PEMBAHASAN
A. HADIS MUTAWATIR
1. Pengertian Hadis Mutawatir
Arti mutawatir secara bahasa berarti al-mutatatabi’ ( ;)المتتتتابعyang datang
kemudian, beriring-irinagna atau beruntun. Secara istilah ada beberapa redaksi
pengertian mutawatir, yaitu sebagai berikut.
س ألنخبللر بااه لجلمَاَلعةع بلللهغنوَا افىَ انلكثلراة لمنبللغغاَ تهاحنيِهل انلعاَلداة لماَ لكاَلن لعنن لمنح ه
سنوَ س
“hadis yang didasrkan pasaa paancaindra (dilihat atau didengar) yang diberitakan
olh segolongan orang yang mencapai jumlah banyak yang mustahil menurut tradisi
mereka sepakat untuk berbohon.”
Dari berbagai definisi diatas dapat dijelaskan bahwa hadis mutawatir adalah
berita hadis yang bersifat indriawi (didengan atau dilihat) yang diriwayatkan oleh
banyak orang yang mencapai maksimal di seluruh tingkatan sanad dan akal
menghukumi mustahil menurut tradisi (adat) jumlah yang maksimal itu berpijak
untuk kebohongan. Berdasarkan definisi diatas ada 4 kriteria hadis mutawatir, yaitu
sebagai berikut.
a. Diriwayatkan sejumlah perawi yang banyak;
b. Mustahil bersepakat bohong;
c. Banyaknya perawi dari awal sanad samapi akhir sanad;
d. Panca Indera menjadi sandaran dalam cara periwayatan.
2. Hukum Mutawatir
Hadis mutawatir memberi faedah ilmu dharuri atau yakin, dan wajib
diamalkan. Artinya, suatu keharusan seseorang meyakini kebeenaran berita dari Nabi
yang diriwayatkan secara mutawatir tanpa ada keraguaan sedikit pun sebagaimana
seseoarang menyksikan sendiri suatu peristiwa dengan mata kepalanya, maka ia
mengetahui secara yakin. Jika seseorang telah melihat benar peristiwa tabrakan
antara dua sepeda motor di hadapannya makaa sangat sulit untuk mengatakan tidak
terjadi tabrakan. Dalam hadis mutawatir, seseorang menerimanya secara mutlak
tanpa harus meneliti dan memeriksa sifat-sifat para perawi, karena dengan jumlah
yang banyak mustahil bersepakat untuk berbohong ini memberi makna yakin yang
lebih kuat ata kebenaran berita tersebut.
Tidak ada perselisihan dikalangan para ulama tentang keyakinan faedah hadis
mutawatir ini. Al-Hafidz mengatakan, khabar mutawatir memberi faedah dharuri,
seseorang hharus menerimanya dan tidak dapat menolak. Ilmu dharuri adalah ilmu
yang tidak memerlukan pemikiran karena permasalahannya sudah jelas dan
gamblang tanpa dipikir terlebih dahulu, seperti arah aras, bawah, kanan, dan kiri.
Ilmu yang dihasilkan secara dharuri diyakini kebenarannya (ilmu yakin) dan pasti
kebenarannya (qath’i), tidak ada keraguan. Hadis mutawatir dibenarkaan isi
beritanya tanpa penelitian dan pemeriksaan para periwayanya.
Seseorang yang mengingkari ilmu dharuri yang dihasilkan dengan jalan
periwayatan mutawatir, sama halnya mengingkari ilmu dharuri dengan jalan
penyaksian. Sebagian ulama tidak memasukkan mutawatir ke dalam ilmu hadis
karena tidak perlu pemeriksaan sifat-sifat para perawinya. Baik adil dan dhabith.
Penelitian tentang sifat-sifat seorang perawi, baik sifat yang terpuji atau sifat tercela
bukan merupakan tujuan akhir, tetapi hanya sebagai alat atau sarana mencapai
tujuan. Tujuan akhirnya adalah untuk mengetahui tingkat keshohihan suatu hadis
yang merupakan sumber syariah islam. Dalam hadis mutawatis, dengan jumlah
banyak perawi yang tidak mungkin terjadi kesepakatan bohong sudah cukup
dijadikan sebagai alat mencapai tujuan akhir. Oleh karena itu, penelitian sifat-sifat
perawi tidak diperlukan sebagaimana dalam hadis ahad.
