬ ُ ‫َقا َل َ َر‬
َ َ‫س ْو َل ُ هللا‬

ََ‫أَ ْج َمع ْين‬

Rasulullah saw, bersabda:Tidak sempurna iman salah satu diantara kamu sekalian sampai
aku lebih dicintainya daripada ia mencintai dirinya sendiri, orang tuanya, anak-anaknya, dan
semua manusia.

Hadits ini diriwayatkan dari Rasulullah oleh Anas bin Malik kemudian diriwayatkan kepada
dua orang yaitu, Qatadah dan Abdul Aziz bin suhaib, dari Qatadah diriwayatkan pada dua
orang, yaitu Syu’bah dan Husain al-Muallim. Dan dari Abdul Aziz diriwayatkan kepada dua
orang yaitu AbdulWarits dan Ismail, dari keempat orang rawi ini diriwayatkan pada generasi
dibawahnya lebih banyak lagi yang akhirnya sampai pada Imam Bukhari dan Muslim.

CATATAN:
SUH239 ULUM HADITH

HADITH GHARIB

Menurut bahasa bererti “al-munfarid” (bersendirian). asing, sulit difahami.

Menurut istilah ilmu hadith, ia adalah hadith yang dalam sanadnya terdapat seorang yang
bersendirian dalam meriwayatkannya, dimana saja penyendirian dalam sanad itu terjadi,
baik yang menyendiri itu imamnya maupun selainnya dan tanpa ada orang lain lagi yang
meriwayatkannya.

• Hadits Gharib terbahagi kepada dua jenis: Gharib Mutlak dan Gharib Nisby (Relatif)

a. Gharib Mutlak :

َّ َ‫ُو ط َر َف َُه الَّذي ف ْيه‬


‫الص َحابي‬ ََ ‫س َندَ ه‬ ْ َ‫س َندهَ َوأ‬
َّ ‫صلَ ال‬ ْ َ‫ه َُو َما َكا َنتَ ا ْل َغ َر َب َُة في أ‬
َ َ‫صل‬

Hadits yang Gharabah-nya (perawinya satu orang) terletak pada pokok sanad. Pokok sanad
adalah ujung sanad iaitu seorang sahabat. Contoh :

‫إََّن َما ْاألَ ْع َما َل ُ باالن َياتَ َوإ َّن َما ل ُكلَ ا ْمرئَ َما َن َوى‬

• Hadits ini diriwayatkan oleh sahabat Umar bin Khattab langsung dari Nabi saw dan dari
Umar diriwayatkan oleh Alqamah binWaqqash Al-Laitsi, kemudian Muhammad bin Ibrahim,
kemudian Yahya bin Sa’id Al-Khudri. Dengan demikian hadits diatas dikatakan Hadits
Gharib Mutlak dikarenakan hanya sahabat Umar bin Khattab yang meriwayatkannya.

CATATAN:
SUH239 ULUM HADITH

b. Gharib Nisby (Relatif):

َ َ‫َما َكا َنتَ ا ْل َغ َر َب َُة في أَ ْث َناء‬


َ‫س َنده‬

Hadits yang terjadi gharabah (perawinya satu orang) ditengah sanad. Contoh hadits riwayat
Anas r.a :

“Dari Anas r.a bahwa Nabi Saw masuk ke kota Makkah diatas kepalanya mengenakan iqal.”
(HR al-Bukhari dan Muslim)

• Hadits tersebut dikalangan tabi’in hanya Malik yang meriwayatkannya dari Az-Zuhri. Boleh
jadi pada awal sanad dan akhir sanad lebih dari satu orang, namun ditengah-tengahnya
terjadi gharabah, ertinya hanya seorang saja yang meriwayatkannya. Gharabah Nisbi ini
terbagi menjadi 3 macam:

i. Muqayyad bi ats-tsiqah : Ke-gharib-an perawi hadits dibatasi pada sifat ke-tsiqah-an


(kepercayaan) seorang atau beberapa orang perawi saja, misalnya:

ْ َ‫سلَّ ََم َكانََ َي ْق َرَأ ُ في ْاأل‬


‫ض َحى َواَْلف ْطرى‬ َ ‫هللا ُ َعلَ ْيهَ َو‬
َ ‫صلَّى‬ ََّ ‫َعنَْ اَبي َواقدَ اَنََّ ال َّنب‬
َ ‫ي‬

Dari Abu Waqid bahwa Nabi Saw membaca surah Qaf dan Iqtarabat As-Sa’ah pada shalat
Idul adha dan Idul Fitri.

• Hadits in hanya diriwayatkan oleh Dhamrah bin Sa’id secara gharabah (sendirian) dari
Ubaidillah bin Abdullah dari AbuWaqid. Para perawi lain yang tsiqah tidak ada yang
meriwayatkannya selain dia.

ii. Muqayyad bil al-balad : Disebut sedemikian rupa karena suatu hadits diriwayatkan oleh
penduduk tertentu sedang penduduk lain tidak meriwayatkannya. Misal hadits yang
diriwayatkan oleh rawi-rawi yang berasal dari Basrah saja :

َّ ‫أُم ْر َنا أَنَْ َن ْق َرَأ ُ بَ َفات َحةَ ا ْلك َتابَ َو َما َت َي‬
َ‫س َر‬

CATATAN:
SUH239 ULUM HADITH

Kami diperintahkan agar membaca Al-Fatihah dan surah yang mudah dari Al-Qur’an.

• Hadits tersebut diriwayatkan oleh Abu Dawud dari Ath-Thayalisi dari Hamman dari Abu
Qatadah dari Abu Nadhrah dari Abu Sa’id yang mana mereka adalah penduduk yang
berasal dari Basrah.

iii. Muqayyad al-rawi : Periwayatan suatu hadits dibatasi dengan perawi hadits tertentu,
misal hadits dari Sufyan bin Uyaynah dari Wa’il bin Dawud dari putranya Bakar bin Wa’il dari
Az-Zuhri dari Anas:

َ‫سو ْيقَ َو َت ْمر‬ َ ‫سلَّ ََم أَ ْولَ َْم َعلَى‬


َ ‫صفَ َّي ََة ب‬ َ ‫هللا ُ َعلَ ْيهَ َو‬
َ ‫ص َّلى‬ ََّ ‫اَنََّ ال َّنب‬
َ ‫ي‬

• Hadits diatas diriwayatkan oleh Abu Dawud, At Tirmidzi, An Nasa’i dan Ibnu Majah. Tidak
ada yang meriwayatkannya dari Bakar selain Wa’il dan tidak ada yang meriwayatkannya
dari Wa’il kecuali Ibnu Uyaynah.

CATATAN:

Anda mungkin juga menyukai