Anda di halaman 1dari 10

ILMU I’JAZUL QUR’AN

HUKUM EKONOMI SYARIAH

Makalah ini dipresentasikan pada diskusi

Mata kuliah Ulumul Qur’an

Disusun Oleh:
Septa Ari Sandi 2017. 125. 196

Dosen Pengampu : H. Abdullah Ibnu Umar, Lc.,MA

INSTITUT AGAMA ISLAM NUSANTARA


BATANGHARI
2020
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah dengan rasa syukur kehadirat ALLAH SWT dengan


rahmat dan inayah-Nya makalah ini telah selesai saya susun sebagai
penunjang dan tambahan dalam kegiatan belajar. Shalawat beserta salam
semoga tetap terlimpah curahkan kepada Nabi agung Muhammad SAW,
kepada keluarga, para sahabatnya, para tabi’in dan tabi’atnya, juga tak
lupa kepada kita selaku umatnya. Amin.

Makalah ini saya susun, sebagai penunjang tambahan dalam kegiatan


belajar khusus untuk saya sebagai penyusunan makalah ini, dan
umumnya mahasiswa/i IAI Nusantara Batanghari serta kalangan
masyarakat.

Saya ucapkan terima kasih kepada Bapak H. Abdullah Ibnu Umar, Lc.,
MA yang telah membimbing kami mahasiswa/i IAI Nusantara Batanghari.
Dengan menggunakan makalah ini semoga kegiatan belajar dalam
memahami dan dapat lebih menambah sumber-sumber pengetahuan.
Saya sadar dalam penyusunan makalah ini belum bisa dikatakan
mencapai tingkat kesempurnaan, untuk itu kritik dan saran tentu kami
butuhkan. Mohon maaf apabila ada kesalahan cetak atau kutipan - kutipan
yang kurang berkenan.

Terimakasih.

Muarabulian, April 2020

Kelompok 9
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Allah sama sekali tidak akan menelantarkan manusia, tanpa
memberikan kepadanya sebersit wahyu, dari waktu ke waktu, yang
membimbingnya dari waktu ke waktu, yang membimbingnya ke jalan
petunjuk sehingga mereka dapat menempuh liku-liku hidup dan kehidupan
ini atas dasar keterangan dan pengetahuan. Namun watak manusia yang
sombong dan angkuh terkadang menolak untuk tunduk kepada manusia
yang lain yamg serupa dengannya selama manusia lain itu tidak
membawa kepadanya sesuatau yang tidak disanggupinya hingga ia
mengakui, tunduk dan percaya akan kemampuan manusia lain itu yang
tinggi dan berada di atas kemampuannya sendiri. Oleh karena itu rasul-
rasul allah disamping diberi wahyu, juga mereka dibekali kekuatan luar
biasa yang dapat menegakkan hujjah atas manusia sehingga mereka
mengakui kelemahannya dihadapan hal-hal luar biasa tersebut sreta
tunduk dan taat kepanya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian I’jaz dan Mu’jizat ?
2. Bagaimana sejarah I’jazul Qur’an ?
3. Apa tujuan I’jazul Qur’an ?
4. Apa saja macam-macam dan segi-segi I’jazul Qur’an?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian I’jaz dan Mu’jizat.
2. Untuk mengetahui sejarah I’jazul Qur’an.
3. Untuk mengetahui tujuan I’jazul Qur’an.
4. Untuk mengetahui macam-macam dan segi-segi I’jazul Qur’an.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian I’jaz dan Mu’jizat


I’jaz (kemukjizatan) adalah menetapkan kelemahan. Kelemahan
menurut pengertian umum ialah ketidakmampuan mengerjakan sesuatu,
lawan dari kemampuan. Apabila kemukjizatan telah terbukti, maka
nampaklah kemampuan mu’jiz (sesuatu yang melemahkan). Yang
dimaksud dengan I’jaz dalam pembicaraan ini ialah menampakkan
kebenaran Nabi dalam pengakuannya sebagai seorang Rasul dengan
menampakkan kelemahan orang Arab untuk menghadapi mukjizatnya
yang abadi, yaitu Qur’an, dan kelemahan generasi-generasi sesudah
mereka. dan mu’jizat adalah sesuatu hal luar biasa yang disertai
tantangan dan selamat dari perlawanan.

