Anda di halaman 1dari 4

Nama : Nur Aisatun Mahfudoh

NIM :234110303119
Semester/Prodi :1/Hukum Tata Negara C
Mata kuliah :Ulumul hadist

Jawaban UTS ULUMUL HADIST


1. A. Hadits Pada Masa Rasulullah SAW
Hadis pada masa Nabi dikenal dengan „Ashr al-Wahy wa al-Takwin, yaitu masa turun wahyu dan
pembentukan masyarakat Islam.2 Keadaan ini sangat menuntut keseriusan dan kehati-hatian
para sahabat sebagai pewaris pertama ajaran Islam. Wahyu yang diturunkan Allah SWT
kepadanya dijelaskannya melalui perkataan, perbuatan, dan taqrirnya. Sehingga apa yang
didengar, dilihat, dan disaksikan oleh para sahabat merupakan pedoman bagi amaliah dan
ubudiah mereka.3
1. Kebjaksanaan Rasulullah SAW tentang Hadits
Ketika Rasulullah SAW masih hidup, sikap dan kebijaksanaan beliau tentang hadits ialah sebagai
berikut:
a. Rasulullah SAW memerintahkan kepada para sahabatnya untuk menghafal, menyampaikan
dan menyebarkan hadits-hadits. Dalil yang menunjukkan perintah ini yaitu:
ِِِِِِ‫ار‬ َِ َّ‫ب وأَِمقعدهَمنَالن‬
ِ ‫ت‬
ِ ‫ي‬ ِ َ‫ت عمدا‬
ِ ‫ف ِل‬ ِ ‫َََََََََََََََََََََََََََِِِِِِِِِِِِِِِِِِِِِِِِِِِِِِِِِِِِِِِِِِ و َحدثواَعنَّولََِ حر َجومنَكذبَعليَم‬
“Dan ceritakanlah daripadaku. Tidak ada keberatan bagimu untuk menceritakan apa yang kamu
dengar daripadaku. Barangsiapa berdusta pada diriku, hendaklah dia bersedia menempati
kediamannya dineraka.” (HR. al-Bukhari dan Muslim).
Ada dorongan kuat yang cukup memberikan motivasi kepada para sahabat dalam kegiatan
menghafal hadits. Pertama, karena kegiatan menghafal merupakan budaya bangsa Arab yang
telah diwarisinya sejak pra Islam dan mereka terkenal kuat hafalannya. Kedua, Rasulullah SAW
banyak memberikan spirit melalui doa-doanya. Ketiga, seringkali ia menjanjikan kebaikan akhirat
kepada mereka yang menghafal hadits dan menyampaikannya kepada orang lain.
b. Rasulullah SAW melarang para sahabat untuk menulis hadits-haditsnya. Dalil yang
menunjukkan perintah ini yaitu:
َِِ(‫حوِِ)رواهَأحمد‬ َ ِ ‫ليِم‬ َ ِ‫َف‬َ ‫بَِ عنَ َِ ِشيئاََِ غيَ َرالِقرآَن‬ َ َِ َِ‫لَتَ ِكتبِواََِ عنَ َِ ِشيئاَإَِِلََِ الِقرآَنَ َِ َومنَ َِ كت‬
“Janganlah kamu menulis sesuatu yang berasal daripadaku, terkecuali al-Qur‟an. Dan
barangsiapa telah menulis daripadaku selain al-Qur‟an, hendaklah ia menghapusnya.” (HR.
Ahmad dan Muslim).
2. Cara Rasulullah SAW Menyampaikan Hadits
Umat Islam pada masa ini dapat secara langsung memperoleh hadits dari Rasulullah SAW
sebagai sumber hadits. Tempat pertemuan antara Rasulullah SAW dan sahabatnya, seperti di
Masjid, rumahnya sendiri, pasar, ketika dalam perjalanan, dan ketika muqim (berada di rumah).
Melalui tempat tersebut Rasulullah SAW menyampaikan hadits yang disampaikan melalui
sabdanya yang didengar oleh para sahabat (melalui musyafahah), dan melalui perbuatan serta
taqrirnya yang disaksikan oleh para sahabat (melalui musyahadah).