Defini diatas yang biasa dikemukakan dalam buku-buku ilmu hadis. Namun,
pengertian diatas perlu mendapat penjelasan yang lebih rinci, karena mutawatir
lafzhi tidak diartikan harus lafal dan redaksinya sama persis dari satu perawi dengan
perawi yang lain, mungkin redaksi dan lafalnya berbeda, tetapi satu makna dalam
hukum dan makna yang ditunjuk jelas dan tegas. Sebagaimana yang dijelaskan oleh
Thahir Al-Jaza’iri dalam kitabnya Tawjih an Nadzar yang dikutip oleh Hasbi Ash-
Shiddieqy disebutkan bahwa definisi mutawatir lafhzi adalah:
َسوَاعء لكاَلن باللنفَسظ لوااحسد ألنم باللنفَسظ آلخر يلقهنوَهم ملقاَمهه لولدسل عللئ
لماَتوفَلقلنت ألفَاَ لظه الهروااة افيِاه ل
َصارنيغحا انللمَنعلنىَ انللمَنق ه
صوَاد ل
"Hadis yang sesuai lafal para perawinya, baik dengan menggunakan satu lafal atau
lafal lain yang satu makna dan menunjukkan kepada makna yang dimaksud secara
tegas."
Contoh mutawatir lafzhi:
b. Mutawatir Ma’nawi
Mutawatir ma’nawi adalah:
ملاَ تلوَاتلر لمنعناَهه هدولن للنفَ ل
ظاه
“Hadis yang mutawatir ma’nanya bukan lafaznya.”
Mutawatir ma’nawi adalah sesuatu yang mutawatir maksud makna hadis
secara konklusif, bukan makna dari lafalnya, makna lafal boleh berbeda antara
beberapa periwayatan para perawi, tetapi maksud kesimpulannya sama. Misalnya,
Hatim diriwayatkan ia memberi seseorang seekor unta, periwayatan lain ia memberi
orang lain seekor kuda, riwayat lain ia memberi hadiah dinar atau dolar dan
seterusnya, maka disimpulkan makna periwayatan tersebut bahwa ia seorang
dermawan. Sebagian ulama mendefenisikan sebagai berikut .
ب لولقاَئاهع همنختللافَلةع تل ن
شتلارهك لوههوَ ألنن يلننقهلل لجلمَاَلعةع يل ن
ستلاحيِهل تلوَاطههؤههنمِ لعللىَ انللكاذ ا
فاني ألنمسر
c. Mutawatir ‘Amali
Perbuatan dan pengamalan syari’ah Islamiyah dilakukan Nabi saw. Secara
praktis dan terbuka kemudian disaksikan dan diikuti oleh para sahabat adalah
mutawatir ‘amali, sebagaimana yang didefenisikan sebagian ulama sebagai berikut.
B. HADIS AHAD
1. Pengertian Hadis Ahad
Kata ahad adalah bentuk plural (jamak) dari ahad) (آححتتادد جمتتع أحححتتددdengan
makna wahid sama dengan satu,tunggal, atau esa. Hadis atau khabar wahid berarti
hadis yang diriwayatkan oleh seorang perawi. Ahad dengan dipanjangkan bacaan a-
had mempunyai makna satuan. Nilai angka satuan tidak harus satu, tetapi dari satu
hingga sembilan sembilan. Dalam bahasa arab khabar ahad (predikat dalam susunan
kalimat) memasukkan bentuk dua (tatsniyah) dan bentuk banyak(jamak) , karena
pengertiannya adalah khabar yang tidakberupa jumlah (kalimat sempurna) dan tidak
serupa dengannya.
Menurut istilah hadis ahad adalah:
شهرنو ل
ط الهمَتللوَاتاسر لماَ للنمِ يلنجلمَنع ه
"Hadis yang tidak memenuhi beberapa persyaratan hadis mutawatir."
