Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH ULUMUL HADITS

TABI’IN DAN MUHADROM

Dosen Pengampu : Ahmad Bastari

Di Susun Oleh : Kelompok 7


Joko Wardoyo 2331030054
Maulana Halim Hafiz 2331030041
Jecky Pratama 2331030065

Pragram Studi Ilmu Al Qur’an Dan Tafsir


Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama-Agama
Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung
Tahun Ajaran 2023/2024
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, kami
panjatkan puji dan syukur atas kehadiran-Nya yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan
rahmat-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah Filsafat Ulumul
Hadits.

Adapun makalah Filsafat Ulumul Hadits ini telah kami usahakan semaksimal
mungkin dan tentunya dengan bantuan berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar
pembuatan makalah ini. Untuk itu kami tidak lupa menyampaikan banyak terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam pembuatan makalah ini
Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadar sepenuhnya bahwa ada kekurangan
baik dari segi penyusun bahasanya maupun segi lainnya. Oleh karena itu dengan lapang dada
dan tangan terbuka kami membuka selebar lebarnya bagi pembaca yang ingin memberi saran
dan kritik kepada kami sehingga kami dapat memperbaiki makalah Ulumul Hadits ini.
Akhirnya penyusun mengharapkan semoga dari makalah Ulumul Hadits ini dapat di
ambil hikmah dan manfaatnya sehingga dapat memberikan Pelajaran Hidup terhadap
pembaca.

Jati Agung,30 Maret 2024

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sudah merupakan kesepakatan kaum muslimin bahwa al-Hadits merupakansumber


syariat islam kedua setelah al-Qur-an. Oleh karenamempelajari haditshadits Rasulullah-
shallallahu 'alaihi wasallam- merupakan kewajiban sebagaimanamempelajari al-Qur-an.Demi
menyempurnakan pengkajian kita terhadap hadits-haditsNabi Muhammad -shallallahu 'alaihi
wasallam-, dan memudahkan dalam menelaahsunnah yang diwariskan oleh beliau, serta
mampu memilah antara yang shahih danyang dha'if dari hadits dan sunnah tersebut, maka
dibutuhkan wasilah khusus yangbisa merealisasikan hal tersebut, wasilah tersebut adalah
'Ulumul Hadits.

'Ulumul Hadits merupakan ilmu mulia, barasiapa yang mahir dalam disiplin, maka
sungguh telah mendapatkan kebaikan yang besar, karena ilmu ingmerupakan kunci pokok
untuk mempelajari hadits-hadits Nabi, barangsiapa yangmempelajarinya maka akan banyak
berinterakasi dengan sunnah-sunnah Rasulullah,sehingga sangat berpotensi untukmengenal
sunnah beliau, bahkan tidakmenutup kemungkinan akan terbangun sebuah kemampuan yang
luar biasa, yaitukeahlian dalam memilah hadits shahih dan hadits dhaif. Oleh karena itu,
dalammakalahkami akan membahas mengenai urgensi kajian ulumul hadits.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Tabi’in ?
2. Apa penegertian Mukhadrom ?
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Tabi’in dan Sifat Tabi’in


1. Pengertian Tabi’in

Tabi’i adalah seseorang yang berkumpul dengan sahabat dalam keadaan beriman pada
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan meninggal dalam keadaan beriman. Tabi'in yang
dikehendaki dalam ilmu Hadits, adalah:

"Orang-orang Islam yang bertemu dengan shahabat-shahabat Nabi saw., dan mati dalam
beragama Islam".

Dengan perkataan lain boleh kita berkata:

"Tabi'in itu, adalah pengikut-pengikut Shahabat yang beragama Islam sampai matinya".
Tabi'in tidak sezaman dengan Nabi saw.

Sebagaimana Shahabat, maka Tabi'in pun boleh dibagi tiga golongan:

1. Kibarut-Tabi'in: artinya Tabi'in yang besar, yaitu Tabi'in yang banyak meriwayatkan Hadits
dari Shahabat, seperti:

 Basyir bin Nahik as-Sadusi


 Humaid bin Hilal al-'Adwi
 Zaid bin Wahb Abu Sulaiman al-Kufi,
 Rib'i bin Hirasy
 Said bin al-Musaiyyab,
 Abul-Aswad ad-Dili.³)

Untuk seorang disebut: Tabi'i Kabir.

2. Ausathut-Tabi'in artinya: Tabi'in pertengahan, yakni Tabi'in yang tidak begitu sering
bergaul dengan Shahabat dan tidak begitu banyak menerima Hadits dari mereka, seperti:

 Muhammad bin Ibrahim at-Taimi,4)


 Kuraib, hamba Ibnu 'Abbas.5)

Untuk seorang disebut: Tabi'i Wasath.


3. Shigharut-Tabi'in; artinya: Tabi'in yang kecil, yakni: Tabi'in yang sedikit sekali berkumpul
dengan Shahabat, dan sedikit pula meriwayatkan Hadits dari mereka, seperti:

 Manshur bin al-Mu'tamir al-Kufi


 Tubah bin Abil-Asad al-Anbari,
 Al-Ja'd bin Abdurrahman,
 Ashim bin Sulaiman al-Ahwal,
 Hisyam bin 'Urwah bin az-Zubair,
 Ma'ruf bin Khurrabudz al-Makki.

