Anda di halaman 1dari 19

HADIS MAUDHU’

A. Pengertian
Menurut Dr. Muhammad Najib dalam bukunya Hadis Maudhu’ halaman
37 dikatakan : secara bahasa , kata hadis maudhu’ merupakan peralihan dari
kata Arab ‫ موضوع‬berakar kata dari kata dasar ‫ وضع‬yang menunjukan arti
‫ الخفض واحطة‬yang berarti menurunkan atau merendahkan derajat.1
Menurut Ajjaj al khatib yang dikutip oleh Munzier Suparta MA dalam
bukunya Ilmu Hadis, Hadis maudhu’ secara bahasa berasal dari kata Al
maudhu’ adalah isim maf’ul dari wa-dha’-‘a, ya-dha’-‘u, wadh-‘an, yang
mempunyai arti al-isqath ( mengada ada atau membuat buat ) dan al tarku
( ditinggal ), sedangkan menurut istilah adalah :
‫ما نسب إلى رسول هللا صلي ا هلل عليه وسلم اختالقا وكذبا مما لم يقله ٱو يفعله او‬
X‫ يقره وقا ل بعضهم هوالمختلق المصنوع‬2

Artinya : Hadis yang di sandarkan kepada rasulullah SAW secara di buat buat
dan dusta, padahal beliau tidak mengatakan, berbuat ataupn menetapkannya
Sedangkan Dr.Muahammd Najib dalam bukunya mengatakan bahwa hadis
maudhu’ itu adalah
‫ ؛ الحديث المختلق المصنوع المكذوب علۑرسول هللا صم عمدا أو خطأ‬X‫ الموضوع‬3
Artinya : Hadis maudhu’ adalah hadis yang di ciptakan dan di buat buat, yang
bersifat dusta terhadap rasulullah SAW, di buat secara sengaja atau tudak
sengaja
Pendapat lain mengatakan yang artinya ; Hadis maudhu’ adalah hadis
yang diciptakan oleh para pendusta yang di sandarkan kepada Rasulullah SAW
dengan tujuan untuk memeperdayai.4
Dalam buku yang sama pendapat lain menyatakan yang artinya :Hadis
maudhu’ ialah hadis yang di cipta dan di buat buat yang di nisbahkan kepada
1
Muhammad Najib, Pergolakan politik umat Islam dalam kemunculan hadis maudhu’ ,
CV.Pustaka setia, cet I Bandung, hal. 37
2
Munzier suparta, dalam Ajaj Al khatib, Ushul al hadis, ulumuhu wa mushatalahuhu ( Beirut dar
Al-fikr,1981) cet.ke-4, hal.415, Ilmu Hadis, Pt Raja Grafindo Persada Jakarta, hal 176
3
.Muhammad Najib, opcit, hal. 40
4
Ibid

1
Rasulullah SAW secara palsu dan dusta, baik secara sengaja maupun tidak
sengaja5
B. Latar belakang munculnya hadis maudhu’
1. Karena Pertentangan politik
Sebagaimana dikatakan oleh Mustafa Al Siba’I yang di kutip oleh Munzier
Suparta dalam bukunya bahwa Perpecahan umat Islam yang diakibatkan
politik yang terjadi pada masa ke khalifahan Ali bin Abi Thalib besar
sekali pengaruhnya terhadap perpecahan umat ke dalam beberapa
golongan dan kemunculan hadis hadis palsu. Masing-masing golongan
berusaha mengalahkan lawannya dan mempengaruhi orang-orang dengan
membawa bawa al Qur’an dan Sunnah, sungguh sangat di sayangkan,
konflik-konflik politik telah menyeret permasalahan keagamaan masuk ke
dalam arena perpolitikan dan membawa pengaruh juga pada mazhab-
mazhab kegamaan. Pada akhirnya masing-masing kelompok berusaha
mencari dalilnya ke dalam Al Qur’an dan Sunnah, dalam rangka
mengunggulkan kelompok atau mazhabnya masing-masing. Ketika tidak
di temuinya, maka mereka mulai membuat pernyataan pernyataan yang di
sandarkan pada nabi Muhammad SAW, dari sinilah hadis palsu mulai
berkembang.6
Menurut Ibnu Abi Al Hadad dalam syarah Nahj Al-Balaghah,
sebagaimana di kutip oleh Mustafa Al siba’I, bahwa pihak yanh pertama
kali membuat hadis palsu adalah dari golongan syi’ah, dan kelompok ahlu
al-sunnah menandinginya dengan hadis hadis lain yang juga maudhu’,
diantara hadis palsu yang di buat kelompok Syiah itu ialah :
‫ شيعتك‬X‫ يا علي إن هللا غفر لك ولزيتك ولوالديك والهلك ولشيعتك ولمحبى‬7

2. Karena Usaha kaum Zindik


Kaun Zindik adalah termasuk kaum golongan yang membenci Islam, baik
sebagai agama atau sebagai dasar Pemerintahan. Mereka tidak mungkin
5
Ibid
6
Munzier suparta, opcit, hal 182
7
Munzier Suparta Ibid, hal, 182