Qur’an al-Karim digunakan Nabi untung menantang orang-orang Arab


tetapi mereka tidak sanggup menghadapinya, padahal mereka sedemikian
tinggi tingkat fasahah dan balagah-nya. Hal ini tidak lain karena Qur’an
adalah mu’jizat1.

B. Sejarah I’jazul Qur’an


Ada ulama yang berpendapat, orang yang menulis I’jazul qur’an
pertama kali adalah Abu Ubaidah (wafat 208 H) dalam kitab Ma’jazul
Qur’an. Lalu disusul oleh Al-Farra (wafat 207 H) yang menulis kitab
Ma’anil Qur’an. Kemudian disusul Ibnu Qutaibah yang mengarang kitab
Ta’wil Musykil Qur’an.

Namun, pernyataan tersebut dibantah oleh Abdul Qodir Al-Jurjanjy


dalam kitabnya Dalailul I’jaz, bahwa semua kitab tersebut bukanlah ilmu
I’jazul Qur’an, melainkan sesuai nama judul-judulnya itu.
1
Manna’ Khalil al-Qattan, Studi Imu-Ilmu Qur’an, terj. Mudzakir (Bogor: Litera AntarNusa,
2013), hlm. 371.
Menurut Dr. Shubhi Ash-Sholeh dalam kitabnya “Makahis fi Ulumil
Qur’an” bahwa orang pertama kali yang membicarakan I’jazul Qur’an
adalah Imam Al-Jahili (wafat 225 H), ditulis dalam kitab “Nuzumul Qur’an”.
Hal seperti ini diisyaratkan dalam kitabnya yang lain, Al-Hayawan, Lalu
disusul Muhammad bin Zaid Al-Wasithy (wafat 306 H), dalam kitab I’jazul
Qur’an yang banyak mengutip isi kitab Al-Jahid tersebut diatas. Kemudian
dilanjutkan Imam Ar-Rumany (wafat 384 H). Lalu disusul oleh Al-Qadhi
Abu Bakar Al-Baqillny (wafat 403 H) dalam kitabnya I’jazul Qur’an, yang
isinya mengupas segi-segi kemu’jizatan. Kemudian disusul oleh Abdul
Qohir Al-Jumany (wafat 471 H) dalam kitab Dala’ilul I’jaz dan Asarul
Balaghah 2.

C. Tujuan I’jazul Qur’an

Tujuan dari I’jazul Qur’an diantaranya yaitu:

1. Membuktikan bahwa Nabi Muhammad SAW yang membawa mu’jizat


kitab Al-Qur’an itu adalah benar-benar seorang Nabi/Rasul Allah.
Beliau diutus untuk menyampaikan ajaran-ajaran Allah swt kepada
umat manusia untuk mencanangkan tantangan supaya menandingi Al-
Qur’an kepada mereka yang ingkar.
2. Membuktikan bahwa Al-Qur’an itu adalah benar-benar wahyu Allah,
bukan buatan malaikat jibril dan bukan tulisan Nabi SAW, karena
sudah diketahui bahwa Nabi SAW adalah seorang yang ummi ,
sedangkan pujangga-pujangga arab yang professional, ahli dalam
bidang sastra, gramatika bahasa arab, dan balaghohnya, ditantang
untuk membuat tandingan Al-Qur’an, namun kenyataannya mereka
tidak bisa. Sehingga jelaslah bahwa Al-Qur’an bukan buatan manusia.
3. Menunjukkan kelemahan mutu sastra dan balaghah bahasan manusia,
karena terbukti pakar-pakar pujangga sastra dan seni bahasa arab
tidak ada yang mampu mendatangkan kitab tandingan yang seperti al-

2
Liliek Channa, Ulum Al-Qur’an, (Surabaya: Kopertais IV Press, 2015), hlm. 163.
qur’an yang telah ditantangkan kepada mereka dalam berbagai tingkat
dan bagian Al Qur’an.
4. Menunjukkan kelemahan daya dan upaya umat manusia yang tidak
sebanding dengan keangkuhan dan kesombongannya. Mereka ingkar
tidak mau beriman mempercayai Al-Qur’an dan sombong tidak mau
menerima kitab itu. Mereka menuduh bahwa kitab itu hasil lamunan
atau buatan Nabi sendiri, kenyataannya para pujangga sastra arab
tidak mampu membuat tandingan yang seperti al-qur’an walaupun
dengan satu ayat 3.