Perawi hadis ahad tidak mencapai jumlah banyak yang meyakinkan bahwa
mereka tidak mungkin bersepakat bohong sebagaimana dalam hadis mutawatir, ia
hanya diriwayatkan satu, dua, tiga, empat dan atau lima yang tidak mencapai
mutawatir. Hadis ahad memberi faedah ilmu nazhari, artinya ilmu yang diperlukan
penelitian dan pemeriksaan terlebih dahulu, apakah jumlah perawi yang sedikit itu
memiliki sifat-sifat kredibilitas yang dapat dipertanggung jawabkan atau tidak. Hadis
ahad inilah yang memerlukan penelitian secara cermat apakah para perawi nya adi
atau tidak dhabith Atau tidak sanad nya muttasil (bersambung) atau tidak dan
seterusnya yang nanti dapat menentukan tingkat kualitas suatu hadis apakah ia
shahih, hasah atau dhaif.
Menurut jumhur ulama, hadis ahad wajib diamalkan jika memenuhi
seperangkat persyaratan maqbul. Imam Ahmad, Daud az-Zahiri, Ibnu Hazm, dan
sebagian muhaddisin berpendapat bahwa hadis ahad memberi faedah ilmu dan wajib
diamalkan.Sedangkan hanafiah, asy-safi’iyah, dan mayoritas malikiyah berpendapat
bahwa hadis ahad memberi faedah zhann(dugaan kuat relatif kebenerannya) dan
wajib diamalkan. Jadi semua ulama menerima hadis ahad dan mengamalkannya,
tidak ada yang menolak diantara meraka, kecuali jika pada hadis tersebut terdapat
kecacatan.
سناد لماَ للمِ يلنبلهنغ لحسد للتسلوَاتهار لماَ لرلواهه لثلَثلةع لفأَكثللر فاني هكمل طلبلقلسة امنن طلبللقاَ ا
ت ال و
"Hadis yang diriwaytkan oleh 3 orang lebih pada setiap tingkatan (thabaqat)
pada beberapa tingkatan sanad,tetapi tidak mencapai kriteria mutawatir."
b. Hadis Aziz
Dari segi bahasa kata aziz adalah sifat musyabbahah dari kata حعزز يحععززyang
berarti sama dengan sedikit, langka atau kuat.
Hadis diberi nama aziz (langkah sedikit dan kuat) karena sedikit atau langkah
adanya atau terkadang posisinya menjadi kuat ketika didatangkan sanad lain. Dari
segi istilah hadis aziz ialah:
سنلاداه لرااولياَان فلقل ط
ط طبلقلسة امنن ل
طبللقاَ ا
ت ل ههلوَ الساذىِ يلهكنوَهن افىَ ل
"Yaitu hadis yang satu tingkatan dari beberapa tingkat sanadnya terdapat 2 orang
perawi saja.”
Contoh:
a. Hadis Gharib
Kata gharib ب ))حغعرْوي دdalam bahasa juga sifat musyabbahah (serupa dengan
isim fail atau isim maf”ul) yang berarti sendirian (al-munfarid),terisolir jauh dari
kerabat,perantau,asing, dan sulit dipahami. Dari segi istilah ialah:
سناد
ت ال س لماَ تلفَلسرلد بااه لراسو واحسد افي أ م
ي طبقاَ ا
"Hadis yang bersendiri seorang perawi dimana saja tingkatan (tabaqat) daripada
beberapa tingkatan sanad."
صحاَبمي
ي فيِاه ال س ت اللغلرابلةه فىَ لأصال ال س
سنلاد ههلوَ طللرهفه الساذ ن ههلوَ لماَ لكاَنل ا
"Hadis yang gharabah nya (perawi satu orang) terletak pada pokok sanad. Pokok
sanad adalah ujung sanad, yaitu seorang sahabat."
Contoh hadis Nabi saw.
Adapun kitab-kitab hadis yang diduga banyak hadis garib,yaitu sebagai berikut:
1. Musnad al-Bazzar
2. Am-Mu’jam Al-awsath karya Athabrani
3. Al-Afrad karya ad-Daruqhutni.
BAB II
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Demikian hadis dilihat dari kuantitas jumlah para perawi yang dapat
menunjukkan kualitas bagi hadis mutawatir tanpa memeriksa sifat-sifat para perawi
secara individu, atau menunjuk kualitas hadis ahad, jika disertai pemeriksaan
memenuhi persyaratan standar hadis yang makbul. Hadis ahad masih memerlukan
berbagai persyaratan, yaitu segi sifat-sifat kepercyaan para perawi atau sifat-sifat
yang dapat mempertanggungjawabkan kebenaran berita secara individu, yaitu sifat
keadilan dan ke dhobitannya. Ketersambungan sanad dengan