2
dapat melampiaskan kebencian melalui konfrontasi dan pemalsuan al
Qur’an , maka cara yang paling tepat dan memungkinkan adalah melalui
pemalsuan hadis, dengan tujuan menghancurkan agama dari dalam.
Abdurahman al Karim ibnu Auja’ yang di hokum mati oleh Muhammad
bin Sulaiman bin Ali, Wali wilayah Basrah, katika hukuman akan di
lakukan dia mengatakan : “Demi Allah saya telaha membuat hadis palsu
sebanyak 4000 hadis .Seorang Zindik telah mengaku di hadapan Khlifah Al
Mahdi bahwa dirinya telah membuat ratusan hadis palsu. Hadis palsu ini
telah tersebar di kalangan masyarakat. Hammad bin Zaid mengatakan
“hadis yang dibuat kaum zindik ini berjumlah 12000 hadis.8
Diantara hadis palsu yang dibuat oleh kaum Zindik ini adalah :
‫ النظر إلى الى الوجه الجميل صدقة‬9
Artinya : Melihat wajah cantik termsuk ibadah
3. Karena Fanatik terhadap Bangsa,Suku,Negeri,Bahasa, dan Pimpinan
Fanatik terhadap Bangsa, Suku,Negeri, Bahasa dan pimpinan juga telah
meicu munculnya hadis-hadis maudhu’. Mereka sangat mengedepankan
suku atau bahasa mereka masing masing, agar bahasa mereka laku dan di
perhitngkan mereka tidak segan-segan membuat hadis palsu. Salah satu
Suku atau golongan yang getol mebuat hadis palsu itu ialah golongan al-
Syu’ubiyah yang fanatik terhadap bahasa Parsi, diantara HAdis Palsu yang
mereka buat adalah :
‫ أنزل الوهي با لفار سية‬X‫ ان هللا إذ ا غضب أنزل الوهي با العربية واذ ا رضي‬10
Artinya : Apabila Allah murka, maka Dia menurunkan wahyu dengan
bahasa Arab, dan apabila Allah senang maka Ia menurunkannya dengan
bahasa Persi.
Lalu orang Arab menconter hadis palsu tersebut dengan membuat hadis
yang palsu pula seperti ini :
11
‫ان هللا إذ ا غضب أنزل الوهي با لفار سية واذ ا رضي أنزل الوهي با العربية‬
8
Munzier Suparta, ibid.hal 184
9
Munzier Suparta,Ibid,hal 184
10
Munzier Suparta,Ibid,hal 184
11
Munzier Suparta,Ibid,hal 184

3
Artinya : Apabila Allah murka, maka Dia menurunkan wahyu dengan
bahasa Persi, dan apabila Allah senang maka Ia menurunkannya dengan
bahasa Arab.
Bahkan pembuatan hadis palsu ini berlanjut kepada kefanatikan terhadap
imam Mazhab, diantarnya golongan yang fanatic kepada Mazhab Abu
Hanifah pernah membuat hadis palsu yang bunyinya : “ Dikemudian hari
akan ada seorang umatku yang bernama Abu hanifah bin Nu’man. Ia ibarat
obor bagi umatku”. Sebaliknya golongan yang menentang imam Syafi’i
membuat hadis palsu pula yakni “ di kemudian hari aka nada seorang
umatku yang bernama Muhammmad bin Idris, ia akan lebih menimbulkan
mudharat kepada umatku daripada Iblis”
4. Karena untuk mempengaruhi kaum awam dengan kisah dan nasehat
Diantara sebab lain timbulnya hadis maudhu’ adalah disebabkan oleh
keinginan untuk untuk mempengaruhi kaum awam dengan kisah dan
nasehat yang sengaja di buat guna memperoleh simpatik dari pendengarnya
dan agar mereka kagum melihat kemampuannya, banyak hadis yang
mereka katakan yang terlalu berlebih lebihan bahkan tidak masuk akal ,
antara lain ;
‫من قا ل الاله اال هللا خلق هللا من كلل كلمر طا ئر ا منقاره من ذهب ووريشه من‬
‫مرجان‬12
Artinya: Barang siapa yang mengucapkan lailaha illallah akan
menciptakan seekor burung (sebagai balasan dari tiap tiap kalimat) yang
paruhnya terdiri dari emas dan bulunya dari marjan.
Kalau kita lihat sepintas lalu akan sangat menyenangkan bagi orang-orang
yang beribadah, mengucapkan la ilaha illlallah tentu sangat baik dan
dianjurkan karena itu adalah bagian penting dari keimanan seorang muslim,
yang jadi masalah adalah akibat membaca kalimat itu akan menciptakan
burung yang paruh dan bulunya dari emas dan marjan, hal itu tidak pernah
di katakan nabi SAW.
5. Karena perselisihan mazhab dan ilmu kalam
12
Munzier Suparta,Ibid,hal 185

4
Perbedaan mazhab ternyata juga telah memicu pembuatan hadis- hadis
maudhu’ dengan jumlah yang banyak , mereka membuat hadis palsu
tersebut karena fanatiknya terhadap mazhab tertentu dan berkeinginan kuat
untuk memeperkuat mazhab yang dianutnya. Diantara hadis maudhu’ yang
mereka buat adalah antara laian :
a. Siapa yang megangkat kedua tangannya dalam shalat, maka shalatnya
tidak sah
b. Jibril menjadi imamku dalam shalat di ka’bah, ia (Jibril) membaca
basmalah dengan nyaring
c. Yang junub wajib berkumur dan menghisap air tiga kali
d. Semua yang ada di bumi dan di langit serta diantara keduanya adalah
makhluk, kecuali Allah dan al Qur’an , dan kelak akan ada diantara
umatku yang menyatakan “Al Qur’an itu makhluk”. Barang siapa yang
menyatakan demikian,niscaya ia telah kufur kepada Allah yang Maha
Agung dan saat itu pula jatuhlah talak kepada isterinya
6. Membangkitkan gairah beribadat tanpa mengerti apa yang dilakukan
Seorang ulama yang bernama Nuh bin Abi Maryam telah membuat hadis
berkenaan dengan fadilah membaca surat surat tertentu dalam al Qur’an.
Ghulam Al khail ( ahli zuhud ) telah membuat hadis tentang keutamaan
wirid dengan maksud memperluas kalbu manusia. Bahkan tak terkecuali
hari ini bisa jadi kitab atau buku yang kita baca dalam rangka menambah
iman dan semangat beribadah ada hadis yang tegoong palsu ini.
7. Karena Menjilat penguasa
Ghiyas bin Ibrahim merupakan tokoh yang banyak di tulis dalam kitab
hadis sebagai pemalsu tentang “perlombaan”. Sebagai contoh dalam hadis
rasulullah SAW yang bunyi aslinya adalah :
‫ال سبق اال فى فصل او خف‬
Lalu Ghiyas menambah dengan kata ‫ او جناح‬dalam akhir hadis tersebut,
dengan maksud agar di beri hadiah atau simpatik dari khlaifah Al mahdi .
Setelah mendengar hadis tersebut, Al Mahdi memberikan hadiah tujuh ribu
dirham, namun ketika Ghiyas membalik hendak pergi, Al Mahdi