D. Macam-macam I’jazul Qur’an


Dalam menjelaskan macam-macam I’jaz al-Qur’an ini pera ulama’
berlainan keterangan. Hal ini desebabkan karena perbedaan tinjauan
masing-masing, diantaranya yaitu:
1. Dr. Abd. Rozzaq Naufal, dalam kitab al-I’jaz al-Adadi li al-Qur’an al-
Karim menerangkan bahwa I’jazil qur’an ada 4 macam sebagai berikut:
a. Al-I’jaz al-Balagi, yaitu kemukjizatan segi sastranya yang muncul
pada masa peningkatan mutu sastra arab.
b. Al-I’jaz al-Tsyri’I, yaitu kemukjizatan dari segi pensyari’atan hukum-
hukum ajarannya hokum-hukum ajarannya, yang muncul pada
masa penetapan masa penetapan hokum-hukum syariat islam.
c. Al-I’jaz al-Ilmu, yaitu kemukjizatan segi ilmu pengetahuan, yang
muncul pada masa kebangkitan ilmu dan sain dikalangan umat
islam.
d. Al-I’jaz al-Adadi, yaitu kemukjizatan dari segi kuantity atau
matematika atau statistic, yang muncul pada abad ilmu
pengetahuan dan teknologi canggih, sepeti sekarang ini.
2. Al-Khattabi, dalam buku al-Bayan fi I’jaz al-Qur’an mengatakan, bahwa
kemukjizatan al-Qur’an itu terfokus pada bidang kebalaghah saja.
Dengan kata lain, beliau menganggap bahwa I’jaz al-Qur’an hanya
satu macam saja intinya, yaitu hanya al-I’jaz al-Balaghi sebab

3
Ibid., hlm. 122.
kemukjizatan al-Qur’an itu hanya terdiri dari segi balaghah (sastra)
saja, sekalipun dengan lafal dan maknanya bersama. Maksudnya
dengan susunan ushlub yang demikian itu bisa mencakup kefashihan
lafal, kebaikan susunan, dan keindahan makna.
3. Imam al-Lahid, dalam kitab nuzum al-Qur’an dan Hujaj al-Nabawiyah
serta al-Bayan wa al-Tabyin menegaskan bahwa kemukjizatan al-
Qur’an itu terfokus pada bidang susunan lafal-lafalnya saja. Pujangga
lain yang sepaham dengan al-Lahid ialah:
a. Muhammad bin Jazidal-Wasiti (wafat 306 H),. Didalam kitab
berjudul: I’jaz al-Qur’an fi Nuzumi wa Ta’lifi.
b. Dr. Fati Ahmad Amin, didalam kitab berjudul: Fikratun Nuzdumi
Baina Wujllhi al-I’jazi.
c. Abd. Qohir al-Jurjani (wafat 471 H), didalam kitab Dalalil al-I’jaz.
4. Moh.Ismail Ibrahim dalam buku yang berjudul al-Qur’an wa I’jazihi al-
Ilmi mengatakan, orang yang mengamati al-Qur’an dengan cermat
mereka akan mengetahui bahwa kitab itu merupakan gudang berbagai
disiplin ilmu dan pengetahuan. Sebab, al-Qur’an itu berkaitan erat
sekali dengan bermacan-macam disiplin ilmu dan pengetahuan, baik
ilmu-ilmu lama maupun ilmu-ilmu baru.

Karena itu, setelah selesai mengarang kitab Mu’jam al-Alfazil wa al-


I’lam al-Qur’aniyati, beliau menulis buku lagi, al-Qur’an wa I’jazihi al-Ilmi,
guna mengungkapkan segi-segi kemukjizatan al-Qur’an yang ilmiah.

