Anda di halaman 1dari 18

ILMU RIJAL AL-HADIS

MUHAMMMAD RIZKY PURBA


NIM 0304183193

PENDAHULUAN

Sejarah penulisan dan pembukuan hadis dan ilmu hadis telah


melewatiserangkaian fase historis yang sangat panjang, sejak zaman Nabi
Muhammad, sahabat, tabi’in dan seterusnya. Perjuangan keras dari para ilmuan
hadis dalam menyeleksi hadis telah menghasilkan berbagai metode hingga
menciptakan kaidah-kaidah penelusuran hadis. Kaidah-kaidah tersebut pada
akhirnya berkembang menjadi ilmu tersendiri yang disebut ilmu hadis.

Kepentingan penelitian hadis sebagai salah satu sumber ajaran Islam,


kejelekan atau kekurangan pribadi peribadi periwayat dalam kaitannya dengan
periwayatan hadis sangat perlu dikemukakan, karena penelitian terhadap pribadi
periwayat dalam kaitannya penelitian hadis tidak hanya ditujukan kepada hal-hal
yang terpuji saja, tetapi juga hal-hal yang tercela.

1
PENJELASAN TENTANG ILMU RIJAL AL-HADITS

1. Kedudukan Ilmu Rijal al-Hadits

Ilmu Rijal al-Hadits merupakan suatu ilmu yang tinggi nilainya, besar
pengaruhnya dan kita sangat memerlukannya. Seseorang tidak akan besar
(berkembang ilmunya) dalam bidang hadits kalau tidak mempunyai pengetahuan
yang mendalam dalam ilmu ini. Ilmu ini adalah separuh ilmu hadits. Bukankah
hadits itu terdiri dari sanad dan matan, dan sanad itu ialah para perawi? Maka
mengetahui keadaan mereka, perjalanan hidup mereka, merupakan separuh ilmu
hadis ini.

2. Ta’rif Ilmu Rijal al-Hadits

Ilmu Rijal al-Hadits ialah ilmu yang mempelajari sejarah perawi-perawi


hadits yang berpegang kepada mazhab itu, dapat diterima atau di tolak riwayat
mereka, dan pegangan-pegangan mereka, serta cara mereka menerima hadits.

‫ع ْن أ َ َح َوال الرواة وسيرهم من الصحابة والتابعين واتباع أتباعهم‬


َ ‫علم يُ َحتُ فيه‬
“Suatu ilmu yang di dalam ilmu itu dibahas tentang keadaan-keadaan perawi-
perawi, perjalanan hidup mereka, baik mereka dari golongan sahabat, golongan tabi’in
dan tabi’it tabi’in”.

Perbedaan antara ilmu rijal al-hadits dengan ilmu sejarah perawi (tarikh
rijal), ilmu thabaqat dan ilmu jarh dan ta’dil.

a. Ilmu sejarah perawi ialah ilmu yang membahas tentang hari kelahiran dan wafat
perawi. Dengan ilmu ini, kita dapat menetapkan kemuttashilan
(kesinambungan) sanadnya atau ke-munqathi'annya (terputus).
b. Ilmu thabaqat ialah yang membahas tentang orang-orang yang berserikat dalam
suatu urusan (orang-orang yang semasa dan sekerja). Faedah mengetahui ilmu
ini ialah dapat membedakan antara orang- orang yang senama dan tidaklah
disangka pada yang lain.
c. Ilmu jarh waat-ta'dil ialah ilmu yang dengannya dapat kita ketahui siapa yang
diterima dan ditolak dari perawi-perawi hadits.

2
3. Keutamaan Sanad dan Kepentingannya

Sesungguhnya keutamaan sanad akan menentukan hasil hadits yang


diperoleh darinya, dan hasil-hasil itulah yang sangat mulia dan sangat tinggi.
Dengan sanadlah dapat diketahui hadits mana yang diterima mana yang ditolak,
mana yang sah diamalkan, mana yang tidak sah. Dialah jalan yang mulia untuk
menetapkan hukum-hukum Islam. Kebanyakan hukum dan penjelasan-penjelasan
tentang Al-Qur'an bersumber kepada hadits-hadits yang kita peroleh sesudah
mempelajari sanad. Sungguh banyak benar, hadits-hadits yang menerangkan
keutamaan sanad.

Asy-Syafi’y dan Al-Baihaqy meriwayatkan dari Ibnu Mas'ud bahwa


Rasulullah saw. bersabda. Asy-Syafi’y berkata:

‫س ِم َع فَ َرب حامل فقه إلى َم ْن ُه َو‬ َ ‫ص ََر هللا امرا سمع َمقَالَتي فحفظ َها َو َو‬
َ ‫عاهَا َوأ َداهَا َك َما‬ َ ‫ن‬
‫أفقه منه‬
“Perumpamaan orang yang mencari (menerima) hadits tanpa sanad sama dengan
orang yang mengumpulkan kayu api di malam hari yang gelap.”