Ada beberapa cara Rasulullah SAW menyampaikan hadits kepada para sahabat, yaitu:
a. Melalui majlis al-‟ilm, yaitu pusat atau tempat pengajian yang diadakan oleh Nabi Muhammad
SAW untuk membina para jama‟ah. Melalui majlis ini para sahabat memperoleh banyak peluang
untuk menerima hadits, sehingga mereka berusaha untuk selalu mengkonsentrasikan diri guna
mengikuti kegiatan dan ajaran yang diberikan oleh Rasulullah SAW.
b. Dalam banyak kesempatan Rasulullah SAW juga menyampaikan haditsnya melalui para
sahabat tertentu, yang kemudian disampaikannya kepada orang lain. Jika yang berkaitan dengan
soal keluarga dan kebutuhan biologis (terutama yang menyangkut hubungan suami istri), ia
sampaikan melalui istri-istrinya.
c. Melalui ceramah atau pidato di tempat terbuka, seperti ketika haji wada‟ dan Fath Makkah.5
Ketika menunaikan ibadah haji pada tahun 10 H (631 M), Nabi Muhammad SAW menyampaikan
khatbah yang sangat bersejarah di depan ratusan ribu kaum muslimin yang melakukan ibadah
haji, yang isinya terkait dengan bidang muamalah, ubudiyah, siyasah, jinayah, dan hak asasi
manusia yang meliputi kemanusiaan, persamaan, keadilan sosial, keadilan ekonomi, kebajikan,
dan solidaritas isi khatbah itu antara lain larangan menumpahkan darah kecuali dengan hak dan
larangan mengambil harta orang lain dengan batil, larangan riba, menganiaya, persaudaraan dan
persamaan diantara manusia harus ditegakkan, dan umat Islam harus selalu berpegang teguh
kepada Al-Qur‟an dan Hadits.
B. Hadits Pada Masa Tabi’in
Pada era tabi‟in, keadaan sunnah tidak jauh berbeda dari era sahabat. Namun pada masa ini, Al-
Qur‟an telah dikodifikasi dan disebarluaskan ke seluruh negeri Islam, maka tabi‟in dapat
memfokuskan diri dan mempelajari sunnah dari para sahabat. Kemudahan lain, yang diperoleh
tabi‟in karena sahabat Nabi Muhammad SAW telah menyebar ke seluruh penjuru dunia Islam.
Sehingga, mereka mudah mendapatkan informasi tentang sunnah.
1. Pusat-pusat Pembinaan Hadits
Tercatat beberapa kota sebagai pusat pembinaan dalam periwayatan hadits, sebagai tempat
tujuan para tabi‟in dalam mencari hadis. Kota-kota tersebut ialah Madinah Al- Munawwarah,
Makkah Al-Mukarramah, Kuffah, Basrah, Syam, Mesir, Maghribi danAndalusia, Yaman dan
Khurasan. Ada beberapa orang yang meriwayatkan hadis pada kota- kota tersebut, antara lain
Abu Hurairah, Abdullah Ibn Umar, Anas Ibn Malik, Aisyah, Abdullah Ibn Abbas, Jabir Ibn Adillah
dan Abi Sa‟id Al-Khudri.
