Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, kami
panjatkan puji dan syukur atas kehadiran-Nya yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan
rahmat-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah Filsafat Ulumul
Hadits.
Adapun makalah Filsafat Ulumul Hadits ini telah kami usahakan semaksimal
mungkin dan tentunya dengan bantuan berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar
pembuatan makalah ini. Untuk itu kami tidak lupa menyampaikan banyak terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam pembuatan makalah ini
Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadar sepenuhnya bahwa ada kekurangan
baik dari segi penyusun bahasanya maupun segi lainnya. Oleh karena itu dengan lapang dada
dan tangan terbuka kami membuka selebar lebarnya bagi pembaca yang ingin memberi saran
dan kritik kepada kami sehingga kami dapat memperbaiki makalah Ulumul Hadits ini.
Akhirnya penyusun mengharapkan semoga dari makalah Ulumul Hadits ini dapat di
ambil hikmah dan manfaatnya sehingga dapat memberikan Pelajaran Hidup terhadap
pembaca.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
'Ulumul Hadits merupakan ilmu mulia, barasiapa yang mahir dalam disiplin, maka
sungguh telah mendapatkan kebaikan yang besar, karena ilmu ingmerupakan kunci pokok
untuk mempelajari hadits-hadits Nabi, barangsiapa yangmempelajarinya maka akan banyak
berinterakasi dengan sunnah-sunnah Rasulullah,sehingga sangat berpotensi untukmengenal
sunnah beliau, bahkan tidakmenutup kemungkinan akan terbangun sebuah kemampuan yang
luar biasa, yaitukeahlian dalam memilah hadits shahih dan hadits dhaif. Oleh karena itu,
dalammakalahkami akan membahas mengenai urgensi kajian ulumul hadits.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Tabi’in ?
2. Apa penegertian Mukhadrom ?
BAB II
PEMBAHASAN
Tabi’i adalah seseorang yang berkumpul dengan sahabat dalam keadaan beriman pada
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan meninggal dalam keadaan beriman. Tabi'in yang
dikehendaki dalam ilmu Hadits, adalah:
"Orang-orang Islam yang bertemu dengan shahabat-shahabat Nabi saw., dan mati dalam
beragama Islam".
"Tabi'in itu, adalah pengikut-pengikut Shahabat yang beragama Islam sampai matinya".
Tabi'in tidak sezaman dengan Nabi saw.
1. Kibarut-Tabi'in: artinya Tabi'in yang besar, yaitu Tabi'in yang banyak meriwayatkan Hadits
dari Shahabat, seperti:
2. Ausathut-Tabi'in artinya: Tabi'in pertengahan, yakni Tabi'in yang tidak begitu sering
bergaul dengan Shahabat dan tidak begitu banyak menerima Hadits dari mereka, seperti:
2. Sifat Tabi’in
Di antara Tabi'in itu, ada orang yang bersifat kepercayaan, dan ada yang tidak
kepercayaan, atau lemah.
Oleh karena itu, tiap-tiap Tabi'i yang terdapat dalam sanad, harus kita periksa lebih dahulu
sifat-sifatnya.
Menurut istilah ahli Hadits, yang dikatakan Mukhadlramin itu ialah:"Orang-orang yang hidup
di zaman Jahiliyah dan di zaman Nabi saw., dan masuk Islam, tetapi tidak pernah melihat
Nabi atau melihat Nabi sebelum ada Islam".
Berikut ini, saya unjukkan beberapa orang Mukhadlramin dari dua-dua golongan:
Keterangan :
1. Mukhadlramin itu tidak termasuk dalam golongan Sha- habat tetapi masuk dalam
thabaqah Tabi'in, karena:
a. mereka tidak pernah melihat Nabi saw.
b. ada juga yang pernah lihat Nabi saw, sebelum Islam, tetapi sesudah beragama
Islam tidak pernah melihat Rasulullah saw. sedang Shahabat-shahabat di
waktu mereka beragama Islam ada melihat dan bertemu Nabi saw.
2. Karena mereka itu Tabi'in, maka riwayat mereka yang langsung kepada Nabi saw.
dianggap Mursal, yakni tidak ber- sambung.
Umpamanya: Zaid bin Wahb, seorang Mukhadlram, berkata: Telah bersabda Rasulullah
saw....; maka di waktu ini, riwayat Zaid itu tidak dikatakan muttashil, karena ia tidak
bertemu dengan Nabi saw.
Hadits dari mukhodrom penerimaanya seperti mursal tabi’in maka dia terputus
(munqothi’), dan hukum untuk menerima hadits dari mukhodrom itu sama seperti
menerima hadits mursal tabi’i.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tabi’i adalah seseorang yang berkumpul dengan sahabat dalam keadaan beriman pada
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan meninggal dalam keadaan beriman.
Tabi’in terbagi menjadi 3 yaitu :
Tabi’in kubro adalah seseorang yang riwayatnya paling banyak berasal dari sahabat.
Tabi’in sughro adalah seseorang yang banyak meriwayatkan dari sesama tabi’in akan tetapi
hanya bertemu sedikit dari para sahabat.
Tabi’in wustho adalah yang banyak meriwayatkan dari sahabat dan kibar tabi’in.
Mukhodrom adalah orang yang beriman pada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pada
masa hidupnya namun tidak bertemu dengan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Para
mukhodrom memiliki tingkatan tersendiri diantara sahabat dan tabi’in. Ada yang berpendapat
bahwasannya mereka ini termasuk kibar tabi’in. Sebagian ulama mengatakan bahwa jumlah
mereka kurang lebih 40 orang. Diantara mereka adalah Al Ahnif ibn Qoids, Al Aswad ibn
Yazid, Sa’ad ibn Iyyas, ‘Abdullah ibn Ukain, ‘Amr ibn Matmun, atau Muslim Al Khoulani,
An Najasyi raja negeri Habasyah.
B. Saran
DAFTAR ISI
Khon,Abdul Majid,Ulumul Hadits,(Jakarta : Amzah,2010).
Sidiqi, Muhammad, Hadith Literature, (Oxford: the Islamic text society, 1993). Syauqi. M.
Iqbal, Mengenal Generasi Tabi 'in dan Urgensinya dalam Kajian Hadis,
A.Qadir Hassan,Ilmu Mushthalah Hadits,Diponegoro Bandung,2007