Diriwayatkan oleh Muslim dari Ibnu Sirin bahwa beliau itu berkata:

‫هذاَالعلمَدينَفانظرواَعمنَتأخذونَدينكم‬
“Ilmu ini (hadis) ialah agama, karenanya telitilah orang-orang yang kamu mengambil
agamamu daripadanya.”

4. Umat Islam Sangat Memperhatikan Sanad

Sanad adalah tempat kembali dan pokok pangkal Tasyr’i Islami (perundang-
undangan Islam). Atasnyalah berkisar kebanyakan hukum dan dialah (hadits) yang
menjelaskan ayat-ayat Al-Qur'an yang mujmal. Karena itulah, ulama Islam,
terutama dipermulaan Islam memberi pehatian kepada sanad. Inayah atau perhatian
yang besar ini berdasarkan sabda Nabi saw. yang terdapat dalam kitab-kitab shahih
dan kitab-kitab musnad, yaitu:

َ َ‫َفليبلغَالشاهدَالغائبَفربَمبلغَاوعىَمنَسامع‬,‫َاالَهلَبلغت‬,‫االَهلَبلغت‬

3
“Apakah telah aku sampaikan hendaklah orang yang hadir di antara kamu
menyampaikan kepada orang-orang yang tidak hadir. Kerap sekali orang yang
disampaikan berita kepadanya, lebih paham daripada yang mendengar sekarang ini.”

5. Umat Islam Sangat Memberi Perhatian kepada Sanad Hadits

Memperhatikan sanad riwayat adalah suatu keistimewaan dari ketentuan-


ketentuan umat Islam. Abu Hatim ar-Razi berkata:

‫لمَيكنَفيَامةَمنَاالممَمنذَخلقَهللاَادمَامناءَيحفظونَاقوالَالرسولَاالَهذهَاألمة‬
“Tidak ada dalam kalangan umat dahulu, sejak Allah jadikan Adam, orang orang
terpercaya, yang memelihara perkataan Rasul sebagaimana mestinya, selain umat Islam.”

Mereka berhenti pada orang-orang yang di antara orang-orang itu.


Demikian pula halnya di dalam kalangan orang-orang Nasrani. Mereka tidak
mempunyai sanad-sanad yang muttashil, kecuali dalam masalah thalaq.

6. Definisi Thabaqat

Thabaqat ialah sekumpulan orang (suatu jamaah), yang umurnya sebaya,


dan berserikat dalam menerima pelajaran dari seorang guru (sama-sama belajar
kepada seorang guru).

Para sahabat umpamanya, kalau kita menjuluki mereka dengan nama


sahabat, atau mengingat persahabatan mereka dengan Rasul dan pergaulan mereka
dengan Rasul, dapatlah mereka dikatakan satu thabaqat. Tetapi, jika dipandang dari
sudut yang lain, seperti sama-sama berhijrah dari Makkah ke Madinah, dan lain-
lainnya. Di antara faedah mengetahui thabaqat (orang-orang yang semasa dan
seperguruan) ialah dapat mengetahui tadlis dan ‘an’anah.

SAHABAT DAN THABAQATNYA

1. Ta'rif Sahabat Sahabat

Shahabat menurut lughah, jamak dari shahib itu diartikan: “yang empunya
dan menyertai. Menurut ‘uruf, kawan atau teman yang selalu berada bersama-sama

4
kita. Dan jamak kata shahib adalah shabhun, ashab dan shahabah (dengan tidak
memanjakan “ha”).

Shahabi, menurut Jumhur ahli hadits ialah:

‫َمنْ لَقي النبي ُمؤمنا به َو َمات على اإلسالم‬


“Orang yang bertemu dengan Nabi, ia beriman kepadanya dan mati dalam
keadaan Islam, (di masa Nabi masih hidup).”1

Menurut Utsman ibn Shalih bahwa yang dikatakan Shahabi ialah orang
yang menemui masa Nabi saw, walaupun tidak dapat melihat Nabi saw dan
memeluk Islam semasa Nabi saw, masih hidup.

Said ibn Mujahid berkata:

‫سول هللا سنة أو سنتين‬ َ َ‫ص َحايا إال َم ْن أَق‬


ُ ‫ام َم َع َر‬ َ ‫أليعَة‬
“Tidak dipandang seseorang menjadi Shahabi, melainkan orang yang tinggal
beserta Rasulullah, setahun atau dua tahun, An-Nawawi memandang Shahabi yang
menyertai setahun atau dua tahun.”

Shahabi, menurut lughat dan ‘uruf: "Mereka yang sungguh-sungguh


menyertai Nabi, seduduk sejalan dengan Nabi dalam sebagian waktunya, seperti
Abu Bakar, Umar, Utsman, Ali dan yang seumpama mereka. Adapun orang Baduwi
yang hanya bertemu dengan Nabi saw. satu jam dua saja, tidak dapat dinamakan
Shahabi.

