ULUMUL HADITS
DISUSUN OLEH:
Rivky Rivaldo
DOSEN PENGAMPU:
Nurma Yunita, M. TH
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) CURUP
Pendahuluan
A. Latar Belakang
1
Abdul Wahid, Hadits Nabi dan Problematika Masa Kini, (Banda Aceh: Perpustakaan
NasionalKDT, 2007).
Pembahasan
مانسب إلىرسوالهلل صلى هللا عليه و سلم اختالقا و كذبا مما لم يقله أويفعله أويقره وقال بعضهم
هوالمختلق المصنوع3
هوما نسب إلى رسول هللا صلى هللا عليه وسلم إختال قا وكذبا مما لم يقله أويفعله أويقره
2
Lihat Al-Qamus Al-Muhits. Hlm. 94, Juz III. Pokok kata W-DH-‘A.
3
Ajjâj Al-Khatîb, ‘Ushûl Al-Hadîts, Ulûmuhu wa Mushthalahuhu, (Beirut: Dâr Al-Fikr, 1981), Cet.
Ke-4, hlm. 415.
4
Muhammad ‘Ajjaj Al-Khatib, Ushul Al-Hadits. Ter. H.M. Qodirun dan Ahmad Musyafiq. Jakarta:
Gaya Media Pratama. hlm 352.
5
Abdul Fatah Abu Ghuddah. Lamhat Min Tarikh As-Sunnah wa ‘Ulum Al-Hadits. hlm. 41
B. Sejarah Awal Munculnya Hadis Maudhu’
Para sahabat ini mengetahui bahaya dari hadis maudhu’ karena ada
ancaman yang keras yang dikeluarkan oleh Nabi SAW. Terhadap orang yang
memalsukan hadis, sebagaimana sabda Nabi SAW., “Barang siapa yang
berdusta atas namaku dengan sengaja, dia telah menempah tempatnya di
dalam neraka.”10
Diriwayatkan oleh Imam Muslim (w. 261 H) dari Tawus (w. 106 H)
bahwa pernah suatu ketika dihadapkan kepada Ibnu Abbas (w. 68 H) suatu
kitab yang di dalamnya mengandung keputusan-keputusan Ali radhiallahu
‘anhu. Lalu, Ibu Abbas menghapusnya, kecuali sebagian kecilnya (yang tidak
dihapus). Sufyan bin Uyainah (w. 198 H) memperkirakan bagian yang tidak
dihapus itu sekitar sehasta. 12
Menyadari hal ini, para sahabat awal memberi perhatian terhadap hadis
yang disebarkan oleh seseorang. Mereka tidak akan mudah menerimanya
sekiranya mereka meragukan kesahihan hadis itu. 14
13
Syahbah. hlm. 22.
14
An-Nawawi. op.cit Bab An-Nahyu An Ar-Riwayat An Adh-Dhu’afar wa Al-Ihtiyat fi
Tahammuliha. Hadis no. 7. hlm. 76.
15
Syaybah. op.cit. hlm. 23.
16
Al-Qaththan. op.cit. hlm. 149.
Walaupun begitu, tahap penyebaran hadis-hadis maudhu’ pada
masa ini masih lebih kecil dibandingkan dengan zaman-zaman berikutnya.
Hal ini karena masih banyaknya tabiin yang menjaga hadis-hadis dan
menjelaskan di antara yang lemah dan yang sahih. Dan juga karena zaman
ini masih dianggap hampir sezaman dengan Nabi SAW. dan disebut oleh
Nabi sebagai di antara sebaik-baik zaman. Pengajaran-pengajaran serta
wasiat dari Nabi masih segar di kalangan mereka yang menyebabkan
mereka dapat menganalisis kepalsuan-kepalsuan suatu hadis. 17
1. Pertentangan Politik
17
Al-Khathib. op.cit. hlm. 353-354.
18
Musthafa Al-Sibâ’i, op. cit., hlm. 79.
Kaum Zindik termasuk kaum golongan yang membenci Islam, baik
Islam sebagai Agama atau sebagai dasar pemerintahan. Mereka tidak
mungkin dapat melampiaskan kebencian melalui konfrontasi dan
pemalsuan Al-Quran, maka cara yang tepat dan memungkinkan adalah
melalui pemalsuan hadis, dengan tujuan menghancurkan agama dari
dalam. Hammad bin Zaid mengatakan “hadis yang dibuat kaum Zindik
ini berjumlah 12.000 hadis.19 Contoh hadis yang dibuat oleh golongan
Zindik ini antara lain:
النظر إلى الوجه الجميل صدقة20
“Melihat wajah cantik termasuk ibadah”.
3. Fanatik Terhadap Bangsa, Suku, Negeri, Bahasa, dan Pimpinan
Mereka membuat hadis palsu karena didorong oleh sikap ego dan
fanatik buta serta ingin menonjolkan seseorang, bangsa, kelompok atau
yang lain. Golongan yang fanatik kepada mazhab Abu Hanifah pernah
memuat hadis palsu “Di kemudian hari akan ada seorang umatku yang
bernama Abu Hanifah bin Nu’man. Ia ibarat obor bagi umat-Ku”.
Demikian pula golongan yang fanatik menentang Imam Syafi’i
membuat hadis palsu, seperti “di kemudian hari akan ada seorang
umat-Ku yang bernama Muhammad bin Idris. Ia akan lebih
menimbulkan madharat kepada umat-Ku daripada Iblis”.
