Disusun oleh:
Kelompok 8
Fitri Zahara
Imas Susanti ( )
( )
Lula Hariansyah
(1214.21.19272)
Raudhatul Jannah
( )
2022
Dipindai dengan CamScanner
A.PENDAHULUAN
Al-Quran sebagai sumber hukum Islam yang pokok banyak yang mengandung ayat-ayat yang bersifat
mujmal, mutlak, dan 'am. Oleh karenanya kehadiran hadis berfungsi untuk “tabyin wa taudhih” terhadap ayat-
ayat tersebut. Tanpa kehadiran hadis umat Islam tidak akan mampu menangkap dan merealisasikan hukum-
hukum yang terkndung di dalam al-Quran secara mendalam. Ini menunjukkan hadis menduduki posisi yang
Sungguh pun hadis mempunyai fungsi dan kedudukan begitu besar, namun hadis tidak seperti al-Quran
yang secara resmi telah ditulis pada zaman Nabi dan dibukukan pada masa khalifah Abu Bakar Al-Shiddiq.
Hadis baru ditulis dan dibukukan pada masa Kekhakifahan Umar ibn “Abd Al-Aziz (abadke-2) melalui
perintahnya kepada Gubernur Abu Bakar Muhammad bin 'Amr bin Hamz dan bahkan kepada tabi'I wanita
Kesenjangan waktu antara sepeninggal Rasulullah SAW dengan waktu pembukuan hadis (hampir 1 abad) merupakan
kesempatan yang baik bagi orang-orang atau kelompok tertentu untuk memulai aksinya membuat dan mengatakan sesuatu
yang kemudian dinisbatkan kepada Rasulullah SAW dengan alasan yang dibuat-buat. Penisbatan sesuatu kepada
Rasulullah SAW seperti inilah yang selanjutnya dikenal denga hadis palsu atau Hadist Maudhu'.
B.PEMBAHASAN
“Hadis yang disandarkan kepada Rasulullah SAW secara dibuat-buat dan dusta, padahal
beliau tidak mengatakan, berbuat ataupun menetapkannya”.
ialah: Sebagian, mereka mengatakan bahwa yang dimaksud dengan hadis maudhu'
“Hadis yanh dibuat-buat oleh seseorang (pendusta) yang ciptaan ini dinisbatkan kepada
Rasulullah secara paksa dan dusta, baik sengaja maupun tidak”.2
Jadi hadis maudhu'itu adalah bukan hadis yang yang bersumber dari Rasul atau dengan kata lain bukan
hadis Rasul, akan tetapi suatu perkataan atau perbuatan seseorang atau pihak-pihak tertentu dengan suatu alasan
Para ulama berbeda pendapat tentang kapan mulai terjadinya pemalsuan hadis.
1. Menurut Ahmad Amin, bahwa hadis maudhu' telah terjadi pada masa Rasulullah SAW
masih hidup. Alasan yang dijadikan argumentasi adalah sabda Rasulullah.
“Bagi siapa yang secara sengaja berdusta kepadaku, maka hendaknya dia mengambil
tempat dineraka”.3
Menurutnya, dengan dikeluarkan sabda tersebut, Rasulullah SAW mengira telah ada pihak-pihak yang
ingin berbuat bohong kepada dirinya. Oleh karena itu, hadis tersebut merupakan respon terhadap fenomena
yang ada saat itu, yang berarti menggambarkan bahwa kemungkinan besar pada zaman Rasulullah SAW telah
terjadi pemalsuan hadis. Sehingga Rasulullah SAW mengancam kepada para pihak yang membuat pemalsuan
hadis.