2. Jalan Mengenal Sahabat

Kita mengenal sahabat, atau mengatakan bahwa dia itu shahabat dengan
salah satu cara dari:

a. Berita yang mutawatir bahwa orang itu adalah sahabat Nabi saw. seperti
khalifah empat, dan sahabat sepuluh yang diakui mendapat surga dan orang-
orang yang seumpama dengan mereka.

1
Baca Al-Ishabah I: 10 dan 220.

5
b. Berita masyhur dan berkembang, tetapi tidak sampai ke derajat mutawatir
bahwa orang itu sahabat Nabi saw. seperti Dhammah ibn Tsa'labah dan
Ukasyah ibn Nihsyam.
c. Diakui oleh seorang sahabat yang terkenal persahabatannya, seperti
Hamamahibn Abi Hamamah Ad-Dausi yang diakui persahabatannya oleh
Abu Musa al-Asy’arid.
d. Pengakuan yang diberikan oleh seorang tabi’in yang semasa Nabi saw.,
sedang dia seorang yang dipandang adil. Keadilannya mencegah berdusta.

3. Mazhab-mazhab Ulama tentang Keadilan Sahabat

Jumhur ulama berpendapat bahwa semua sahabat dipandang adil, baik turut
dalam pertentangan antara sahabat dengan sahabat, ataupun tidak. Segolongan
ulama berpendapat bahwa seorang Shahabi itu, tidak secara otomatis dipandang
adil. Keadaannya harus diteliti.

Ibnu Atsir dalam kitab Al-I'tiab berkata, “Walupun para sahabat, tidak perlu
kita bahas keadaan mereka, karena telah disepakati oleh Ahl al- Haqq yaitu Ahl as-
Sunnah wa al-Jama'ah bahwa mereka itu adil”.ْSemua ulama berpendapat bahwa
mengetahui sahabat-sahabat Rasul saw. adalah salah satu ilmu hadits yang tinggi
nilainya.

4. Sahabat-sahabat yang Membanyakkan Riwayat

Dimaksudkan dengan sahabat-sahabat yang membanyakkan riwayat ialah


orang-orang yang riwayatnya lebih dari seribu hadits. Sahabat- sahabat yang paling
banyak riwayatnya ialah:

a. Abu Hurairah, meriwayatkan 5.347 hadits.


b. Abdullah ibn Umar ibn Khattab, meriwayatkan sejumlah 2.603 hadits.
c. Anas ibn Malik, meriwayatkan 2.286 hadits.
d. Aisyah ash-Shiddiqiyah, meriwayatkan 2.210 hadits.
e. Abdullahibn Abbas, meriwayatkan 1.660 hadits.
f. Jabir ibn Abdullah, meriwayatkan 1.540 hadits.
g. Abu Said al-Khudry, meriwayatkan 1.120 hadits.

6
5. Jumlah Sahabat

Diriwayatkan oleh Al-Bukhari dari Ka’ab ibn Malik bahwa jumlah sahabat
Rasul banyak. Dan tidak dapat dikumpulkan oleh suatu kitab. Di waktu Rasulullah
wafat, sahabatnya terdiri atas 144.000 orang. Ada yang meriwayatkan hadits
darinya dan turut berhaji wada’ bersamanya.mula mereka melihat Nabi saw. dan
mendengar hadits beliau di padang Arafah.

6. Thabaqat Sahabat

Ulama yang melihat kepada kemuliaan persahabatan dengan Nabi saw.,


seperti Ibnu Hiban dan lain-lain, menjadikan semua sahabat dalam satu thabaqat.

Ulama yang melihat kepada segi-segi yang lain, seperti halnya lebih dahulu
memeluk agama Islam dan menyaksikan pertempuran-pertempuran Rasulullah,
menempatkan mereka beberapa thabaqat.

7. Sahabat yang Dipandang Paling Utama

Seluruh umat Islam menetapkan bahwa sahabat yang paling utama ialah
Abu Bakar. Sesudahnya, Abu Hafash Umar ibn Khattab. Sesudahnya, Utsman ibn
Affan, sesudahnya Ali ibn Thalib. Ada yang mendahulukan Ali atas Utsman.

Sesudah mereka yang berempat ini ialah sisa sahabat sepuluh yang telah
diakui mendapat surga, yaitu Sa’adibn Abi Waqqash, Said ibn Zaid, Thalhah ibn
Ubaidiyah, Az-Zubair ibn al-Awwam, Abd ar-Rahman ibn Auf, Ubaidah ibnal-
Jasrah.

8. Sahabat yang Mula-Mula Memeluk Agama Islam

Ulama berpendapat, siapa di antara sahabat yang lebih dahulu memeluk


agama Islam. Ada yang mengatakan Abu Bakar Ash-Shiddiq. Ada yang
mengatakan Khadijah. Ada yang mengatakan Zaid ibn Haritsah. Ada yang
mengatakan Ali. Ada yang mengatakan Khabbab ibn Arts.