Pusat pembinaan pertama adalah Madinah, karena disinilah Rasulullah SAW menetap setelah
hijrah dan Rasulullah SAW juga membina masyarakat Islam yang didalamnya terdiri atas
Muhajirin dan Anshar. Para sahabat yang menetap disini, diantaranya Khulafa‟ Rasyidin, Abu
Hurairah, Sii Aisyah, Abdullah Ibn Umar dan Abu Sa‟id Al-Khudri, dengan menghasilkan para
pembesar Zuhri, Ubaidillah Ibn „Utbah Ibn Mas‟ud dan Salim Ibn Abdillah Ibn Umar. tabi‟in,
seperti Sa‟id Ibn Al-Musyayyab, „Urwah Ibn Zubair, Ibn Syihab Al-Zuhri. Di antara ulama hadits
yang menghimpun hadits pada masa ini adalah: Ibnu Juraij (w. 150 H di Makkah), Al-Awza‟I di
Syiria (w. 159 H), Sufyan at-Tsawri di Kufah (w. 161 H), Imam Malik al-Muwaththa‟ di Madinah
(w. 174 H), dan lain-lain.13
2. Pergolakan Politik dan Pemalsuan Hadits
Pergolakan ini sebenarnya terjadi pada masa sahabat, setelah terjadinya perang Jamal dan
perang Siffin, yaitu ketika kekuasaan dipegang oleh Ali Ibn Abi Thalib. Akan tetapi akibatnya
cukup panjang dan berlarut dengan terpecahnya umat Islam ke dalam beberapa kelompok
(Khawarij, Syi‟ah, Mu‟awiyah, dan golongan mayoritas yang tidak masuk ke dalam ketiga
kelompok tersebut).
Demikian, dari pergolakan politik tersebut memberikan pengaruh negatif, yakni dengan
munculnya hadis-hadis palsu (mawdhu‟) untuk mendukung kepentingan politiknya masing-
masing kelompok dan untuk menjatuhkan posisi lawan-lawannya. Sedangkan pengaruh
positifnya ialah lahirnya rencana dan usaha yang mendorong diadakannya kodifikasi atau tadwin
hadis, sebagai upaya penyelamatan dari pemusnahan dan pemalsuan, sebagai akibat dari
pergolakan politik tersebut.
3. Perkembangan Pembukuan Hadis
Perkembangan pembukuan hadis pada masa ini ada 3 bentuk, yaitu sebagai berikut:
a. Musnad, yaitu menghimpun semua hadis dari tiap-tiap sahabat tanpa memperhatikan
masalah atau topiknya, tidak per bab seperti fiqh dan kualitas hadisnya ada yang shahih, hasan,
dan dha‟if.
b. Al-Jami‟, yaitu teknik pembukuan hadis yang mengakumulasi sembilan masalah, yakni aqa‟id,
hukum, perbudakan (riqaq), adab makan minum, tafsir, tarikh dan sejarah, sifat- sifat akhlak
(syama‟il), fitnah dan sejarah (manaqib).
c. Sunan, yaitu teknik penghimpunan hadis secara bab seperti fiqh, setiap bab memuat beberapa
hadis dalam satu topik, seperti Sunan An-Nasa‟i, Sunan Ibnu Madjah, dan Sunan Abu Dawud. Di
dalam kitab ini ada yang shahih, hasan, dan dha‟if, tetapi tidak terlalu dha‟if seperti hadis
Munkar.
2. A. Kedudukan hadis terhadap al quran
Ditinju dari segi status dan sumber rujukan, maka hubungan hadis dan al quran adalah sebagai
hubungan yang mengiringi, atau sebagai urutan kedua setelah al quran.
B. Fungsi hadis terhadap al quran
Berdasarkan kedudukannya, al quran dan hadis sebagai pedoman hidup dan sumber ajaran
Islam tidak dapat dipisahkan. Fungsi hadis terhadap ah quran ada empat, yaitu sebagai penguat
hukum yang ada dalam al quran, menjelaskan apa yang ada dalam al quran, menetapkan hukum
yang tidak ditetapkan dalam al quran, dan sebagai penghapus suatu hukum yang terdapat pada
al quran.
3. Ilmu Hadis Riwayah ialah ilmu yang meliputi pemindahan (periwayatan) perkataan Nabi
Muhammad saw dan perbuatannya, serta periwayatannya, pencatatannya, dan penguraian
lafadz-lafadznya. Inti dari ilmu ini memang membahas tentang pemindahan riwayat,
penukilan riwayat, baik secara lisan maupun tulisan. Kitab Kuning yang banyak dipelajari di
pesantren mengulas masalah ini dengan sebutan Syarah Hadis, dan Hasyiyah atau Ta’liqat.
