PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah satu di antara sederetan musibah atau fitnah besar yang pernah
menimpa umat Islam sejak abad pertama hijriah adalah tersebarnya hadits-hadits
dha'if dan maudhu, di kalangan ummat. Hal itu juga menimpa para ulama
kecuali sederetan pakar hadits dan kritikus yang dikehendaki Allah seperti Imam
Ahmad, Bukhari, Ibnu Muin, Abi Hatim ar-Razi, dan lain-lain. Tersebarnva
hadits-hadits semacam itu di seluruh wilayah Islam telah meninggalkan dampak
negatif yang luar biasa, di antaranya adalah terjadinya kerusakan segi akidah
terhadap hal-hal gaib, segi syariat, dan sebagainya.
Para ulama hadits telah melakukan penelitian dan menjelaskan keadaan
hadits-hadits Rasulullah dengan menghukuminya sebagai hadits sahih, dha'if, dan
maudhu'. Para ulama pun membuat aturan dan kaidah-kaidah, khususnya yang
berkenaan dengan ilmu tersebut. Siapapun yang berpengetahuan luas dalam ilmu
ini akan mudah mengenali derajat suatu hadits, sekalipun tanpa adanya nash'.
Inilah yang dikenal dengan nama ilmu Mushthalah Hadits.
Namun sangat disayangkan, kebanyakan generasi penerus baik ulama
maupun para penuntut ilmu tidak mau menyempatkan membaca kitab-kitab yang
telah ditulis oleh ulama hadits tersebut dengan serius. Itulah sebabnya, generasi
masa kini kebanyakan tidak tahu derajat hadits yang telah mereka hafal di luar
kepala, yang dibaca dan pelajari dalam berbagai kitab yang tidak menyebutkan
dengan rinci kedudukan hadits yang bersangkutan. Karena itu, dewasa ini, sering
terdapati hadits dha'if atau maudhu' diutarakan dalam ceramah, artikel di media
massa, atau bahkan ditulis dalam kitab-kitab.
Tentu saja hal tersebut sangat berbahaya, mengingat Rasulullah SAW
pernah bersabda:
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Hadits Maudhu
Al-Maudhu secara bahasa merupakan isim maful dari - ,
kata yang mempunyai arti al-isqath (meletakkan atau memyimpan). Kata AlMaudhu juga bermakna (al-iftira) meninggalkan, (wa al-ikhtilaq) mengada-ada
dan membuat-buat (Suparta, 2010).
Sementara secara istilah ulama ahli hadits mendefinisikan hadits maudhu
sebagai :
Hadits yang disandarkan kepada Rasulullah saw secara dibuat-buat dan dusta,
padahal Beliau tidak mengatakan dan melakukannya, berbuat ataupun
melakukannya.
Dan ada juga yang mendefinisikan sebagai :
Hadits yang diciptakan dan dibuat seseorang (pendusta) yang ciptaan ini yang
dinisbatkan pada Rasulullah saw secara paksaan dan dusta, baik sengaja
maupun tidak (Khon, 2009).
Hadits maudhu adalah hadits yang disandarkan kepada Rasulullah SAW,
dengan dusta dan tidak ada kaitan yang hakiki dengan Rasulullah. Bahkan,
sebenarnya ia bukan hadits, hanya saja para ulama menamainya hadits mengingat
adanya anggapan rawinya bahwa hal itu adalah hadis (Nuruddin, 2012).
Dari beberapa definisi di atas dapat dipahami bahwa, hadits maudhu
adalah hadits yang bukan disandarkan kepada Rasulullah Saw, atau dengan kata
lain bukan hadits Rasul, akan tetapi suatu perkataan atau perbuatan seseorang
atau pihak-pihak tertentu dengan suatu alasan kemudian dikaitkan kepada Rasul.
Tiga golongan yang dapat dipercaya, yaitu saya (Rasul), Jibril, dan
Muawiyah. Kamu termaksud golonganku dan Aku bagian dari kamu.
Sedangkan golongan Khawarij menurut data sejarah tidak pernah
membuat Hadits palsu (Suparata, 2010).
2. Adanya kesengajaan dari pihak lain untuk merusak ajaran Islam
Golongan ini adalah terdiri dari golongan Zindiq, Yahudi, Majusi, dan
Nasrani yang senantiasa menyimpan dendam terhadap agama islam. Mereka
tidak mampu untuk melawan kekuatan islam secara terbuka maka mereka
mengambil jalan yang buruk ini. Mereka menciptakan sejumlah besar hadits
maudhu dengan tujuan merusak ajaran islam.
Faktor ini merupakan faktor awal munculnya hadits maudhu. Hal ini
berdasarkan peristiwa Abdullah bin Saba yang mencoba memecah-belah umat
Islam dengan mengaku kecintaannya kepada Ahli Bait. Sejarah mencatatbahwa
ia adalah seorang Yahudi yang berpura-pura memeluk agama Islam. Oleh sebab
itu, ia berani menciptakan hadits maudhu pada saat masih banyak sahabat
ulama masih hidup.
Tokoh-tokoh terkenal yang membuat hadits maudhu dari kalangan
orang zindiq ini, adalah:
a. Abdul Karim bin Abi Al-Auja, telah membuat sekitar 4000 hadits maudhu
tentang hukum halal-haram. Akhirnya, ia dihukum mati olen Muhammad bin
Sulaiman, Walikota Bashrah.
b. Muhammad bin Said Al-Mashlub, yang akhirnya dibunuh oleh Abu Jafar
Al-Mashur.
c. Bayan bin Saman Al-Mahdy, yang akhirnya dihukum mati oleh Khalid bin
Abdillah. [5]
3. Perbedaan Ras dan Fanatik Golongan
Mereka ingin membuat hadits palsu (Maudhu) karena didorong oleh
sikap ego dan fanatik buta serta ingin menonjolkan seseorang, bangsa,
kelompok atau yang lainnya. Golongan Al-Syuubiyah yang fanatik terhadap
bahasa Persia mengatakan yang Artinya: Apabila Allah murka, maka Dia
menurunkan Wahyu dengan bahasa Arab dan apabila senang maka akan
menurunkannya dengan bahasa Persia (Ash Shiddieqy, 1999).
Untuk mengimbangi hadits maudhu di atas muncullah dari lawannya
yang fanatik bahasa Arab, yang artinya Bahasa yang paling dimurkai Allah swt
adalah bahasa Persia dan bahasa penghuni surga adalah bahasa Arab (Khon,
2009).
4. Qashshash (tukang cerita/ pendongeng)
Para pendongeng ini berusaha agar dapat memikat para pendengar, oleh
sebab itu mereka membuat cerita yang lucu-lucu dan aneh-aneh guna menarik
perhatian orang-orang disekitarnya, dengan membuat hadits-hadits palsu
(Mutaal, dkk., 2005).