Anda di halaman 1dari 7

BAB 1

PEMBAHASAN

A. Pengertian ilmu hadis

1. Pengertian Hadis secara Etimologis


Menurut Ibn Manzhur, kata ‘hadis’ berasal dari bahasa Arab, yaitu al-hadits, jamaknya al-
ahadits, al-haditsan, dan al-hudtsan. Secara etimologis, kata ini memiliki banyak arti di
antaranya al-jadid (yang baru) lawan dari al-qadim (yang lama), dan al-khabar, yang berarti
kabar atau berita.

Di samping pengertian tersebut, M.M. Azami mendefinisikan bahwa kata ‘hadis’, secara
etimologi (lughawiyah), berarti ‘komunikasi’, ‘kisah’, ‘percakapan’: religius atau sekular,
historis atau kontemporer.

Dalam Al-Qur’an, kata hadis ini digunakan sebanyak 23 kali. Berikut ini beberapa
contohnya.

a. Komunikasi religius: risalah atau Al-Qur’an.


Allah SWT. Berfirman,
‫هّٰللَا‬
ِ ‫ ُ نَ َّز َل اَحْ َسنَ ْال َح ِد ْي‬...
‫ث ِك ٰتبًا‬
Allah Ta’ala menurunkan secara bertahap hadis (risalah) yang paling baik dalam bentuk
kitab. (Q.S. Az-Zumar [39]:23)

b. Kisah tentang suatu watak sekular atau umum. Allah SWT. Berfirman,
ٍ ‫واِ َذا َراَيْتَ الَّ ِذ ْينَ يَ ُخوْ ضُوْ نَ فِ ْٓي ٰا ٰيتِنَا فَا َ ْع ِرضْ َع ْنهُ ْم َح ٰتّى يَ ُخوْ ضُوْ ا فِ ْي َح ِد ْي‬...
‫ث َغي ِْر ٖ ۗه‬ َ
Dan apabila kamu melihat orang-orang memperolok-olokan ayat Kami, tinggalkanlah mereka
sehingga membicarakan hadis (perkataan) yang lain. (Q.S. Al-An’am [6]:68)

Dari ayat-ayat tersebut, kita bisa menyimpulkan bahwa kata hadis telah digunakan dalam Al-
Qur’an dalam arti ‘kisah’, ‘komunikasi’, atau ‘risalah’, dari suatu masa lampau ataupun masa
kini.

2. Pengertian Hadis secara Terminologis


Secara terminologis, para ulama, baik muhaditsin, fuqaha, ataupun ulama ushul, merumuskan
pengertian hadis secara berbeda-beda. Perbedaan pandangan tersebut lebih disebabkan oleh
terbatas dan luasnya objek tinjauan masing-masing, yang tentu saja mengandung
kecenderungan pada aliran ilmu yang didalaminya.

Ulama hadis mendefinisikan hadis sebagai berikut,


Yang artinya,
Hadis adalah segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi SAW., selain Al-Qur’an Al-
karim, baik berupa perkataan, perbuatan, maupun taqrir Nabi yang bersangkut-paut dengan
hukum Syara’.

B. SEJARAH PERKEMBANGAN HADIS

A. Sejarah Perkembangan Hadis

Sejarah perkembangan hadis merupakan masa atau periode yang telah dilalui oleh hadis dari
masa lahirnya dan tumbuh dalam pengenalan, penghayatan, dan pengamalan umat dari
generasi ke generasi. Dengan memerhatikan masa yang telah dilalui hadis sejak masa
timbulnya/lahirnya di zaman Nabi SAW. Meneliti dan membina hadis, serta segala hal yang
memengaruhi hadis tersebut. Para ulama Muhaditsin membagi sejarah hadis dalam beberapa
periode.
Adapun para ulama penulis sejarah hadis berbeda-beda dalam membagi periode sejarah
hadis. Ada yang membagi dalam tiga periode, lima periode, dan tujuh periode.

M. Hasbi Asy-Shidieqy membagi perkembangan hadis menjadi tujuh periode, sejak periode
Nabi SAW. Hingga sekarang, yaitu sebagai berikut.
1. Periode Pertama: Perkembangan Hadis pada Masa Rasulullah SAW.

Periode ini disebut ‘Ashr Al-Wahyi wa At-Taqwin’ (masa turunnya Wahyu dan pembentukan
masyarakat Islam). Pada periode inilah, hadis lahir berupa sabda (aqwal), af’al, dan taqrir
Nabi yang berfungsi menerangkan Al-Qur’an untuk menegakkan syariat Islam dan
membentuk masyarakat Islam.
Para sahabat menerima hadis secara langsung dan tidak langsung. Penerimaan secara
langsung misalnya saat Nabi SAW. Memberi ceramah, pengajian, khotbah, atau penjelasan
terhadap pertanyaan para sahabat. Adapun penerimaan secara tidak langsung adalah
mendengar dari sahabat yang lain atau dari utusan-utusan, baik dari utusan yang dikirim oleh
Nabi ke daerah-daerah atau utusan daerah yang datang kepada Nabi.