Ahmad Amin juga memaparkan satu hadis yang diriwayatkan oleh Muslim, bahwasanya suatu waktu
Basyir Al-'Adwy menemu Ibnu Abbas, kemudian mereka berbincang-bincang dan Basyir berkata dengan “Telah
bersabda Rasulullah SAW.....”.Akan tetapi Ibnu Abbas mengacuhkan hadisnya dan tidak memperhatikan apa
yang dikatakannya. Kemudian ia berkata: “Wahai putra Abbas, perhatikanlah aku. Tak maukah engkau
mendengarkan hadisku? Aku beritahukan kepadamu hadis dari Rasulullah SAW, tapi engkau tidak
mendengarkanku!” Ibnu Abbas berkata: “Kita itu hidup dalam satu masa.Jika adaseseoran berkata “Telah
bersabda Rasulullah SAW' maka aku akan bersegera kesana, perhatian dan keinginanku akan mengarah ke
sana. Maka ketika seseorang itu tidak bisa menjangkaunya maka ia tidak akan meriwayatkan kecuali ia benar-
benar sudah tahu” Ahmad Amin juga memaparkan bajwa semenjak Islam melakukan penaklukkan ke berbagai
daerah dan berbondong-bondong masuk Islam,maka sebenarnya dari situ potensi melakukan pemalsuan
3 Hadis ini mutawatir yang diriwayatkan lebih dari 60 sahabat , bahkan ada yang mengatkan lebih dari 200 sahabat.
2. Shalah Al-Din Al-Dlabi mengatakan bahwa pemalsuan hadis berkenaan dengan masalah keduniaan telah
terjadi pada masa Raulullah SAW. Alasan yang dia kemukakan adalah hadis riwayat Al-Thahawi (w. 321
H/993 M) dan Al-thabrani (w. 360 h/971 M). dalam kedua hadis tersebut dinyatakan bahwa pada masa nabi
ada seseorang telah membuat berita bohong mengatasnamakan nabi. Orang itu mneyelesaikan suatu
masalah di suatu kelompok masyarakat di sekitar Madinah. Masyarakat tersebut lalu mengirim utusan
kepada nabi untuk mengkonfirmasikan berita utusan dimaksud. Ternyata nabi tidak pernah mnyuruh
seseorang mengatasnamakan beilau itu. Nabi lalu menyuruh sahabatnya untuk membunuh orang yanng
bohong, seraya berpesan, apabila ternyata orang yang bersangkutan telah meninggal dunia, maka jasad
orang itu agar dibakar. Dalam hadis ini, baik yang diriwayatkan Thahawy atau Al-Thabrayy ternyata
sanadnya lemah (dha'if). Karena itu kedua riwayat tersebut tidak dapat dijadikan dalil.
Berdasarkan data sejarah yang ada, pemamlsuan hadis tidak hanya dilakukan oleh orang-orang Islam, akan
tetapi juga dilakukan oleh orang orang-orang non-Islam. Ada bebrapa motif yang mendorong mereka memuat hadis
Perpecahan umat Islam yang diakibatkan politik yang terjadi pada masa kekhalifahan 'Ali bin Abi Thalib
besar sekali pengaruhnya terhadap perpecahan umat ke dalam ebberapa golongan dan kemunculan
hadis-hadis palsu. Masing-masing golongan berusaha mengalahkan lawan dan mempengaruhi orang-
orang dengan membawa-bawa Al-Quran dan sunnah. Sungguh sangat disayangkan! Konflik-konflik
politik telah menyeret permasalahan keagamaan masuk ke dalam arena perpolitikan dan membawa
pengaruh juga pada madzhab-madzhab keagamaan. Pada akhirnya masing-masing kelompok berusaha
mencari dalilnya ke dalam Al-Quran dan sunnah, dalam rangka mengunggulkan kelompok atau
madzhabnya masing-masing. Ketika tidak ditemuinya, maka mereka mulai membuat pernyataan-
pernyataan yang disandarkan pada Nabi SAW.Dari sinilah
hadis palsu mulai berkembang. Materi hadis palsu yang pertama mengangkat
Menurut Ibnu Abi Al-Haddad dalam 'syarah Nahj Al-Balaghah', sebagaimana dikutip dari oleh Mushthafa Al-Siba'I,
bahwa pihak yang pertama-tama membuat hadis palsu adalah dari golongan Syi'ah dan kelompok Ahlu Al-Sunnah
menandinginya dengan hadis-hadis lain yang jugamaudhu'.5
“Agama itu untuk ahli Hadis, percakapan dan menghayal untuk ahli ra'yi dan kebohongan itu untuk
golongan Rafidah”.