Sedangkan Ilmu Hadis Dirayah mengelola teks hadis dari segi pembuatan format hadis, yaitu
ulasan tentang bagaimana agar teks hadis tersebut bekerja untuk memproduksi makna.
4. A. a. Definisi Hadis
Kata Hadis secara etimologis berarti komunikasi, cerita, percakapan, baik dalam konteks agama
atau duniawi, atau dalam konteks sejarah atau peristiwa dan kejadian aktual. Penggunaanya
dalam bentuk kata sifat atau adjektiva, mengandung arti al-jadid, yaitu: yang baharu, lawan dari
al-qadim, yang lama. Dengan demikian, pemakaian kata Hadis disini seolah-olah dimaksudnya
untuk membedakannya dengan Al-Qur’an yang bersifat qadim.1
Ahli hadis dan ahli ushul berbeda pendapat dalam memberikan pengertian dalam memberikan
hadis. Ada yang mendefinisikan hadis dengan “ segala perkataan Nabi SAW,. Perbuatan, dan hal
ihwalnya”. Ulama hadis menerangkan bahwa yang termasuk “hal ihwal” ialah segala pemberitaan
tentang Nabi SAW, seperti yang berkaitan dengan himmah, karakteristik, sejarah kelahiran, dan
kebiasaan-kebiasaannya. Ahli hadis yang lain menyatakan bahwa hadis merupakan segara
sesuatu yang bersumber dari Nabi SAW. Selain Al-Qur’an yang berupa perkataan, perbuatan, dan
taqrir-nya, yang berkaitan dengan hukum syara’. Yang dimaksud dengan hukum syara’ adalah
mengenai tingkah laku manusia yang berkaitan dengan perintah, larangan, dan pilihan-pilihan
yang termuat dalam hukum taklifi. Menurut Ibn As-Subki sebagaimana dikemukakan oleh Suyuki
Ismail, hadis adalah sabda dan perbuatan Nabi Muhammad SAW.2 Adapun menurut Ibn As-
Subki, taqrir tercakup dalam af’al atau perkataan Nabi.
b. Definisi sunnah
Sunnah adalah setiap apa yang ditinggalkan (diterima) dari Rasul SAW, berupa perkataan,
perbuatan, taqrir, sifat fisik atau akhlak, atau perikehidupan, baik sebelum beliau diangkat
menjadi Rasul, seperti tahannuts yang beliau lakukan di Gua Hira’, atau sesudah kerasulan beliau.
c. Defenisi Khabar
Khabar menurut bahasa adalah berita yang disampaikan oleh seseorang kepada orang lain.
Ulama lain mengatakan bahwa khabar adalah sesuatu yang datang selain dari Nabi Saw, sedangkan
yang datang dari Nabi Saw disebut dengan hadis. Dengan pendapat ini, orang yang meriwayatkan
hadis disebut muhaddits. Sebagian ulama lainnya mengatakan bahwa hadis lebih umum daripada
khabar sehiangga setiap hadis dapat dikatakan khabar, tetapi tidak setiap khabar dapat dikatakan
hadis.8 Menurut fuqaha khabar adalah segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi Saw.
d. Defenisi Atsar
Atsar menurut bahasa, artinya bekas sesuatu atau sisa sesuatu, dan kutipan atau nukilan (yang
dinukilkan).Secara etimologis berarti baqiyyat al-syay’, yaitu sisa atau peninggalan sesuatu. Ahli hadis
mengatakan bahwa atsar sama denga khabar, yaitu sesuatu yang disandarkan kepada Nabi Saw,
sahabat, tabiin. Atsar adalah sesuatu yang berasal dari tabiin sehingga ahli atsar disebut atsari9, dan
ada yang mengatakan atsar lebih umum daripada khabar. Jadi, secara linguistis, atsar sama artinya
dengan khabar, hadis, dan sunnah. Menurut fuqaha, atsar adalah berita yang disandarkan kepada
sahabat.
B. Hadits qudsi redaksinya diwahyukan dari Allah SWT (menurut pendapat yang masyhur),
sedangkan hadits nabawi makna diwahyukan dari Allah SWT untuk selain kasus ijtihad Rasulullah
SAW.
