A. Hadis maudhu'
1. Pengertian hadis maudhu’
Hadits palsu dalam bahasa ‘Arab dikenal dengan istilah Hadits Maudhu’.
Secara etimologi al-Maudhu’ ( )الموضوعmerupakan bentuk isim maf’ul dari kata - يضع
وضع. Kata tersebut memiliki makna menggugurkan, meletakkan, meninggalkan, dan
mengada-ada. Jadi secara bahasa Hadits Maudhu’ dapat disimpulkan yaitu hadits
yang diada-adakan atau dibuat-buat.
Menurut terminologi Hadits Maudhu’ terdapat beberapa pengertian,
diantaranya menurut Imam Nawawi definisi Hadits Maudhu’ adalah: ع ُ ْق ْال َمصْ نُو
ُ َه َُو ْال ُم ْختَل
ً َويَحْ ُر ُم ِر َوايَتُهُ َم َع ْال ِع ْل ِم بِ ِه فِ ْي أَيِّ َم ْعنًى َكانَ إِالَّ ُمبَيَّن=ا،ْف
ِ و َشرُّ الض َِّعي.
َ “Dia (Hadits Maudhu’) adalah
hadits yang yang direkayasa, dibuat-buat, dan hadits dhoi’f yang paling buruk.
Meriwayatkannya adalah haram ketika mengetahui kepalsuannya untuk keperluan
apapun kecuali disertai dengan penjelasan.”
Berdasarkan data sejarah, pemalsuan hadits tidak hanya lakukan oleh orang-
orang Islam, tetapi juga dilakukan oleh orang-orang non-Islam. Ada beberapa motif
yang mendorong mereka membuat hadits palsu yaitu sebagai berikut:
1. Pertentangan politik Pertentangan politik ini terjadi karena adanya
perpecahan antara golongan yang satu dengan golongan yang lainnya, dan mereka
saling membela golongan yang mereka ikuti serta mencela golongan yang lainnya.
Seperti yang terjadi pada polemik pertentangan kelompok ta’ashub ‘Ali bin Abi
Thalib dan Mu’awiyah sehingga terbentuk golongan syi’ah, khawariz, dll. yang
berujung pada pembuatan hadits palsu sebagai upaya untuk memperkuat golongannya
masing-masing.
2. Usaha kaum Zindiq Kaum Zindiq adalah golongan yang membenci
Islam, baik sebagai agama ataupun sebagai dasar pemerintahan. Mereka merasa tidak
mungkin dapat melampiaskan kebencian melalui konfrontasi dan pemalsuan Al-
Qur’an, sehingga menggunakan cara yang paling tepat dan memungkinkan, yaitu
melakukan pemalsuan hadits, dengan tujuan menghancurkan agama islam dari dalam.
Salah satu diantara mereka adalah Muhammad bin Sa’id al-Syami, yang dihukum
mati dan disalib karena kezindiqannya. Ia meriwayatkan hadits dari Humaid dari Anas
secara marfu’ : " أناخات ُم النبيّين= ال نب ّي بعديْ إالّ أن يشاءهللاAku adalah nabi terakhir, tidak ada
lagi nabi sesudahku, kecuali yang Allah kehendaki.”
3. Sikap Ta’ashub terhadap bangsa, suku, bahasa, negeri, dan pimpinan
Salah satu tujuan pembuatan hadits palsu adalah adanya sifat ego dan fanatik buta
serta ingin menonjolkan seseorang, bangsa, kelompok, dan sebagainya. Itu
disebabkan karena kebencian, bahkan balas dendam semata. Sebagai contoh, menurut
keterangan al-Khalily, salah seorang penghafal hadits, bahwa kaum Rafidhah telah
membuat hadits palsu mengenai keutamaan ‘Ali bin Abi Thalib dan ahlu al-Bait
sejumlah 300.000 hadits.
4. Mempengaruhi kaum awam dengan kisah dan nasihat Kelompok
yang melakukan pemalsuan hadits ini bertujuan untuk memperoleh simpati dari
pendengarnya sehingga mereka kagum melihat kemampuannya. Jadi pada intinya
mereka membuat hadits yang disampaikan kepada yang lainnya terlalu berlebih-
lebihan dengan tujuan ingin mendapat sanjungan.
5. Perbedaan pendapat dalam masalah ‘Aqidah dan ilmu Fiqih
Munculnya hadits-hadits palsu dalam masalah ini berasal dari perselisihan pendapat
dalam hal ‘aqidah dan ilmu fiqih para pengikut madzhab. Mereka melakukan
pemalsuan hadits karena didorong sifat fanatik dan ingin menguatkan madzhabnya
masing-masing. Misalnya hadits palsu yang isinya tentang keutamaan Khalifah ‘Ali
bin Abi Thaalib: ك في==ه كفر ّ ==’" عل ّي خيرالبش==ر َمن شAli merupakan sebaik-baik manusia,
barangsiapa yang meragukannya maka ia telah kafir.”
6. Membangkitkan gairah beribadah, tanpa mengerti apa yang dilakukan
Sebagian orang sholih, ahli zuhud dan para ulama akan tetapi kurang didukung
dengan ilmu yang mapan, ketika melihat banyak orang yang malas dalam beribadah,
mereka pun membuat hadits palsu dengan asumsi bahwa usahanya itu merupakan
upaya mendekatkan diri kepada Allah subhaanahuwata’ala dan menjunjung tinggi
agama-Nya melalui amalan yang mereka ciptakan, padahal hal ini jelas menunjukan
akan kebodohan mereka. Karena Allah subhaanahuwata’ala dan Rasul-Nya tidak
butuh kepada orang lain untuk menyempurnakan dan memperbagus syari’at-Nya.
7. Pendapat yang membolehkan seseorang untuk membuat hadits demi
kebaikan Sebagian kaum muslimin ada yang membolehkan berdusta atas nama
Rasulullah shollallahu’alaihi wasallam untuk memberikan semangat kepada umat
dalam beribadah, padahal para ’ulama telah sepakat atas haramnya berdusta atas nama
Rasulullah shollallahu’alaihi wasallam, apapun sebab dan alasannya.