Ahli tahqiq berpendapat bahwa sahabat yang paling dahulu memeluk agama
Islam dari sahabat pria ialah Abu Bakar, dari para wanita ialah Khadijah, dari anak-

7
anak Ali, dari mawali (budak yang telah dimerdekakan) Zaid ibn Haritsah dan
budak ialah Bilal.

9. Ummahat al-Mu’minin yang Paling Utama

Umat Islam sepakat menetapkan bahwa Ummahat al-Mu’minin yang utama


ialah Khadijah binti Khuwalaid, dan Aisyah binti Abu Bakar. Sesudah itu, Hafshah
binti Umar. Barulah kemudian istri-istri Nabi saw yang lain.

Mengenai siapa yang lebih utama, Khadijah atau Aisyah maka As-Subki
dan segolongan ulama berpendapat bahwa Khadijah yang lebih utama. Golongan
lain berpendapat Aisyah yang utama. Di antara ulama ada yang tidak menentukan
siapa yang lebih utama di antara kedua istri Nabi saw tersebut.

10. Sahabat yang Paling Akhir Wafatnya

Seluruh ulama sepakat menetapkan bahwa sahabat yang paling terakhir


wafatnya ialah Abu Thufail Amr Wasilah al-Laitsi. Demikianlah pendapat Muslim,
Al-Mizzy dan Ibnu Mandah. Abu Thufail wafat di Makkah pada tahun 100 H. Ada
yang mengatakan 102 H. Ada pula yang mengatakan 107 H. Dialah penghabisan
sahabat yang wafat di Makkah.

Menurut Ibnu Abi Daud, sahabat yang terakhir wafat di Makkah ialah Jabir
ibn Abdullah. Akan tetapi pendapat yang masyhur, Jabir wafat di Madinah. Terjadi
perbedaan pendapat tentang tempat wafat Jabir. Sahabat yang paling terakhir wafat
di Madinah ialah As-Sa’ib ibn Yazi pada tahun 80 H. Ada yang mengatakan pada
tahun 86 H, dan ada yang mengatakan pada tahun 91 H.

11. Ulama yang Mula-mula Menyusun Kitab tentang Sejarah Sahabat

Yang mula-mula bergerak dalam bidang ini ialah Abu Abdullah Al-
Bukhary, penyusun kitab Ash-Shalih. Sesudahnya, barulah diikuti beberapa tokoh
lain, seperti Ibnu Hibban, Ibnu Mandah, Abu Musa al-Madiny, Abu Nu’aim, Al-
Askari, Ibnu Abdi al-Barr dan Ibnu al-Atsir al-Jazary. Kitab beliau inilah yang
paling terkenal dalam bidang ini, yang dinamai Usd al-Ghabah.

8
Sesudah Al-Hafizh Ibnu Hajar datang, maka beliau mengumpulkan segala
yang terdapat dalam kitab-kitab terdahulu dalam sebuah koleksi yang dinamai Al-
Ishabah. Kitab ini diringkaskan oleh As-Sayuthy dalam kitab ‘Ain al-Ishabah.

TABI’IN DAN THABAQATNYA

1. Ta’rif tabiin

Tab’it padaْ asalnyaْ berartiْ pengikut.ْ Dalamْ ilmuْ hadits,ْ tabi’inْ ialahْ
seluruh orang Islam yang hanya bertemu dengan sahabat, berguru kepadanya, tidak
bertemu dengan Nabi saw. dan tidak pula semasa dengan Nabi saw. Seorang dari
tabi'in disebut tabi’ty atau tabi’.

Ibnu Hajar berkata: “Tabi’it itu orang yang menjumpai Shahabi dalam
keadaannyaْ berimanْ danْ matiْ dalamْ Islam.ْ Mufradْ dariْ tabi’inْ ialahْ tabi’. Dan
tabi’it ini, bisa juga dijamakkan dengan atba”.

2. Manfaat Mengetahui Tabi’in

Mengetahuiْ paraْ tabi’inْ bergunaْ untukْ mengetahuiْ haditsْ muttashilْ danْ


hadits mursal, karena suatu hadits yang disebutkan di dalamnya nama para sahabat
dipandang muttashal, dan jika tidak disebut nama Shahabi, dinamai mursal.

Ulama berbeda dalam pengelompokan tabiin. Muslim mengelompokkannya


ke dalam 3 thabaqat. Ibnu Sa’ad mengelompokkan ke dalam 4 thabaqat.

3. Thabaqat Tabi’in Terakhir

Thabaqat tabiin terakhir ialah yang berjumpa dengan Anas ibn Malik di
Bashrah, yang berjumpa dengan As-Sa’ib di Madinah, yang berjumpa Abdullah ibn
Abi Aufa di Kufah, yang berjumpa dengan Abdullah ibn Harits Az-Zabidi di Mesir
dan yang berjumpa dengan Abu Thufail di Makkah.