Rupanya beliau bukanlah orang pertama yang mengungkapkan I’jazul


Ilmi itu. Sebelumnya sudah ada sederetan ulama’ salaf yang lebih dahulu
menyingkapkannya. Antara lain, seperti ada yang diinventarisir Dr. Ahmad
Abd. Salam al-Kerdani dalam buku I’jaz al-Ilmi al-Qur’an.

a. Imam Zamahsyari dalam Tafsir al-Kassyaf


b. Imam Tarur Rozi dalam Tafsir Majalisil Ghaibi’
c. Imam al-Ghazali dalam buku lauiahirul Qur’an 4.

4
Liliek Channa, Ulum Al-Qur’an dan Pembelajarannya, (Surabaya: Kpertais IV Press,
2011), hlm. 98-100.
E. Segi-segi I’jazul Qur’an
Al-Shabuni mengemukakan segi-segi kemukjizatan Al Qur’an sebagai
berikut:
1. Susunannya yang indah dan berbeda dengan karya-karya yang ada
dalam Bahasa orang-orang Arab.
2. Gaya Bahasa yang menakjubkan yang jauh berbeda dengan uslub-
uslub Bahasa Arab.
3. Sifat keagungannya yang tidak memungkinkan seseorang untuk
mendatangkan yang serupa dengannya.
4. Bentuk undang-undang di dalamnya sangat rinci dan sempurna
melebihi undang-undang buatan manusia.
5. Mengabarkan hal-hal ghaib yang tidak dapat diketahui, kecuali melalui
wahyu.
6. Uraiannya tidak ada pertentangan dengan ilmu-ilmu pengetahuan yang
dipastikan kebenarannya.
7. Setiap janji dan ancaman yang dikabarkan benar-benar terjadi.
8. Mengandung ilmu-ilmu pengetahuan
9. Memenuhi segala kebutuhan manusia.
10. Berpengaruh pada hati pengikutnya dan orang-orang yang
memusuhinya.

Manfaat mempelajari I’jazul Qur’an

1. Dengan mempelajari I’jazul Qur’an akan semakin menambah


keimanan. Bahkan banyak juga orang masuk Islam setelah
mengetahui I’jazul Qur’an.
2. Dengan mempelajari I’jazul Qur’an akan semakin memperkaya
khazanah keilmuan.
3. Menjaga kebenaran Al Qur’an dari orang-orang yangingin melemahkan
Al Qur’an.
4. Membuktikan kebenaran Al Qur’an pada musuh-musuh Islam yang
memandang remeh terhadap Al Qur’an5.

5
Muhammad Gufron, Ulumul Qur’an, (Yogyakarta: Kalimedia, 2017), hlm. 61-62.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
I’jaz (kemukjizatan) adalah menetapkan kelemahan. Kelemahan
menurut pengertian umum ialah ketidakmampuan mengerjakan sesuatu,
lawan dari kemampuan. Apabila kemukjizatan telah terbukti, maka
nampaklah kemampuan mu’jiz (sesuatu yang melemahkan). Yang
dimaksud dengan I’jaz dalam pembicaraan ini ialah menampakkan
kebenaran Nabi dalam pengakuannya sebagai seorang Rasul.

Ada ulama yang berpendapat, orang yang menulis I’jazul qur’an


pertama kali adalah Abu Ubaidah (wafat 208 H) dalam kitab Ma’jazul
Qur’an. Lalu disusul oleh Al-Farra (wafat 207 H) yang menulis kitab
Ma’anil Qur’an. Kemudian disusul Ibnu Qutaibah yang mengarang kitab
Ta’wil Musykil Qur’an.

Tujuan dari I’jazul Qur’an diantaranya yaitu: Membuktikan bahwa Nabi


Muhammad SAW yang membawa mu’jizat kitab Al-Qur’an itu adalah
benar-benar seorang Nabi/Rasul Allah, dll.
DAFTAR PUSTAKA

Al-Qattan,Manna’ Kholil. Studi Ilmu-ilmu Qur’an. Bogor:Litera


Antarnusa,2013. Ulum al-Qur’an pembelajarannya Qur’an

Channa,Liliek. Ulum al-Qur’an. Surabay: Kopertais IV press,2015.

Channa,Liliek. ulum al-Qur’an dan pembelajarannya. Surabaya. Kopertais


IV press,2011.

Gufron,Muhammad. Ulumul Qur’an. Yogyakarta: Kalimedia,2017.

Anda mungkin juga menyukai