5
menegurnya seraya berkata “ aku yakin itu sebenarnya merupakan dusta
atas nama Rasulullah”. Menyadari akan hal itu , saat itu juga Khlaifah
memerintahkan untuk menyembelih burung merpatinya
C. Ciri-ciri hadis maudhu’ dan sumber-sumbernya
Sebagaimana di kutip pada Buku Ulum al Hadis karangan Dr.Nuruddin Ittr
yang dialih bahasakan oleh Dr. Mujiyo hal 80 bahwa ciri-ciri Hadis maudhu’
bisa di lihat pada beberapa segi diantaranya ;
1. Dari sisi rawinya :
a. Pengakuan dari pelaku pembuat hadis maudhuk itu sendiri.13
Sebagaimana pengakuan Abu Ishmah Nuh bin Abu Maryam dan
Maisarah bin Abdi Rabbih. Abu Ismah ini dijuluki dengan Nuh Al Jami’
karena padanya terhimpun karakter dan ilmu yang tidak bermamfaat
Ibnu Hibban berkata : “Ia menghimpun segala hal kecuali kejujuran”
Abdurahm bin Mahdi berkata : Aku bertanya kepada Maisarah bin Abdi
Rabbih “ darimana kamu mendapatkan hadis-hadis ini ?: Barang siapa
membaca …..,maka ia akan mendapatkan…?” ia menjawanab “aku
membuat hadis hadis tersebut untuk merangsang umat agar senang
membacanya”
Demikian pula hadis Ubay yang panjang lebar tentang keutamaan Al
Qur’an surat per surat yang telah di teliti oleh salah seorang ahli.
Ternyata rawi hadis itu mengakui bahwa hadis itu di buat oleh rawinya.
Setiap penulis yang memuat hadis hadis maudhu’ dalam karya tafsirnya
berarti ia telah bersalah ,seperti Al Wahidi,Al Tsa’labi,Al Zamaksyari,
dan al Baidhawi. Para penulis itu para akhir tafsir setiap surat
menuliskan hadis hadis maudhu’ yang berkenan dengan keutamaan surat
yang bersangkutan.
Memang ada sejumlah hadis shahih tentang keutamann surat surat
tertentu yakni surat al fatihah , al baqarah, Ali Imran, tujuh surat yang
panjang panjang , Al Kahfi, Yasin, Al Kukhan, Tabarak, Al Nasr, Al
Kafirun, Al Ikhlas dan Al Muawwizatain
13
Dr.Nuruddin Ittr yang dialih bahasakan oleh Dr. Mujiyo , Ulum al hadis, Dar fikri, damaskus,
hal 80

6
b. Tidak sesuai dengan fakta sejarah
Seperti yang terjadi pada al Makmun bin Ahmad yang meyatakan bahwa
al Hasan menerima hadis dari Abu Hurairah sehubungan dengan adanya
perbedaan pendapat dalam masalah ini, ia secara spontan menyebutkan
untaian sanad yang sampai kepada rasulullah Saw
c. Ada gejala-gejala para perawi bahwa ia berdusta dengan hadis yang
bersangkutan , seperti yang terjadi pada Ghiyats bin Ibrahim dalam
kisah yang telah lalu.
Al Haskim meriwayatkan dengan sanad melalui Saif bin Umar al
Tamimi ,katanya “ketika aku berada di sisi Sa’d bin Tharif, tiba tiba
datang anaknya dari majelis ta’lim sambil menangis” Saad bertanya “
ada apa ?“ sungguh akan aku hinakan mereka hari ini juga
“meriwayatkan hadis kepadaku Ikrimah dari Ibnu Abbas, hadis marfu”
2. Ciri ciri hadis maudhu’ pada matan14
a. Adanya kerancuan redaksi atau makna hadis, diantaranya sebagaimana
di tegaskan oleh Ibnu al Shalah. Al Hafiz Ibnu Hajar menambahkan “
kerancuan itu berkisar pada makna hadis, karena agama Islam ini
dengan berbagai aspeknya amat indah, sedangkan kerancuan itu
bersumber dari kehinaan dan kekurangan….adapun kerancuan pada
redaksi saja tidak dapat dijadikan sebagai tanda kepalsuan hadis, karena
boleh jadi rawinya meriwayatkan hadis yang bersangkutan dengan
maknanya saja, sehingga ia membuat redaksi sendiri dan tidak fasih
Imam Al Biqa’i berkata “Diantara penyebab timbulnya kerancuan
makna ialah adanya ancaman berlebihan bagi suatu perbuatan dosa
kecil atau berlebihannya janji bagi suatu perbuatan baik yang kecil. Dan
hal ini banyak sekali terdapat pada hadis hadis yang diucapkan oleh
para juru cerita”.
b. Setelah diadakan penelitian terhadap suatu hadis. Ternyata menurut ahli
hadis tidak terdapat dalam hafalan para rawi dan tidak terdapat dalam
kitab kitab hadis , setelah penelitian dan pembukuan hadis sempurna.