4. Mempengaruhi Kaum Awam dengan Kisah dan Nasihat
Mereka melakukan pemalsuan hadis ini guna memperoleh simpatik
dari pendengarnya dan agar mereka kagum melihat kemampuannya.
Hadis yang mereka katakan terlalu berlebih-lebihan dan tidak masuk
akal. Sebagai contoh dapat dilihat pada hadis berikut:
من قال الإله إالهلل خلق هللا من كل كلمة طا ىرامنقاره من ذهب وور يشه من مرجان
“Barang siapa yang mengucapkan kalimat Allah akan menciptakan
seekor burung (sebagai balasan dari tiap-tiap kalimat) yang paruhnya
terdiri dari emas dan bulunya dari marjan”.
5. Perselisihan Madzhab dan Ilmu Kalam
19
Mahmûd Al-Thahhân, op.cit., hlm. 70.
20
Musthafa Al-Sibâ’i, op. cit., hlm. 86-87.
Munculnya hadis-hadis palsu dalam masalah fiqih dan ilmu kalam ini
berasal dari para pengikut Mazhab. Mereka berani melakukan
pemalsuan hadis karena didorong sifat fanatik dan ingin menguatkan
mazhabnya masing-masing.21
Di antara hadis-hadis palsu tentang masalah ini adalah:
a. Siapa yang mengangkat kedua tangannya dalam shalat, maka
shalatnya tidak sah.
b. Jibril menjadi Imamku dalam shalat di Ka’bah, ia (Jibril) membaca
basmalah dengan nyaring.
c. Yang junub wajib berkumur dan menghisap air tiga kali.
d. Semua yang ada di bumi dan langit serta di antara keduanya adalah
makhluk, kecuali Allah dan Al-Quran. Dan kelak akan ada di
antara umatku yang menyatakan “Al-Quran itu makhluk”. Barang
siapa yang menyatakan demikian, niscaya ia telah kufur kepada
Allah Yang Maha Agung dan saat itu pula jatuhlah talak kepada
istrinya.
6. Membangkitkan Gairah Beribadat, Tanpa Mengerti Apa Yang
Dilakukan
Banyak di antara para ‘Ulama yang membuat hadis palsu dengan dan
bahkan mengira usahanya itu benar dan merupakan upaya pendekatan
diri kepada Allah, serta menjunjung tinggi agama-Nya. Mereka
mengatakan “kami berdosa semata-mata untuk menjunjung tinggi
nama Rasulullah dan bukan sebaliknya”
7. Menjilat Penguasa
Ghiyas bin Ibrahim merupakan tokoh yang banyak ditulis dalam kitab
hadis sebagai pemalsu hadis tentang “perlombaan”. Matan asli sabda
Rasulullah berbunyi:
ال مبق اال فى فصل او خف
Kemudian Ghiyats menambah kata اوجناحdalam akhir hadis tersebut,
dengan maksud agar diberi hadiah atau simpatik dari Khalifah Al-
Mahdy. Setelah mendengar hadis tersebut, Al-Mahdy memberikan
21
Ajjâj Al-Khatîb, op. cit., hlm 141.
hadiah sepuluh ribu dirham, namun ketika Ghiyas membalik hendak
pergi, Al-Mahdy menegurnya, seraya berkata “aku yakin itu
sebenarnya merupakan dusta atas nama Rasulullah. Menyadari akan
hal itu, saat itu juga Khalifah memerintahkan untuk menyembelih
burung merpatinya.
Dari beberapa motif membuat hadis palsu di atas, kiranya dapat
dikelompokkan menjadi:
Pertama, ada yang karena sengaja; kedua ada yang tidak sengaja
merusak agama; ketiga ada yang karena keyakinannya bahwa
membuat hadis palsu diperbolehkan; dan keempat ada yang karena
tidak tahu bahwa dirinya membuat hadis palsu. 22
23
Al-Siba’i, Al-Sunnah, h. 95, Ajjaj al-Khathib, Ushul al-Hadits, h. 433.
kelompok yang memalsukan hadis tersebut, bersepakat
untuk menyembunyikan dan mengubah hadis tersebut.24
e. Hadis yang menyalahi fakta sejarah yang terjadi pada
masa Nabi SAW.
f. Matan hadis tersebut sejalan atau mendukung mazhab
perawinya, sedangkan perawi tersebut terkenal sebagai
seorang yang sangat fanatik terhadap mazhabnya.
g. Suatu riwayat mengenai peristiwa besar yang terjadi di
hadapan umun yang semestinya diriwayatkan oleh
banyak orang, akan tetapi ternyata hanya diriwayatkan
oleh seorang perawi saja.
h. Hadis yang menerangkan pahala yang sangat besar
terhadap perbuatan kecil dan yang sederhana, atau
sebaliknya siksaan yang sangat hebat terhadap tindakan
salah yang kecil.
24
Ajjaj al-Khatib, Ushul al-Hadits, h. 434.
Penutup
A.Kesimpulan
Ada beberapa motif yang mendorong mereka membuat hadis palsu, antara
lain pertentangan politik usaha kaum zindik, fanatik terhadap bangsa, suku,
negeri, bahasa, dan pimpinan, mempengaruhi kaum awam dengan kisah dan
nasihat, perselisihan mazhab dan ilmu kalam, membangkitkan gairah beribadat,
tanpa mengerti apa yang dilakukan, dan para penjilat penguasa.