Kaum Zindik termasuk kaum golongan yang membenci Islam,baik Islam sebagai Agama atau sebagai
dasar pemerintahan. Musthafa A-Siba'I juga berpendapat demikian. Bahkan ia menepis anggapan bahwa ada hadis
yang dibuat oleh Khawarij dan kaum Zindiq. Ia meragukan riwayat ini bila dinisbatkan pada Ibn Mahdy, karena
perkataan tersebut tidak argumentatif. Selain itu, tidak disebutkan siapa yang telah menyusunnya?, kapan dan
bagaimana kakum zindiq dan khawarij lebih dulu kemudian disetujui oleh golongan zindiq ini?, dan lain sebagainya.
Oleh karena itu, Musthafa Al-Siba'i kemudian mengajukan dalil bahwa “hadis” tersebut adalah buatan kelompok
zindiq. Seorang zindiq telah mengaku di hadapan khalifah Al-Mahdi bahwa dirinya telah tersebar di kalangan
masyarakat.6 Hammad bbin Zaid mengatakan “hadis yang dibuat kaum Zindik ini berjumlah 12.000 hadis.?
Contohnya hadis yang dibuat oleh golongan Zindiq ini antara lain:
“Melihat wajah cantik termasuk ibadah”.8
6Ibid,hlm.2017-208.
Mereka membuat hadis palsu karena didorong oleh sikap ego dan fanatik buta serta ingin menonjolkan
seseorang, bangsa , kelompok atau yang lain. Golongan Al-Syu'ubiyah yang fanatik terhadap bahasa Persi
mengatakan:
“Apabila Allah murka, maka Dia menurunkan wahyu dengan bahasa Arab dan apabila senang
maka alan menurunkannya dengan bahasa Persi”.9
Golongan ynag fanatik kepada madzhab Abu Hanifah pernah memuat hadis palsu “Di kemudian hari akan
ada seorang umatku yang bernama Abu Hanifah bin Nu'man. Ia ibarat obor bagi umat-Ku”
Mereka melakukan pemalsuan hadis ini guna memperoleh simpatik dari pendengarnya dan agar mereka
kagum melihat kemampuannya. Hadis yang mereka katakan terlalu berlebihan dan tidak masuk akal. Sebagai
“Barangsiapa yang mengucapkan kalimat Allah akan menciptakan seekor burung (sebagai
balasan dari tiap-tiap kalimat) yang paruhnya terdiri dari emas dan bulunya dari marjan”.
9Ibid.hlm.87.
menulis pada pintu rumah nya “Maha suci Allah yang tidak memerlukan teman yang baik dan tidak pula
seorang pun yang duduk menemani-Nya di 'Arsy-Nya'10
Munculnya hadis-hadis palsu dalam masalah fiqih dan ilmu kalam ini berasal dari para pengikut
mazdhab. Mereka berani melakukan pemalsuan hadis karena didorong sifat fanatik dan ingin
menguatkan madzhabnya masing-masing."
a. Siapa yang mengangkat kedua tangannya dalam shalat, maka shalatnya tidak sah.
b. Jibril menjadi Imamku dalam shalat di Ka'bah, ia (Jibril) membaca basmalah dengan nyaring.
d. Semua yang ada di bumi dan langit serta di antara keduanya adalah makhluk, kecuali Allah dan Al-
Quran. Dan kelak akan ada di antara umatku yang menyatakan “al-Quran itu makhluk”. Barang siapa
yang menyatakan demikian, niscaya ia telah kufur kepada Allah Yang Maha Agung dan saat itu pula
jatuhkan talak kepada istrinya.
Dalam kitab Tafsir Al-Tsa'laby, Zamakhsyari dan Baidhawy terdapat banyak hadis palsu.12 Begitu juga
dalam kitab Ihya 'Ulum Al-Din.13
7. Menjilat Penguasa
Ghiyas bin Ibrahim merupakan tokoh yang banyak ditulis dalam kitab hadis sebagai pemalsu hadis
tentang “perlombaan”. Matan asli bersabda Rasulullah berbunyi:
11Ibid,hlm.215.
13
Mahdy. Setelah mendengar hadis tersebut, Al-Mahdy memberikan hadiah sepuluh ribu dirham, namun
ketika Ghiyas membalik hendak pergi, Al-Mahdy menegurnya, seraya berkata “aku yakin itu
sebenarnya merupakan dusta atas nama Rasulullah. Menyadari akan hal itu, saat itu juuga Khalifah
memerintahkan untuk menyembelih burung merpatinya.
Dipindai dengan CamScanner