14
Ibid hal. 82

7
Al Hafidz al Ala’I berkata, “ Hal ini hanya dapat dilakukan oleh
seorang hafiz besar yang hafalannya telah meliputi seluruh hadis atau
sebagian besarnya” seperti Imam Ahmad, Ali bin al Madini, Yahya bin
Ma’in dan orang orang setelah mereka, seperti al Nasa’i,lalu al
Daruqutni. Adapun orang orang yang tidak mencapai tingkatan ini ,
bagaimana mungkin ia dapat memutuskan bahwa suatu hadis itu
maudhu’ tanpa rasa peka terhadap hadis tersebut. ini adalah suatu hal
yang mereka tidak perhatikan.
Al-hafiz ibnu Iraq berkata ,”dengan demikian , dapat kita simpulkan
bahwa bila salah seorang hafidz di atas dan yang semisal mereka
menyatakan bahwa suatu hadis tidak mereka kenal atau tidak ada
sumbernya ,maka cukuplah hal itu dsebagai bukti bahwa hadis-hadis
tersebut maudhu’.
c. Hadisnya menyalahi ketentuan ketentuan yang telah di tetapkan ,
seperti menyalahi ketentuan akal dan tidak dapat di ta’wil atau
mengandung hal hal yang di tolak oleh perasaan, kejadian empiris dan
fakta sejarah.
Diantara hal-hal yang termasuk sebagai ciri-ciri hadis maudhu’
kelompok ini adalah bila hadisnya merupakan berita tentang suatu
peristiwa agung yang seharusnya diriwayatkan oleh orang banyak
tetapi hadis itu hanya oleh seorang saja, seperti hadis-hadis yang di
riwayatkan berkenaan dengan penyebutan nama sahabat secara tegas
yang akan menjadi khalifah setelah nabi SAW meninggal yakni kedua
hadis berikut :
‫ يلي امتي من بعدى‬X‫ابوبكر‬15
Artinya ; Abu Bakar akan memimpin umatku setelahku
Dan banyak hadis hadis yang sejenis, semuanya adalah batil karena
tidak seorang sahabatpun berdalil dengan hadis yang menjelaskan nama
itu. Yang mereka pahami dari isyarat rasul Saw tiada lain adalah untuk

15
Ibid, hal. 87

8
memilih khalifah, disamping mereka juga sepakat untuk mengambil
langkah itu.
d. Hadisnya bertentangan dengan petunjuk al Qur’an yang pasti, sunnah
yang mutawatir, atau ijma’ yang pasti dan tidak dapat di kompromikan.
Imam al Subki menjelaskan dalam kitab Jama’ul Jawani, setiap hadis
yang mengesankan batil dan tidak dapat di ta’wil, maka dinilai dusta
atau dikurangi kedudukan dan fungsinya selama belum hilang kesan
negatif itu “
e. Berdasarkan Penelitian hadis per bab
Mereka berkata ,”Dalam bab ini tidak ada hadis yang sahih satupun.
Atau …..kecuali hadis ini” hal ini mereka katakan setelah mereka
mengumpulkan hadis hadis dalam suatu bab dan menelitinya.
Ini merpakan suatu pedoman yang sangat penting dan menurut hemat
kami menjelaskan yang demikian sangat besar faedahnya.
Diantara contohnya adalah hadis-hadis yang mencela anak. semuanya
adalah dusta dari awal sampai akhir. Hadis-hadis tentang sejarah pada
masa yang akan datang, setiap hadis yang menjelaskan bahwa pada
tahun anu akan terjadi anu dan anu, atau pada tahun anu, fulan akan anu
dan anu, adalah hadis batil. Hadis-hadis yang memuji tentang hidup
membujang semuanya batil. Hadis-hadis tentang keutamaan bunga,
seperti hadis tentang keutamaan bunga bawang, bunga mawar dan lain
lain semuanya adalah palsu.16

D. Masa awal kemunculan hadis maudhu’


Dalam menentukan kapan mulai munculnya hadis maudhu’, tidak ada
kesepakatan dikalangan ulama. Ada yang mengatakan pada tahun ke 40, pada
akhir pemerintahahn Usman, setelah terjadinya arbitrase antara Ali bin Abi

