PENDAHULUAN
1
hadits tersebut harus diumumkan bahwa ia adalah hadits palsu. Oleh sebab
itu, berdasar istilah yang benar, hadits maudhu’ tidak boleh dikategorikan sebagai
hadits walaupun disandarkan kepada hadits dhaif
2
BAB II
PEMBAHASAN
1
Syahudi Ismail, Hadist Nabi Menurut Pembela Pengingkar dan Pemalsunya, (Jakarta :
Gema Insani Press, 1995),hlm.47.
3
c. Periwayat pendusta, dan
d. Keadaan periwayat dan dorongan psikologinya
Ciri yang berkaitan dengan rawi /sanad:
1) Periwayatnya dikenal sebagai pendusta, dan tidak ada jalur lain yang
periwayatnya tsiqoh meriwayatkan hadist itu. Misalnya, Ketika saad ibn Dharif
mendapati anaknya pulang sekolah sedang menangis dan mengatakan bahwa
dia dipukul gurunya, maka Saad ibn Dharif berkata : Bahwa Nabi saw bersabda:
"Guru anak kecil itu adalah yang paling jahat diantara kamu, mereka paling
sedikit kasih sayangnya kepada anak yatim dan paling kasar terhadap orang
miskin."
Al Hafdz Ibnu Hibban mengatakan: bahwa Saad ibn Dharif adalah seorang
pendusta/ pemalsu hadits. ( Mustahafa Zahri, Kunci memahami Musthalahul
Hadits : 101)
4
2. Kriteria Matan
a. Buruk redaksinya; seperti tidak menyerupai perkataan Nabidan sahabat
b. Kerus
c. akan maknanya yang disebabkan bertentangan dengan dalil- dalil syar’i
dan kaidah hukum dan akhlak, bertentangan dengan realita, bertentangan
dengan akal pikiran, dan adanya bukti yang sah tentang kepalsuannya.
Ciri-ciri yang berkaitan dengan Matan
Kepalsuan suatu hadis dapat dilihat juga pada matan, berikut ciri-cirinya:
1) Kerancuan redaksi atau Kerusakan
maknanya.
2) Berkaitan dengan kerusakan ma.na tersebut, Ibnu Jauzi berkata: Saya sungguh
malu dengan adanya pemalsuan hadis. Dari sejumlah hadis palsu, ada yang
mengatakan: “ Siapa yang salat, ia mendapatkan 70 buah gedung, pada setiap
gedung ada 70.000 kamar, pada setiap kamar ada 70 000 tempat tidur, pada setiap
tempat tidur ada 70 000 bidadari. Perkataaan ini adalah rekayasa yang tak terpuji.
3) Setelah diadakan penelitian terhadap suatu hadis ternyata menurut ahli
hadis tidak terdapat dalam hafalan para rawi dan tidak terdapat dalam kitab-kitab
hadis.
Ibid,hlm.27.
3
5
5) Hadisnya bertentangan dengn petunjuk
Arti: Katakanlah: "Apakah aku akan mencari Tuhan selain Allah, padahal Dia
adalah Tuhan bagi segala sesuatu. Dan tidaklah seorang membuat dosa melainkan
kemudharatannya kembali kepada dirinya sendiri; dan seorang yang berdosa tidak
akan memikul dosa orang lain. Kemudian kepada Tuhanmulah kamu kembali, dan
akan diberitakan-Nya kepadamu apa yang kamu perselisihkan".
maksudnya.
4
Ibid,hlm.28.
6
Menurut Hasbi Ashshddiqy, ciri Hadis palsu apabila:
Ibid,hlm.30.
5
Ibid, hlm.26.
6
7
Umat islam telah sepakat bahwa hadits Maudhu' hukumnya haram secara
mutlak tidak ada perbedaan antara mereka. Menciptakan hadits maudhu' sama
dengan mendustakan kepada Rosulullah. Karena perkataan itu dari pencipta
sendiri atau dari perkataan orang lain kemudian di klaim Rosulullah yang
menyabdakan berarti ia berdusta atas nama Rosulullah. Orang yang melakukan
hal demikian di ancam dengan api neraka, sebagaimana sabda beliau:
ْ ََّمنْ َك َّذ َب َعلَ َّي ُمت َع ِّمدًا فَ ْليَتَبَ َّو ْأ َم ْق َع َدهُ ِمنَ الن
ار
"Barang siapa yang mendustakanku dengan sengaja, maka hendak siap-
siaplah tempat tinggalnya di dalam neraka".