4. Tabiin yang Paling Utama

Tabi’in yang dipandang paling utama ialah Uwais ibn Amr al Qarni.
Menurut pendapat Ahmad ialah Said ibn al-Musayyab. Sebenarnya ini bukanlah

9
perselisihan yang hakiki, karena sebenarnya masing-masing mereka mempunyai
segi keistimewaan. Dari segi wara’ Uwais yang paling utama. Dari segi kealiman
Said yang paling utama. Demikian dikatakan oleh Al-Bulqiny.

5. Ta’rif Mukhadhramin

Di antara para tab'in ada yang menemui dan hidup pada masa Jahilligah,
hidup pada masa Nabi saw. dan memeluk agama Islam, tetapi tidak pemnah melihat
waiah Nabi saw. Mereka ini, dinamai mukhadharamin, karena tidak diketahui ke
mana mereka digolongkan. Di antara orang yang digolongkan ke dalam golongan
ini ialah Basyir ibn Amr.

Demikian pula, orang yang lahir di masa Nabi saw. masih hidup, tetapi tidak
dimasukkan ke dalam golongan orang yang meriwayatkan hadits dari Nabi saw,
seperti Abdullah ibn Abi Thalhah, Abu Usamah, As’ad ibn Sahal ibn Hunai, Abu
Idris al-Khaulani. Oleh Ibnu Shalah, orang ini dimasukkan ke dalam golongan
thabaqat kedua. Tetapi, pendapat Ibnu Shalah ini ditentang oleh Al-Bulqiny.

6. Tabi’in yang Mula-mula dan Terakhir Wafat

Tabi'in yang pertama-pertama wafat ialah Abu Zaid Ma’mar ibn Zaid, wafat
pada tahun 30 H. di Khurashan. Tabi'in yang terakhir wafatnya ialah Khalaf ibn
Khalifah, wafatnya pada tahun 180 H.

TOKOH-TOKOH ULAMA HADITS

Ilmu Rijal al-Hadits adalah suatu cabang ilmu-ilmu hadits, tidaklah


sempurna ilmu seseorang dalam bidang hadits, apabila dia tidak mendalami ilmu
ini. Dari ilmu inilah berpokoknya lbnu Jarh wa at-Ta’dil. 2

Dalam mempelajari sejarah ulama hadits hendaklah diperhatikan:

a. Namanya, kuniah-nya, laqab-nya, tempat kelahiran dan tempat wafatnya.


b. Guru-gurunya yang memberikan hadits kepadanya.

2
Baca Mutiara Hadits I: 288, Al-Ishabah, Khulashah at-Tahdzib, Tahdzib at-Tahdzib dan Tahdzib
al-Asma’ْdanْShahihْMuslim.

10
c. Murid-murid atau ulama yang menerima hadits daripadanya.
d. Kedudukannya dalam ilmu hadits serta hasil karyanya.

Mudah-mudahan riwayat-riwayat yang sekelumit dalam uraian berikut ini


menjadi pendorong bagi teman sekalian dalam usaha mendalami ilmu Rijal al-
Hadits atau ilmu arh wat-Ta’dil, guna menyiapkan dir untuk menjadi bagian dalam
pembahasan-pembahasan ilmiah dalam bidang hadits, sebagai dasar tasyi’ yang ke-
2 yang harus kita junjung tinggi dan kita amalkan.

RIWAYAT TOKOH-TOKOH RIJAL HADITS DARI


KALANGAN SAHABAT

a. Abu Hurairah

Abu Hurairah adalah Abd ar-Rahman ibn Sakhr (Abdullah ibn Sakhr) ad-
Dausy at-Tamimy. Beliau lahir tahun 21 sebelum Hijrah atau 602 M. Para ahli
sejarah berbeda pendapat mengenai nama beliau ini. Demikian pula tentang nama
ayahnya. Beliau sendiri menerangkan bahwa di masa Jahiliyah beliau bernama Abu
Syams. Setelah memeluk Islam, beliau diberi nama oleh Nabi saw. dengan Abd ar-
Rahman atau Abdullah, ibunya bernama Maimunah, yang memeluk Islam berkat
seruan Nabi saw.

b. Abdullan ibn Umar

Abdullah meriwayatkan sejumlah 2.630 hadits. Sejumlah 1.700 di


antaranya disepakati oleh Al-Bukhari dan Muslim. Al-Bukhari sendiri
meriwayatkan 81 dan Muslim sendiri meriwayatkan 31 hadits.