16
Dr.Nuruddin Ittr, Ulum al hadis, Dar al fikri damaskus, cet I 1984, hal. 80

9
Thalib dan Muawiyah, bahkan ada pendapat lain bahwa munculnya hadis palsu
ini telah ada semenjak masa rasulullah17
Dalam buku Hadis Maudhu’ yang ditulis oleh Dr.Muhammmad Najib halaman
48 dikatakan, “Pada awalnya para mutakallimin bersilang pendapat tentang
benar tidaknya terjadi pemalsuan di dalam hadis jika di lihat dari segi
periwayatannya. Hal ini karena di segi periwayatannya, terjadinya status
kemaudhu’an hadis didasarkan atas kedustaan (kidz) atau tertuduh dusta .Ibnu
Katsir mensinyalir bahwa sebagaian para mutakallimin menolak adanya
anaggapan bahwa bisa saja terjadi pemalsuan hadis secara menyeluruh.
Aadapun sebagian lainnya menyatakan bahwa bisa saja terjadi pemalsuan
dalam hadis apabila didasarkan pada fakta empirik sejarah masyarakat
Islam.Memang telah terjadi pemalsuan dalam riwayat hadis yang banyak
beredar di masyarakat. Hal ini terbukti setelah dilakukan penelitian para ulama
muhaddisin.
Pembuktian adanya pemalsuan riwayat hadis nampak dari hasil kejelian para
muhaddisin dalam meneliti dan melihat riwayat yang banyak beredar di
kalangan masyarakat yang mengindikasikan adanya kesangsian terhadap
kebenaran riwayat itu.
Namun kemudian persoalan muncul tentang batasan masa awal permulaan
terjadinya pemalsuan hadis, dan munculmya hadis-hadis maudhu’pun
diperselisihlan para ulama muhaddisin. Dalam hal ini terdapat tiga pendapat di
kalangan para muhaddisisn yaitu :
Pendapat Pertama, menyatakan bahwa pemalsuan hadis dan munculnya
riwayat hadis maudhu’ mulai terjadi sejak periode Nabi Muhammad SAW
Pendapat kedua, menyatakan bahwa pemalsuan hadis baru terjadi pada tahun
40 hijriyah dan berkembang pada masa sesudahnya.
Pendapat ketiga, menyatakan bahwa pemalsuan hadis mulai terjadi pada akhir
abad pertama hijriyah.
Pendapat pertama di anut oleh Ahmad Amin dan Hasyim Ma’ruf Asy
Syi’i. argumen kedua ulama ini di dasarkan pada konsekwensi logis atas

17
Zainimal M.Ag, Ulumul hadis, The minangkabau foundation, cet 1, tahun 2005, hal. 207

10
sinyalemen nabi yang mengungkapkan ancaman keras terhadap diri nabi,
berupa berita atau perbuatan hadis, sebagaimana di sebutkan dalam salah satu
pernyataan beliau :
‫حد ثنا محمد بن عبيد الغبرى هدثنا ابو عونة عن ابى حصيم عن ابى صالح عن ابي‬
‫قال رسول هللا صم من كذب علي متعمد ا فليتبوٱ مقعده من النار‬.‫ع‬.‫هريرة ر‬18
Artinya : Muhammmad bin Ubaid al Gubari menceritakan kepadaku bahwa
Abu Awamah dari Abu Hashim, Dari abu Shalih dari Abu Hurairah ra.dia
berkata bahwa Rasulullah saw bersanda:”Barangsiapa berdusta terhadap
diriku secara sengaja dia pasti akan disediakan tempat kembalinya di neraka

Menurut Ahmad amin,pernyataan yang ada pada hadis “Man kazzaba”
yang menceritakan peringatan keras atas pendustaan terhadap hadis-hadisya ini
membawa konsekwensi secara langsung bahwa pernah terjadi upaya
pendustaan terhadap nabi semasa hidupnya, tentunya pendustaan ini juga aan
lebih mudah terjadi dan pasti akan terjadi pada masa sesudah wafat nabi.
Hasyim Ma’ruf Amin asyi Syi’i dengan keyakinana ke syi’ahannya lebih
tegas menyatakan bahkan meyakini bahwa peristiwa pendustaan terhadap
rasulullah pernah tersebar di kalangan para sahabat nabi dan terjadi pada masa
nabi.Selanjutnya dia mengatakan bahwa tidak mungkin Rasulullah
mengeluarkan pernyataan yang bernada keprihatinan, peringatan, bahkan
ancaman terhadap adanya pendustaan terhadap dirinya, kalau tidak di dahului
oleh adanya gerakan-gerakan yang telah dilakukan sebelumnya oleh
masyarakat generasi sahabat dengan membuat buat riwayat dusta tentang nabi
yang belum pernah dilakuakn oleh nabi sendiri. Upaya yang telah terjadi inilah
yang menyebabkan nabi mengeluarkan nabi mengeluarkan pernyataan hadis
diatas dalam bentuk keprihatinan, peringatan serta ancaman.
Pendapat kedua. Diungkap oleh Akram Al-Umari,Ia menyatakan bahwa
gerakan pemalsuan hadis mulai terjadi sejak paroh kedua dari ke kahalifahan
Utsman ibnu Affan.Salah satu hadis yang ada pada waktu itu adalah riwayat
ibnu addis yang meriwayatkan :
18
Muhammad Najib,dari Sahih muslim, Dar fikri, Beirut,1992. opcit, hal. 48