Jumhur 'ulama Ahlu As-Sunnah telah bersepakat bahwa bohong termasuk
dosa besar, semua ahli hadits menolak khabar yang dibawa oleh pendusta Rosul,
bahkan Abu Muhammad Al-Juwaini mengkafirkannya. Hanya kelompok sesat
yang memperbolehkan membuat hadis maudhu' seperti Al-Karramiyah, yaitu
pengikut Muhammad bin Karram As-Sijistani seorang tokoh anthropomorfisme
(majassimah) dalam teologi. Mereka memperbolehkan membuat hadis maudhu'
dalam masalah yang menggemarkan ibadah (targhib) dan yang mengancam orang
yang berdosa (tarhib) berdasarkan hadis diatas melalui jalan lain yang ditambah
ض َّل َ ّ ( النuntuk menyesatkan manusia). Namun, menurut penelitian para ulama,
ِ ُاس لِي
tambahan ini tidak terdapat dalam periwayatan para huffazh al-hadits, maka
tambahan tersebut juga suatu kebohongan. Lengkapnya hadis periwayatan
mereka, yaitu :
اس فَ ْليَتَبَ َّو ْأ َم ْق َع َدهُ ِمنَ النَّا ِ َُمنْ َك َّذ َب َعلَ َّي ُمت َع ِّمدًا لِي
َ ّض َّل الن
"Barang siapa yang mendustakanku dengan sengaja, untuk menyesatkan
manusia maka hendak siap-siaplah tempat tinggalnya di dalam neraka”7.
Sebagaimana haram membuat hadits maudhu’, para ulama juga sepakat
haram meriwayatkannya tanpa menjelaskan ke-maudhu'-an atau kebohongannya
baik dalam targhib, tarhib,fadha'il a'mal, ahkam, kisah, dan lain-lain.
Sebagaimana hadits Nabi Saw :
8
َّ ب فَ ُه َو أَ ُحدُا ْل
كذابِ ْين ٌ ث يُ َرى أَنَّهُ َك ِذ
ٍ َمنْ َح ّد َث َعنِّى بِ َح ِد ْي
"Barang siapa yang memberitakan dari padaku suatu hadits yang
diketahui bahwa ia bohong, maka ia tergolong salah seorang pembohong". (HR.
Muslim)
Meriwayatkan hadis maudhu' dengan menjelaskan ke-mawdhu'-annya
boleh saja, karena dengan memberi penjelasan seperti ini akan dapat dibedakan
dengan hadis yang benar dari Rasul dalam rangka menjaga sunnah8.
9
beliau dan mereka menjatuhkan orang-orang yang dianggap lawan-lawan
politiknya, yaitu Abu Bakar, Umar, dan lain-lain.
d. Faktor Kebodohan.
Ada golongan dari ummat Islam yang suka beramal ibadah namun
kurang memahami agama, mereka membuat hadist-hadis maudlu (palsu) dengan
tujuan menarik orang untuk berbuat lebih baik dengan cara membuat hadis yang
berisi dorongan-dorongan untuk meningkatkan amal dengan menyebutkan
kelebihan dan keutamaan dari amalan tertentu tanpa dasar yang benar melalui
hadist targhib yang mereka buat sendiri. Biasanya hadis palsu semacam ini
menjanjikan ptuahala yang sangat besar kepada perbuatan kecil. Mereka juga
membuat hadis maudhu (palsu) yang berisi dorongan untuk meninggalkan
perbuatan yang dipandangnya tidak baik dengan cara membuat hadis maudhu
yang memberikan ancaman besar terhadap perbutan salah yang sepele.
10
Sebagian tukang cerita yang ingin agar apa yang disampaikan nya
menarik perhatian orang, dia berusaha mengumpulkan orang dengan cara
membuat hadits-hadits palsu yang membuat masyarakat suka dan tertarik kepada
mreka, menggerakkan keinginan, juga memberikan harapan bagi mereka. Sebagai
contoh dilihat dari hadis barang siapa yang mengucapkan kalimat Allah akan
menciptakan seekor burung (sebagai balasan dari tiap-tiap kalimat ) yang
paruhnya terdiri dari emas dan bulunya dari marjan.
10
Muhammad Nashiruddin Al-Bani, “Hadist Dha’if dan Maudhu’’,(Jakarta : Gema
Insani Pers, 2001), hlm.34.
11
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
12
3.2 Saran
13
Daftar Pustaka
Aslamiah Rabiatul. 2016. Hadist Maudhu dan Akibatnya. Vol.04, No.07 Januari-
Juni.
14