Beliau menerima hadits dari Nabi saw. sendiri dan dari sahabat. Di
antaranya ialah ayahnya sendiri Umar, pamannya Zaid, Hafshah (saudara
kandungnya), Abu Bakar, Utsman, Ali, Bilal, Ibnu Mas'ud, Abu Dzar dan Mu'adz.
Hadits-haditsnya banyak diriwayatkan oleh sahabat dan tabi'in.

11
c. Anas ibn Malik

Anas ibn malik adalah Abu Tsumamah (Abu Hamzah) Anas Malik ibn
Nadhr ibn Dhamdham al-Najjary al-Anshary. Anas dilahirkan di Madinah pada
tahun 10 H/612 M. Beliau meriwayatkan 2.276 atau 2.236 hadits. Sejumlah 166
hadits disepakati oleh Al-Bukhari Muslim, 93 diantaranya diriwayatkan Al-Bukhari
dan 70 diriwayatkan oleh Muslim sendiri.

d. Aisyah ash-Shiddiqiyah

Beliau meriwayatkan 2.210 hadits. Al-Bukhari dan Muslim menyepakati


sejumlah 174 hadits. Al-Bukhari sendiri meriwayatkan 64 hadits dan Muslim
sendiri meriwayatkan 63 hadits.

e. Abdullah ibn Abbas

Beliau dilahirkan di Makkah ketika Bani Hasyim berada di Syi’ib, 3 atau 5


tahun sebelum Hijrah. Ketika Rasul wafat beliau baru berusia 13 atau 15 tahun.
Beliau wafat di Thaif pada tahun 68 H/687 M. dalam usia 71 tahun. Jenazahnya
dishalatkan oleh Muhammad ibn Hanafyah.3

Beliau meriwayatkan sejumlah 1.660 hadits. Al-Bukhari dan Muslim


menyepakati sejumlah 95 hadits, 29 buah di antaranya diriwayatkan oleh Al-
Bukhari sendiri dan 49 buah diriwayatkan oleh Muslim.

f. Jabir ibn Abdillah

Beliau meriwayatkan sejumlah 1.540 hadits. Beliau adalah orang ke enam


di antara tujuh sahabat yang paling banyak meriwayatkan hadits. Al-Bukhari dan
Muslim menyepakati sejumlah 60 hadits, 16 di antaranya diriwayatkan oleh Al-
Bukhari dan 126 buah diriwayatkan oleh Muslim sendiri.

Beliau meriwayatkan hadits dari Nabi saw. dan dari sahabat. Di antaranya
Abu Bakar, Umar, Ali, Abu Ubaidah, Thalhah, Mu'adz, Abu Ummu Syarik, Ummu

3
Baca Mutiara Hadits I: 92-93, Al-Ishabah, Khulasah at-Tahdzib, Tahdzib at-Tahdzib dan
Tahdzib al- Asma’.

12
Malik dan lain-lain. Hadits-hadits beliau diriwayat. Makky, Atha', Mujahid,
Thalhah ibn Nafi', Al-Hasan al-Bishry, Salim ibn.

g. Abu Said al-Khudry

Abu Said al-Khudri adalah Abu Said Sa'ad ibn Malik Ibn Sinan al Khudri
al-Khazraji al-Anshari. Beliau lebth terkenal dengan kuniahnya Beliau wafat pada
tahun 74 H/693 M. dalam usia 86 tahun.4

Beliau merriwayatkan 1.170 hadits. Beliau adalah orang yang ketujuh di


antara tujuh orang sahabat yang paling banyak meriwayatkan hadits. Beliau
menerima hadits dari Nabi saw. dan dari para sahabat, di antara mya Abu Bakar,
Umar, Utsman, Ali dan Zaid ibn Tsabit. Al-Bukhari dan Muslim menyepakati
sejumlah 46 hadits, 16 di antaranya dirwayatkan oleh Al-Bukhari sendiri dan 52
buah diriwayatkan oleh Muslirm sendiri.

h. Abdullah ibn Mas’ud

Abdullah ibn Mas’ud adalah Abdullah ibn Mas’ud ibn Ghafil ibn Habib al-
Hudzaly, seorang sahabat Nabi saw. yang dahulu pemah bersumpah setia kepada
Bani Zuhra. Ibnu Mas’ud wafat di Madinah pada tahun 32 H. dan dikebumikan di
AI-Bagi’. Jenazah beliau dishalatkan oleh Utsman.

Beliau meriwayatkan sejumlah 848 hadits. Al-Bukhari dan Muslim


menyepakati sejumlah 64 hadits, 21 di antaranya diriwayatkan oleh Al-Bukhari
sendiri dan 35 di antaranya oleh Muslim.

i. Abu ath-Thjfail

Beliau menerima hadits dari Rasul sendiri, dari Abu Bakar, Umar, Ali,
Mu'adz, Hudzaifah, Ibnu Mas’ud, Ibnu Abbas, Nafi ibn Abd alHarits, Zaid ibn
Arqam dan lain-lain. Hadits-hadits beliau diriwayatkan oleh Az-Zuhry, Abu az-
Zuhair, Qatadah, Abdul Aziz ibn Raff, Ikrimah ibn Khalid, Amr ibn Dinar, Yaziz
ibn Abi Habib. Di dalam Shahih al Bukhary dan Muslim terdapat beberapa hadits
beliau.