11
‫ونعهل عثمان أضر من عبيدة‬
Artinya : Sandal Usman lebih sesat daripada Ubaidah
Dengan riwayat ini bisa di duga,bahwa Ibnu Addis adalah orang yang pertama
melakukan pemalsuan hadis.
Pendapat ketiga, diungkapkan oleh Abu Syuhbah dan Abu Zahu. Kedua
tokoh ini mengmbil dasar pendapatnya dari masa terjadinya penyusupan
musuh-musuh Islam, ketika umat Islam melemah dan mulai terjadinya masa
alfitnah ( kekacauan ) pada periode kepemimpinan Utsman. Masa kekacauan
dan penyusupan ini dimamfaatkan oleh kaum zindik dengan menhembuskan
paham yang saling megadu domba. Kelompok Syi’ah di hembusi paham yang
mengagungkan Ali, kelompok khawarij di hembusi paham yang memusuhi Ali
dan Mu’awiyah dan lainnya.
Kalau kita lihat keterangan di atas, ternyata kemunculan hadis maudhu’ itu
juga tidak terlepas dari perkembangan politik yang sangat kental antara umat
sesame Islam, khusunya mereka mereka yang berambisi dan mempunyai
maksud terselubung agar umat semakin pecah dan Islam menjadi lemah, juga
harus diakui bahwa semangat mengadu domba antara sesama umat Islam
dengan menghembuskan paham kebencian antara pengikut Ali dengan yang
menentang Ali.
Sebagaimana yang juga di ulas oleh Dr. Subhi Asshalih dalam bukunya
Membahas Ilmu-ilmu Hadis, halaman 223, dikatakan “ Munculnya pemalsuan
hadis ini dimulai sejak tahun 41 H, ketika kaum muslimin saling berselisih dan
berpecah-pecah dalam beberapa kelompok: Mayoritas kaum muslimin,
Khawarij dan Syi’ah. Mereka banyak mengarang hadis untuk kepentingannya
sendiri, setiap aliran mementingkan keunggulannya sendiri. Ini merupakan
pendorong terjadinya pemalsuan hadis. Pada berbagai masa orang-orang suka
menurtkan kesenangan nafsu, terus menerus berusaha mengada ada melakukan
seperti itu. Bahkan dengan mengatasnamakan Rasulullah SAW sehingga
Abdullah bin Yazid al Muqri, berkata : ”Ada seorang laki-laki ahli bid’ah
setelah bertaubat berkata : ”perhatikanlah hadis dari siapa kalian
mengambilnya, sebab biasanya kami (Ahli bid’ah), bila telah menetapkan suatu

12
pendapat, kami menjadikannya sebagai hadis”. Sementara itu, Muhammad bin
Salamah berkata :”Seorang guru dari golongan Rafidhah memberitahukan
kepadaku bahwa mereka saling mengadakaan pertemuan untuk memalsukan
hadis”.
E. Tingkatan hadis maudhu’
Dalam buku Hadis Maudhu’ Dr. Muhammmad Najib halaman 48 di
katakan , bahwa terdapat perbedaan pendapat di kalangan para ulama tentang
pandangan mereka dalam menentukan bobot kemaudhu’an sebuah hadis.
Perbedaan itu timbul karena adanya perbedaan pendekatan atau metode
penilaian. Kategorisasi dapat dilihat dari subjek penilai (Ulama) maupun objek
yang di nilai ( wujud hadisnya sendiri ).
Namun menurut imam Adzzahabi, hadis maudhu’ mempunyai tiga tingkatan :
1. Hadis maudhu’ yang di nilai kemaudhu’annya disepakati secara bulat oleh
para muhaddisin. Kedustaan riwayatnya di ketahui berdasarkan indikasi
yang terdapat di dalam bentuk periwayatannya yaitu berupa pengakuan
rawi atau hasil pengujian dari berbagai aspek
2. Hadis maudhu’ yang dinilai kemaudhu’annya ditetapkan berdasar
kesepakatn mayoritas ulama, bukan kesepakatan bulat seluruh ulama,
sementara sebagaian ulama lain menilai hadis itu bukan maudhu’ tetapi
hadis yang diantara syarat kesahihannya ada yang gugur saja
3. Hadis Maudhu’ yang nilai kemaudhu’annya diperselisihkan para
muhaddisin . Jumhur Ulama menilai hadis ini sebagai hadis yang di duga
maudhu’ (wahm al maudhu’) sebagian ulama menilai hadis ini sebagai
hadis yang dusta ( al kizb)19
F. Kaidah-kaidah yang di pakai untuk mengetahui hadis maudhu’
Dr. Subhi as Salih, dalam bukunya Membahas Ilmu-ilmu hadis, halaman
230 mengatakan :”Pernah di tanyakan kepada Imam ABdullah bin al
Mubarak,”Untuk apakah hadis-hadis maudhu’ ini dibuat?” Ibnul Mubaraq
menjawab:”Untuk itulah para cendekiawan hidup”, firman Allah swt,
sesungguhnya kamilah yang menrunkan al Qur’an , dan sesungguhnya kami

19
Muhammad Najib,Ibid. hal.48

13
benar-benar memeliharanya” Al Hijir:9). Memang , sebenarnya para
cendekiawan hidup untuk itu, mereka menciptakan metode ilmiah yang rumit,
yang bisa digugunakan untuk membedakan riwayat yang shahih dengan hadis
yang rekaan. Kaidah-kaidah metode ini cukup banyak , tetapi yang paling
terkenal ada lima, yang salah satunya saja cukup untuk menetapkan
kemaudhu’an suatu hadis. Kaidah itu adalah :
Kaidah Pertama : pengakuan pembuatnya sendiri bahwa ia telah
membikin- bikin hadis, seperti yang dilakukan oleh Abu Ishmah Nuh bin Abi
Maryam yang mendapat julukan Nuh al jami’ . ia mengaku telah memalsukan
beberpa hadis tentang keutamaan al Qur’an surat demi surat, yang ia sandarkan
kepada Ibnu Abbas
Kaedah kedua: Jika terdapat kejanggalan dalam redaksi atau kelemahan
pada makna , itu adalah hal yang mustahil keluar dari orang yang paling fasih,
yakni nabi Muhammmad SAW. kaidah ini mudah di mengerti oleh orang-
orang yang menggeluti bidang tersebut.karena sebuah hadis -sebagaimana
dikatakan oleh Ar-Rabi’ bin Jutsaim-“terang bagaikan terangnya siang, bila
anda mengenalnya, tetapi , kelam bagaikan geap malam , bila anda tidak
mengenalnya”.
Kaidah ketiga: Jika tidak di riwayatkan itu bertentangan dengan akal atau
perasaan atau persaksian , tanpa dapat di ta’wil. Pernah di tanyakan kepada
Abdurahman bin Zaid: “Apakah ayahmu menceritakan sebuah hadis kepadamu
yang bersumber darika kekmu, bahwa rasululah SAW bersabda :”Perahu nabi
Nuh mengitari baitullah dan melakukan shalat dua rakaat di belakang maqam
Ibrahim?” jawabnya “Ya”.
Hadis ini dibuat-buat oleh Abdurahman bin Zaid bin Aslam, seorang yang
terkenal suka berbohong dan mengada-ada. Dalam Attahzib di sebutkan ,
mengutip dari imam Syafi’i: ”Seseorang menuturkan sebuah hadis munqathi’
kepada imam Malik ,lalu imam Malik berkata :”pergilah kepada Abdurahman
bin Zaid, ia akan menceritakan kepadamu dari ayahnya yang bersumber dari
nabi Nuh” .