Pada masa Nabi SAW., kepandaian baca tulis di kalangan para sahabat sudah bermunculan,
hanya saja terbatas sekali. Karena kecakapan baca tulis di kalangan sahabat masih kurang,
Nabi menekankan untuk menghapal, memahami, memelihara, mematerikan, dan
memantapkan hadis dalam amalan sehari-hari, serta mentabligkannya kepada orang lain.

Tidak ditulisnya hadis secara resmi pada masa Nabi, bukan berarti tidak ada sahabat yang
menulis hadis. Dalam sejarah penulisan hadis terdapat nama-nama sahabat yang menulis
hadis, diantaranya:
a. ‘Abdullah ibn Amr Ibn ‘Ash, shahifah-nya disebut Ash-Shadiqah.
b. Ali Ibn Abi Thalib, penulis hadis tentang hukum diyat, hukum keluarga, dan lain lain.
c. Anas Ibn Malik

Di samping itu, ketika Nabi SAW. Menyelenggarakan dakwah dan pembinaan umat, beliau
sering mengirimkan surat-surat seruan pemberitahuan, antara lain kepada para pejabat di
daerah dan surat tentang seruan dakwah Islamiyyah kepada para raja dan kabilah, baik di
timur, utara, dan barat. Surat-surat tersebut merupakan koleksi gadis juga. Hal ini sekaligus
membuktikan bahwa pada masa Nabi SAW. Telah dilakukan penulisan hadis di kalangan
sahabat.

2.Periode Kedua: Perkembangan Hadis pada Masa Khulfa’ Ar-Rasyidin (11 H – 40 H)

Periode ini disebut ‘Ashr-At-Tatsabbut wa Al-Iqlal min Al-Riwayah (masa membatasi dan
menyedikitkan riwayat). Nabi SAW. Wafat pada tahun 11 H. Kepada umatnya, beliau
meninggalkan dua pegangan sebagai dasar bagi pedoman hidup, yaitu Al-Qur’an dan hadis
(As-Sunnah) yang harus dipegangi dalam seluruh aspek kehidupan umat.

Pada masa Khalifah Abu Bakar dan Umar, periwayatan hadis tersebar secara terbatas.
Penulisan hadis pun masih terbatas dan belum dilakukan secara resmi. Bahkan, pada masa
itu, Umar melarang para sahabat untuk memperbanyak meriwayatkan hadis, dan sebaliknya,
Umar menekankan agar para sahabat mengerahkan perhatiannya untuk menyebarluasjan Al-
Qur’an.
Dalam praktiknya, ada dua sahabat Yangs meriwayatkan hadis, yakni:
1. Dengan lafazh asli, yakni menurut lafazh yang mereka terima dari Nabi SAW. Yang
mereka hapal benar lafazh dari Nabi
2. Dengan maknanya saja, yakni mereka meriwayatkan maknanya karena tidak hapal lafazh
asli dari Nabi SAW.

3. Periode Ketiga: Perkembangan pada Masa Sahabat Kecil dan Tabiin

Periode ini disebut ‘Ashr Intisyar al-Riwayah a Al-Amshar (masa berkembang dan
meluasnya periwayatan hadis). Pada masa ini, daerah Islam sudah meluas, yakni ke negeri
Syam, Irak, Mesir, Samarkand, bahkan pada tahun 93 H, meluas sampai ke Spanyol. Hal ini
bersamaan dengan berangkatnya para sahabat ke daerah-daerah tersebut dalam rangka tugas
memangku jabatan pemerintahan dan penyebaran ilmu hadis.

Karena meningkatnya periwayatan hadis, muncullah bendaharawan dan lembaga-lembaga


(Gentrum Perkembangan) hadis di berbagai daerah di seluruh negeri. Diantara bendaharawan
hadis yang banyak menerima, menghapal, dan mengembangkan atau meriwayatkan hadis
adalah:
1. Abu Hurairah, menurut Ibn Al-Jauzi, beliau meriwayatkan 5.374 hadis,
sedangkan menurut Al-Kirmany, beliau meriwayatkan 5.364 hadis.
2. ‘Abdullah Ibn Umar meriwayatkan 2.630 hadis.
3. ‘Aisyah, istri Rasul SAW. Meriwayatkan 2.276 hadis.

4. Periode Keempat: Perkembangan Hadis pada Abad II dan III Hijriah.

Periode ini disebut Ashr Al-Kitabah wa Al-Tadwin (masa penulisan dan pembukuan).
Maksudnya, penulisan dan pembukuan secara resmi, yakni yang diselenggarakan oleh atau
atas inisiatif pemerintah.

Masa pembukuan secara resmi dimulai pada awal abad 11 H, yakni pada masa pemerintahan
Khalifah Umar Ibn Abdul Azis tahun 101 H.

Anda mungkin juga menyukai