4
Baca Mutiara

13
RIWAYAT TOKOH-TOKOH RIJAL AL-HADITS DARI
KALANGAN TABI’IN

a. Said ibn al-Musaryab

Beliau meriwayatkan hadits dari Abu Bakar, Utsman, Ali, Sa'ad ibn Abi
Waggash, Hakim ibn Hizam, Ibnu Abbas, Ibnu Amr ibn Ash, ayah nya sendiri (Al-
Musayyab Ma'mar ibn Abdillah), Abu Dzar, Abud Darda, Hasan ibn Tsabit, Zaid
ibn Tsabit, Abdullah ibn Zaid al-Madiny, Attab lbn Asd, Abu Qatadah, Abu
Hurarah, Aisyah, Ummu Sulaim, Ibnu Umar dan lain-lain. 5

b. Urwah ibn az-Zubair

Urwah ibn az-Zubair adalah Abu Abdillah Urwah ibn az-Zubair ibn al-
Awwam ibn Khuwailid ibn Asad ibn Abd al-Uzza ibn Qusyai al-Asady al-Quraisy,
dilahirkan pada akhir masa pemerintahan Umar (tahun 22 H.) dan wafat dalam
keadaan sedang berpuasa pada tahun 93 H.0 salah seorang fuqaha di Madinah.

c. Nafi’ al-Adawi

Nafi’ْ al-Adawi adalah Abu Abdillah al-Madani, seorang imam tab'iy di


Madinah, ulama besar dalam hal agama, mencapai puncak ilmu pengetahuan, dan
banyak meriwayatkan hadits. Beliau berasal dari Dailam, dan tidak diketahui asal-
usulnya. 6

d. Al-Hasan al-Bishry

Al-Hasan al-Bishry adalah Abu Said al-Hasan ibn Yasar al-Bishry. Ibunya
berama Khairah, budak Ummu Salamah yang telah dimerdekakan. Beliau adalah
imam ternama di Bashrah, samudera ilmu di masanya. Salah seorang fuqaha yang
berani berkata benar dan menyeru pertama pada kebenaran di hadapan para
pembesar negeri dan seorang yang sukar diperoleh tolok bandingnya dalam soal
ibadah.

5
ThabaqatْIbnuْSa’adْV:ْ88,ْAl-Wafayat I: 206, Tahdzib al-Asma’ْI:ْ219-222.
6
Al-A’lamْI:ْ493,ْTahdzibْal-Asma’ْI:ْ301-302 Khulashah Tahdzib al-Kamal I: 200.

14
e. Muhammad ibn Sirin

Muhammad ibn Sirin adalah Abu Bakar Muhammad ibn Sirin alAnshary,
seorang tabity terkemuka dalam ilmu agama di Bashrah. Terkenal dalam bidang
fiqh, wara', hadits dan ta'bir. Beliau lahir pada tahuni 33 H/653 M., di Bashrah dan
wafat pada tahun 119 H./728 M., dalam usia 77 tahun. Oleh karena telinga beliau
agak berat (pendengarannya lemah), maka Asy-Sya'bi menamai beliau dengan al-
Asham.

f. Muhanmad ibn Muslin az-Zuhy

Muhammad ibn Muslim az-Zuhry adalah Abu Bakar Muhammad ibn


Muslim Ubaidillah ibn Abdullah ibn Syihab al-Qurasyi az-Zuhry. Beliau lahir pada
tahun 51 H., dan wafat pada tahun 124 H., dalam usia 73 Beliau adalah ulama besar
tabi’it yang mula-mula mentadwinkan hadits dari salah seorang hajizh yang besar
dari penduduk Madinah ter kenal di seluruh Hijaz dan Syam.

g. Qatadah in Di’amah

Qatadah ibn Di'amah adalah Abu al-Khaththab Qatadah ibn Di'amah ibn
Qatadah ibn Aziz ibn Amr as-Sadusy al-Bashri. Beliau lahir pada tahun 61 H., dan
wafat pada tahun 118 H. dalam usia 56 tahun di Wasig. Beliau adalah seorang imam
besar, hatizh yang dikatakan sukai bertadlis.

h. Sulaiman ibn Mihran al-A’masy

Sulaiman ibn Mihran al-A'masy adalah Abu Muhammad Sulaiman ibn


Mihran al-Kahily al-Assay. Beliau berasal dari Tabriztan. Beliau lahir pada hari
wafatnya Al-Husain pada tahun 61 H, di Kufah dan meninggal pada tahun 148 H,
dalam usia 80 tahun lebih. Beliau adalah seorang tabi’it yang masyhur, ulama yang
terkenal dalam bidang Al-Qur'an, hadits dan faradh.