14
Kaidah keempat : Jika periwayatannya itu memuat ancaman keras
terhadap perkara kecil, atau janji besar terhadap perkara sepele, seperti
langgeng di dalam sorga yang di bawahnya mengalir-sungai dan di kerumuni
oleh seribu bidadari, bagi orang-orang yang mengerjakan amalan sunat atau
meninggalkan perkara makruh, atau : Abadi di dalam neraka jahanam disertai
kemurkaan dan kemarahan
Allah, hanya lantaran meninggalkan amalan sunat atau melakukan perbuatan
makruh.
Kaidah ke lima: Jika pemalsu hadis itu terkenal memang suka berdusta,
tipis Iman agamanya, tidak takut membuat buat hadis dan memalsukan sanad-
sanad demi menuruti keinginan pribadi.20
G. Pemberantasan hadis palsu dan media terpenting yang digunakan
Dalam buku Ulum al Hadis karangan Dr. Nuruddin Itr, halaman 76
dikatakan : Para ulama mengambil langkah untuk memerangi pemalsu hadis
dan menghindarkan bahaya para pemalsu. Untuk itu, mereka menggunakan
pelbagai metodologi yang cukup unik yang kesimpulannya sebagai berikut :
1. Meneliti karakteristik para perawi dengan mengamati langkah tingkah laku
dan riwayat mereka, sehinggga mereka rela meninggalkan keluarga dan
tanah airnya/. Mereka rela dengan sedikit bekal dan pakaian usang dalam
mencari sunnah dan mengenal para rawinya, sehingga mereka dapat
membedakan antara rawi yang tsiqat dan rawi yang jujur, tetapi mengalami
kekacauan hafalannya, serta rawi yang pendusta dan fasik. Hal ini dapat
mereka ketahui melalui penerapan tolak ukur yang dapat menentukan
keadilan dan kedhabitan rawi.
2. Memberi peringatan keras kepada para pendusta, dan mengungkap
kejelekan mereka , mengumumkan kedustaan mereka kepada para pemuka
masyarakat.
3. Pencarian sanad hadis, sehinggga mereka tidak menerima hadis yang tidak
bersanad, bahkan hadis yang demikian mereka anggap sebagai hadis yang
batil. Sedangkan hadis hadis yang bersanad masih di teliti sanad dan

20
Dr. Subhi assalih, Membahas ilmu-ilmu hadis,(terj) Dar al Ilmi, Malayin, Beirut, 1977, hal, 230

15
matannya berdasarlan kriteria penerimaan hadis dan kaidah kaidah yang
berlaku baginya.
4. Menguji kebenaran hadis dengan memperbandingkannya dengan riwayat
yang melalui jalur lain, dan hadis hadis yang telah diakui keberadaannya.
Dengan langkah ini dapat diketahui hal hal yang mencurigakan dalam hadis
yang bersangkutan atau cacat yang timbul dari rawi yang jujur.
5. Menetapkan pedoman pedoman untuk mengungkap hadis maudhu’
6. Menyusun kitab himpunan hadis-hadis maudhu’ untuk memberi
penerangan dan peringatan kepada masyarakat tentang keberadaan hadis
hadis maudhu’.
Yahya bin Sa’id berkata, “aku bertanya kepada Syu’bah, Sufyan al Tsauri,
Malik bin Anas, dan Syufyan bin Uyainah tentang seseorang yang di curigai
dalam meriwayatkan hadis atau tidak hafal dengan baik, mereka menjawab,
“jelaskan keadaannya itu kepada manusia”
H. Beberapa Hadis Yang dinyatakan Maudhuk

Sehubungan dengan fatwa yang dikeluarkan oleh pihak Rabitah Al-


Alam Al-Islami itu, beberapa orang ulama dari kalangan Wahabiyah telah
berusaha menyenaraikan hadis-hadis berikut sebagai hadis-hadis yang telah
dikenal pasti sebagai hadis maudhuk atau hadis reka-rekaan orang lalu
disandarkan kepada Nabi SAW perkataannya, pada hal Nabi SAW tidak
pernah sekali-kali menyebutkan seperti yang demikian. Kebanyakan pendapat
mereka ini adalah dengan merujuk kepada tulisan Ibnul Jauzi. Antara hadis
yang muktamad dimasukkan oleh puak Wahabi sebagai hadis maudhuk itu,
antaranya adalah seperti berikut:

1.Dari Sayidina Ali bin Abi Talib KMW, sabda Nabi SAW,

“Akan keluar seorang lelaki dari seberang sungai yang dikatakan Al-Haris
bin Harras, yang di hadapannya ada seorang lelaki yang dikatakan Al-
Mansur, dialah yang akan memudahkan urusan atau membela keluarga Nabi
SAW seperti pihak Quraisy yang membela Rasulullah SAW. Wajib setiap
mukmin menolongnya.” Atau baginda bersabda, “Wajib setiap orang mukmin
menerimanya.”