Untuk seorang dikatakan Tabi'i Shaghir.

2. Sifat Tabi’in

Di antara Tabi'in itu, ada orang yang bersifat kepercayaan, dan ada yang tidak
kepercayaan, atau lemah.

Oleh karena itu, tiap-tiap Tabi'i yang terdapat dalam sanad, harus kita periksa lebih dahulu
sifat-sifatnya.

Tabi'in yang lemah

1. Khalid bin 'Urfuthah,


2. Khumail bin Abdurrahman,
3. Ziad bin Umaiyah,
4. Sa'd bin Sa'id,
5. Sa'id bin Zaum,
6. Samurah bin Sahm,
7. Abdullah bin Zuhal,
8. Abdullah bin Mu'aniq.
B. Pengertian Mukhadrom

Al-Mukhadlramun (Al-Mukhadlramin) artinya: orang-orang yang hidup separuh umur di


masa Jahiliyah, dan separoh di masa sesudah timbul agama Islam.

Menurut istilah ahli Hadits, yang dikatakan Mukhadlramin itu ialah:"Orang-orang yang hidup
di zaman Jahiliyah dan di zaman Nabi saw., dan masuk Islam, tetapi tidak pernah melihat
Nabi atau melihat Nabi sebelum ada Islam".

Untuk seorang disebut: Mukhadıram. Mukhadlramin itu, ada dua golongan:

1. ada yang masuk Islam ketika Nabi saw. masih hidup.

2. ada yang masuk Islam sesudah Nabi saw. wafat.

Berikut ini, saya unjukkan beberapa orang Mukhadlramin dari dua-dua golongan:

1. Golongan yang masuk islam Ketika Nabi Muhammad SAW.masih hidup


 Zaid bin Wahb,
 Qais bin Abi Hazim,
 Abu Muslim al-Khaulani,
 Abu 'Abdillah adl-Dliba'i,
 Suwaid bin Ghaflah,
 'Amr bin Maimum al-Azdi,
 Harim bin Quthbah.
2. Golongan yang masuk islam Ketika Nabi Muhammad SAW.telah wafat.
 Jubair bin Nufail,
 Badr bin 'Amir al-Hadzali,
 Laila binti al-Judi,
 Al-Harits bin 'Abd,
 Nu'aim al-Hibr,
 Abul-'Aliah ar-Riyahi,
 Abu Muslim al-Jalili,

Keterangan :

1. Mukhadlramin itu tidak termasuk dalam golongan Sha- habat tetapi masuk dalam
thabaqah Tabi'in, karena:
a. mereka tidak pernah melihat Nabi saw.
b. ada juga yang pernah lihat Nabi saw, sebelum Islam, tetapi sesudah beragama
Islam tidak pernah melihat Rasulullah saw. sedang Shahabat-shahabat di
waktu mereka beragama Islam ada melihat dan bertemu Nabi saw.
2. Karena mereka itu Tabi'in, maka riwayat mereka yang langsung kepada Nabi saw.
dianggap Mursal, yakni tidak ber- sambung.

Umpamanya: Zaid bin Wahb, seorang Mukhadlram, berkata: Telah bersabda Rasulullah
saw....; maka di waktu ini, riwayat Zaid itu tidak dikatakan muttashil, karena ia tidak
bertemu dengan Nabi saw.

Hadits dari mukhodrom penerimaanya seperti mursal tabi’in maka dia terputus
(munqothi’), dan hukum untuk menerima hadits dari mukhodrom itu sama seperti
menerima hadits mursal tabi’i.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tabi’i adalah seseorang yang berkumpul dengan sahabat dalam keadaan beriman pada
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan meninggal dalam keadaan beriman.
Tabi’in terbagi menjadi 3 yaitu :
Tabi’in kubro adalah seseorang yang riwayatnya paling banyak berasal dari sahabat.
Tabi’in sughro adalah seseorang yang banyak meriwayatkan dari sesama tabi’in akan tetapi
hanya bertemu sedikit dari para sahabat.
Tabi’in wustho adalah yang banyak meriwayatkan dari sahabat dan kibar tabi’in.
Mukhodrom adalah orang yang beriman pada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pada
masa hidupnya namun tidak bertemu dengan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Para
mukhodrom memiliki tingkatan tersendiri diantara sahabat dan tabi’in. Ada yang berpendapat
bahwasannya mereka ini termasuk kibar tabi’in. Sebagian ulama mengatakan bahwa jumlah
mereka kurang lebih 40 orang. Diantara mereka adalah Al Ahnif ibn Qoids, Al Aswad ibn
Yazid, Sa’ad ibn Iyyas, ‘Abdullah ibn Ukain, ‘Amr ibn Matmun, atau Muslim Al Khoulani,
An Najasyi raja negeri Habasyah.

B. Saran
DAFTAR ISI
Khon,Abdul Majid,Ulumul Hadits,(Jakarta : Amzah,2010).
Sidiqi, Muhammad, Hadith Literature, (Oxford: the Islamic text society, 1993). Syauqi. M.
Iqbal, Mengenal Generasi Tabi 'in dan Urgensinya dalam Kajian Hadis,
A.Qadir Hassan,Ilmu Mushthalah Hadits,Diponegoro Bandung,2007

Anda mungkin juga menyukai