i. Said ibn Jubair

Said ibn Jubair adalah Abu Abdullah Abu Muhamnmad Said ibn Jubair al-
Asady al-Waliby al-Kufi. Beliau adalah seorang ulama tabiy yang tidak ada taranya
di masanya. Beliau berasal dari Habsyah dar mawali Bani Walibah ibn Harits dari

15
Bani Asad. Beliau sangat terkenal dalam bermain catur. Beliau lahir pada tahun 42
H, dan wafat padai tahun 95 H., dibunuh oleh Al-Hajjaj karena dipandang berpihak
ke pihak musuhnya, dalam usia 53 tahun.

j. Mujahid ibn Jaber

Mujahid ibn Jaber (Jubair) ialah Abu al-Hajaj Mujahid ibn Jaber (ada yang
mengatakan Ibnu Jubair) Al-Makky al-Makhzumy, maula Abdullah ibn Abis Sa'ad
al-Makhzumy. Beliau adalah seorang tabi'it, seorang imam yang disepakati
ketinggian ilmunya.

k. Asy-Sya’by

Asy-Sya’by adalah Abu Amr Amir ibn Syurahbil ibn Abduzi Kibar as.
Sya'bi atau Al-Kufi, seorang ulama tab'i yang utama yang mempunyai ilmu
sempurna. Beliau menerima hadits dari Ali ibn Abi Thalib, Abu Hurairah, Ibnu
Abbas, Aisyah, Ibnu Umar dan lain-lain. Hadits haditsnya diriwayatkan oleh tokoh-
tokoh tabi'in dan ulama besar di masanya, di antaranya Makhul Abu Hushain, Ibnu
Abi Laila. Az Zuhry berkata, “Ulama hanyalah 4 orang, yaitu Ibnu al-Musay yab
di Madinah, Asy-Sya'bi di Kufah, Al-Hasan al-Bishri di Bashrah dan Makhul di
Syam.”

l. Zaid ibn Ali

Zaid ibn Ali ialah Abu Husain Zaid ibn Ali ibn Husain ibn Ali ibn Abi
Thalib al-Hasyim. Beliau dilahirkan pada tahun 80 H., dan wafat ditiang gantungan
pada tahun 123 H, karena beliau menentang pemerintahan pada masa itu.

m. Ja’far ash-Shadiq

Ja’far ash-Shadiq adalah Abu Abdullah Jafar ash-Shadiq ibn Muthalib.


Beliau adalah salah seorang dari imam dua belas dalam anggapan golongan
Imamiyahْ (salahْ satuْ sekteْ syi’ah)ْ danْ beliauْ adalahْ salahْ seorangْ dariْ tokohْ
terkemuka dalam kalangan Ahlul Bait. Beliau dilahirkan pada tanggal 8 Ramadhan
tahun 80 H. dan wafat pada bulan Syawal tahun 128 H. di Madinah dan
dikebumikan di Al-Baqi.

16
PENUTUP

Ilmu Rijal al-Hadits merupakan suatu ilmu yang tinggi nilainya, besar
pengaruhnya dan kita sangat memerlukannya. Seseorang tidak akan besar
(berkembang ilmunya) dalam bidang hadits kalau tidak mempunyai pengetahuan
yang mendalam dalam ilmu ini. Ilmu ini adalah separuh ilmu hadits.

Ilmu Rijal al-Hadits ialah ilmu yang mempelajari sejarah perawi-perawi


hadits yang berpegang kepada mazhab itu, dapat diterima atau di tolak riwayat
mereka, dan pegangan-pegangan mereka, serta cara mereka menerima hadits.

Sesungguhnya keutamaan sanad akan menentukan hasil hadits yang


diperoleh darinya, dan hasil-hasil itulah yang sangat mulia dan sangat tinggi.
Dengan sanadlah dapat diketahui hadits mana yang diterima mana yang ditolak,
mana yang sah diamalkan, mana yang tidak sah. Dialah jalan yang mulia untuk
menetapkan hukum-hukum Islam.

17
DAFTAR PUSTAKA

Ash-Shiddieqy, Muhammad Hasbi, Teungku. Sejarah &Pengantar Ilmu Hadis,


Semarang: Pustaka Rizki Putra: 2009.
M. Agus Solahuddin dan Agus Suyadi. Ulumul Hadis, Bandung: CV. Pustaka
Setia: 2007.
Ash-Shiddieqy, Muhammad Hasbi, Teungku. Pokok-Pokok Ilmu Dirayah Hadits,
Jakarta: PT. Bulan Bintang: 1994.
Suparta, Munzier. Ilmu Hadis, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada: 2008.
Suparta, Munzier. Ilmu Hadis, Jakarta: Rajawali Pers: 2010.

18

Anda mungkin juga menyukai