16
2.Dari Abdullah RA, dia berkata,

“Ketika kami sedang berada bersama-sama Rasulullah SAW, datang


sekumpulan anak-anak muda dari Bani Hasyim. Apabila melihat mereka, tiba-
tiba air mata baginda berlinang dan wajahnya berubah. Abdullah berkata, aku
bertanya, “Kami melihat sesuatu yang tidak kami senangi pada wajahmu?”
Maka baginda menjawab, “Kami adalah Ahlulbait yang Allah telah memilih
bagi kami kehidupan akhirat lebih daripada kehidupan dunia. Sesungguhnya
ahli keluargaku, sepeninggalanku nanti akan menerima bala bencana
pengusiran dan pembuangan, sehingga datanglah suatu kaum dari arah Timur
yang membawa Panji-panji Hitam. Mereka meminta kebaikan tetapi tidak
diberikannya, lalu mereka berjuang dan menang, lalu diberikanlah apa yang
mereka minta itu tetapi mereka tidak menerimanya sehinggalah mereka
menyerahkan kepemimpinan itu kepada salah seorang lelaki dari ahli
keluargaku. Dia lalu memenuhinya dengan berbuat adil, seperti sebelumnya
yang dipenuhi dengan kezaliman. Barang siapa di antara kamu semua yang
menjumpai hal-hal tersebut, hendaklah dia mendatangi mereka walaupun
terpaksa merangkak di atas salji.”

3.Dari Abu Hurairah RA berkata, Rasulullah SAW bersabda,

“Akan keluar dari Khurasan Panji-panji Hitam. Maka (Panji-panji Hitam itu)
tidak dapat ditolak oleh sesuatu apa pun sehinggalah ditancapkan di Ilya’.”

4.Sabda Rasulullah SAW,

“Terdapat banyak pasukan tentera selepasku kelak. Kamu hendaklah


menyertai pasukan tentera yang datang dari arah Khurasan.”

5.Dari Muaz bin Jabal RA, dari Nabi SAW bersabda,

(Jarak masa antara) Malhamatul ‘Uzma, penaklukan Konstantinopel


(Eropah) dan keluarnya Dajjal adalah dalam masa tujuh bulan.”

6.Ammar bin Yasir RA menyatakan,

“Apabila orang suci (Nafsuz Zakiyah) itu terbunuh, satu seruan dari langit
akan kedengaran, “Pemimpin kamu semua adalah si dan si anu.”
Berikutnya, Al-Mahdi akan memerintah dunia dan memenuhkannya dengan
keadilan dan sama rata.”

17
Untuk mendapatkan penjelasan yang lebih lanjut mengenai taraf hadis-hadis
tersebut dan sanad yang dikatakan ditolak, bolehlah dirujuk kepada penjelasan
yang dibuat oleh Ibnul Jauzi dalam kitabnya Ahadisul Maudhu’at. Semua hadis
di atas telah secara muktamad dimasukkan sebagai hadis maudhuk oleh beliau.21

I. Penutup
Demikianlah makalah sederhana ini di tulis dan di sajikan pada pertemuan
mata kuliah Ulumul hadis yang diasuh Bapak Dr.Luqmanulhakim pada
Program Pascasarjana IAIN Imam Bonjol Padang Tahun 2010. Disadari
sepenuhnya oleh penulis bahwa makalah ini belumlah memenuhi standar
penulisan sebagaimana yang seharusnya, hal ini disebabkan oleh kelemahan
penulis dalam menulis sebuah makalah ilmiah di disamping literature yang
tidak begitu lengkap.
Namun setidaknya hal ini bisa menjadi bahan kajian awal bagi kita sesama
mahasiswa S.2 di IAIN Imam Bonjol Padang sebagai wujud kebersamaan kita
dalam berbagi ilmu dan semangat belajar. Ahirnya penulis mengucapkan
ribuan terima kasih kepada Bapak dosen pembimbing mata kuliah ini dan
kepada rekan rekan sesama mahasiswa yang telah bersedia memberikan
penyempurnaan-penyempurnaan makalah ini, apalah artinya tulisan ini jika
kita tidak saling melengkapi penulisan ini.
Sijunjung, 22 September 2010
Penulis

SALDI NAFRI
DAFTAR KEPUSTAKAAN
1. Munzier Suparta,MA, Ilmu hadis, PT Raja Grafindo Persada, Tahun 2006
2. Muhammad Najib,Dr. Pergolakan politik umat Islam dalam kemunculan
Hadis maudhu’, CV.Pustaka setia, Bandung, cet.1 tahun 2001

21
hadis-hadis-yang-dikatakan-maudhuk-oleh.html - Tembolok

18
3. Nuruddin Ittr,Dr, Ulum al hadis, terjemahan Mujiyo,Dr, cet ke 4 Rosda
group Bandung tahun 1994
4. Subhi Assalih,Dr. Membahas ilmu-ilmu hadis, Pustaka Pirdaus, cet 1 tahun
1993
5. Zainimal,MA, Ulumul hadis, The Minangkabau foundation, cet ke 1 tahun
2005
6. hadis-hadis-yang-dikatakan-maudhuk-oleh.html - Tembolok

19

Anda mungkin juga menyukai