C. Perbedaan Hadits Qudsi dengan Al-Quran
1) Al Qur’an lafal dan maknanya berasal dari Allah Ta’ala melalui pewahyuan secara terang-terangan,
sedangkan hadits qudsi redaksinyadari

2) 3)
Nabi Muhammad Saw dan maknanya dari Allah Ta’ala melalui pengilhaman atau
melalui mimpi.
Al Qur’an diturunkan melalui pelantaraan malaikat jibril kepada Nabi Muhammad Saw,
sedangkan hadis qudsi tidak demikian.
Al Qur’an sebagai mukjizat yang memiliki keistimewaan yang tidak terdapat dalam hadis qudsi.

Referensi
https://scholar.google.com/scholar?hl=id&as_sdt=0,5&q=sejarah+perkembangan+hadis+dari+Masa+
rasulullah+,+masa+tabi%27in,+hingga+sekarang#d=gs_qabs&t=1697693779928&u=%23p%3DpDlcjy
uXMjYJ
https://books.google.co.id/books?hl=id&lr=&id=bEaaDwAAQBAJ&oi=fnd&pg=PR5&dq=info:MNP0Cd
Xw-bUJ:scholar.google.com/&ots=tHZS3YGcvd&sig=pTHJGayzt9norMfoUqGZlnWrg70&redir_esc=y
https://www.tebuireng.co/mengenal-hadis-riwayah-dan-dirayah/
https://d1wqtxts1xzle7.cloudfront.net/60048920/REVISI_HADIS_-_SERLY-120190718-18410-9989td-
libre.pdf?1563465395=&response-content-
disposition=inline%3B+filename%3DPENGERTIAN_HADIS_DAN_KEGUNAANNYA_DALAM_S.pdf&Expi
res=1697698418&Signature=Plaqh95HRVnVYYA6ueRHTfX7m6uTNAATiykYolZgToEQjBD-
LhiQPQS4waW7Xi95Vqy8XJjn9cKyjezUHaCbhJxqrSCOC6jV36zWQlbZaJ8yQ7KmUxPKf1w6R2LGrn0pa
mg-
mYDflPw082n3a3VQrFLaJqYuEN8uOXogBx3VAfzMY8nb36dHr5oX5EAsGue8mCc9WjoHYyXrgccIKAoZf
eWg5rICmGsMY2d0XetKM~XykmfwBRx6YW47aslzjXfqVGcv3YtnYjz4maho1LkGNNxOqDVA4wPTX4so
7fsy5j0THwX2H8zOveXj49-RseCH-XrKxr324jBhEA~noEwFvg__&Key-Pair-Id=APKAJLOHF5GGSLRBV4ZA
https://d1wqtxts1xzle7.cloudfront.net/68208921/Pengantar_Studi_Hadist_HANINA_FITRIAH_27201
90035-libre.pdf?1626786792=&response-content-
disposition=inline%3B+filename%3DPengantar_Studi_Hadist.pdf&Expires=1697699154&Signature=
WL6aBXNrj0QWJq9ufqMNR~UmPNlFFfXn1fSsjFvzz7H8rfH6Zqjo9AQV91tMh2a3yu9UAI6W3w~3VNwI
juH2gx5lI0Y4BEipVxrpNT2RMMKvrrmpI9Hn532oiaFasYpT4tpmnHEqHqBpRrRfxle3z7agldtcghpc2Z9Jh
UpKISQzc6QJQ4yZmdxmbCd4BjS5k3VEv0csFiQIgBw0j7lMZguQsPtZX33yA566BaGqpufKHdpBA8WnT9
ajlSb7NnuSCeR5v18qHIXhs3h4zR6uThfZhuM2BKRJ75fulABEHxDu2EB~zWMxGQysC1dy9oV8X~MWH
0mZRA0sJnGHoTzCVQ__&Key-Pair-Id=APKAJLOHF5GGSLRBV4ZA

Anda mungkin juga menyukai