Anda di halaman 1dari 9

Oleh

DR. Tgk. Anwar, ST. M.Ag. MT.


Sumber-Sumber Ajaran Islam
Hadis
Hadis adalah baru, tidak lama, ucapan, pembicaraan dan cerita.

Menurut para ahli hadis:


Segala ucapan, perbuatan dan keadaan NabiMuhammad atau
segala berita yang bersumber dari Nabi Muhammad berupa
ucapan, perbuatan, takrir (peneguhan kebenaran dengan
alasan), maupun deskripsi sifat-sifat Nabi s.a.w.

Menurut ahli usul fiqih:


Segala perkataan, perbuatan dan takrir Nabi s.a.w. yang
berhubungan dengan hukum.
Lanjutan
Istilah lain untuk sebutan hadis ialah sunnah, khabar dan atsar.

Menurut sebagian ulama pengertian sunnah lebih luas yaitu segala yang dinukilkan dari
Nabi s.a.w. baik berupa perkataan, perbuatan, takrir maupun pengajaran, sifat, kelakuan,
perjalanan hidup, dan baik itu terjadi sebelum masa kerasulan maupun sesudahnya.
Selain itu titik berat penekanan sunnah adalah kebiasaan normatif Nabi s.a.w.

Khabar adalah berita atau warta, selain dinisbahkan kepada Nabi s.a.w. bisa juga kepada
sahabat dan tabiin. Dengan demikian, khabar lebih umum daripada hadis karena
termasuk di dalamnya semua riwayat yang bukan dari Nabi s.a.w.

Atsar berarti nukilan, lebih sering digunakan untuk sebutan bagi perkataan sahabat Nabi
s.a.w. meskipun kadang-kadang dinisbahkan kepada Nabi s.a.w.

Semua perbedaan ini adalah disebabkan karena adanya perbedaan sudut pandang para
ulama dalam melihat Nabi Muhammad s.a.w. dan peri kehidupannya.
Lanjutan
Ulama hadis melihat Nabi s.a.w. sebagai pribadi panutan
umat manusia. Ulama usul fiqih melihatnya sebagai
pengatur undang-undang dan pencipta dasar-dasar untuk
berijtihad. Fuqaha melihatnya sebagai pribadi yang seluruh
perbuatan dan perkataannya menunjukkan pada hukum
Islam (syarak).

Istilah hadis juga dikenal dalam Theologi Islam. Dalam


bidang ini kata hadis (jamaknya hawadis) digunakan
untuk pengertian suatu wujud yang sebelumnya tidak ada
atau sesuatu yang tidak azali (lawannya adalah qadim).
Misalnya dikatakan bahwa eksistensi alam ini hadis.
Maksudnya, alam ini pernah tidak ada, lalu menjadi ada
karena diciptakan Allah s.w.t.
Jenis Hadis Berdasarkan
Sumbernya
Hadis dapat dibedakan menjadi 2 macam:

1) Hadis Qudsi, yang juga disebut dengan istilah Hadis Ilahi atau
Hadis Rabbani adalah suatu hadis yang berisi firman Allah
s.w.t. yang disampaikan kepada Nabi Muhammad s.a.w.
kemudian Nabi s.a.w. menerangkannya dengan menggunakan
susunan katanya sendiri serta menyandarkannya kepada Allah
s.w.t. Dengan kata lain, Hadis Qudsi ialah hadis yang
maknanya berasal dari Allah s.w.t. sedangkan lafalnya berasal
dari Nabi s.a.w.

2) Hadis Nabawi (Nabi) adalah hadis yang lafal maupun maknanya


berasal dari Nabi Muhammad s.a.w. sendiri.
Lanjutan
Perbedaan Hadis Qudsi dengan Al-Quran adalah:

1) Lafal dan makna al-Quran berasal dari Allah s.w.t. Sedangkan hadis qudsi
hanya maknanya yang berasal dari Allah s.w.t.
2) Al-Quran mengandung mukjizat.
3) Membaca al-Quran termasuk perbuatan ibadah, sedangkan membaca hadis
qudsi tidak termasuk ibadah.
4) Al-Quran tidak boleh dibaca atau bahkan disentuh oleh orang-orang yang
berhadas, sedangkan hadis qudsi boleh dipegang atau dibaca oleh orang-
orang yang berhadas.
5) Periwatan al-Quran tidak boleh hanya dengan maknanya saja, sedangkan
hadis qudsi boleh diriwayatkan hanya dengan maknanya.
6) Al-Quran harus dibaca diwaktu shalat, sedangkan hadis qudsi tidak harus
dan bahkan tidak boleh dibaca diwaktu shalat.
7) Semua ayat al-Quran disampaikan dengan cara mutawatir, sedangkan tidak
semua hadis qudsi diriwayatkan dengan mutawatir.
Periode Perkembangan Hadis
Periode Pertama:
Masa wahyu dan pembentukan hukum serta dasar-dasarnya (masa kerasulan
dari 13 sebelum Hijriah sampai 11 Hijriah).

Periode Kedua:
Periode ini disebut Zaman attasabbut wa al-iqlal min ar-riwayah (periode
mebatasi hadis dan menyedikitkan riwayat). Berlangsung pada masa khulafa
rasyidin.

Periode Ketiga:
Disebut zaman intisyar ar-riwayah ila al-amsal (periode penyebaran riwayat
kekota-kota). Berlangsung pada masa sahabat kecil dan tabiin besar.

Periode Keempat:
Zaman Asr al-Kitabat wa al-Tadwin (periode penulisan dan kodifikasi resmi).
Berlangsung dari masa Khalifah Umar bin abdul aziz (99 102 H/717 -720 M).
Lanjutan
Periode Kelima:
Asr at-Tajrid wa at-Tashih wa at-Tanqih (periode pemurnian, penyehatan dan
penyempurnaan), dari awal abad ke 3 sampai akhir abad ke 3 H. Periode ini menanggung
dan mencarikan pemecahan terhadap permasalah-permasalahan hadis yang muncul dan
belum diselesaikan pada periode sebelumnya.

Periode Keenam:
Asr at-Tahzib wa at-Tartib wa al-istidrak wa al-Jam (periode pemeliharaan, penertiban
dan penghipunan), mulai abad ke 4 H sampai jatuhnya kota Baghdad (656 H/1258 M).
Ulama-ulama hadis telah menetapkan bahwa para ahli hadis yang hidup sebelum abad
ke 4 H atau periode ini disebut mutaqaddimin (pendahulu), sedangkan sesudahnya
disebut mutaakhirin. Ulama hadis mutaqaddimin pada umumnya melakukan kegiatan
mereka secara mandiri, dalam arti mengumpulkan hadis dan memeriksanya sendiri
dengan menemui para penghafalnya yang tersebar dibanyak pelosok negeri. Sedangkan
kegiatan ulama hadis mutaakhirin pada umumnya bersandar pada karya-karya ulama
mutaqaddimin, dalam arti hadis yang mereka kumpulkan merupakan petikan atau
nukilan darimkitab-kitab mutaqaddimin.
Lanjutan
Periode Ketujuh:

Ahd asy-syarh wa al-Jam wa at-Takhrij wa al-Bahs


(periode pensyarahan, perhimpunan, pengeluaran
riwayat dan pembahasan), mulai jatuhnya kota
Baghdan sampai sekarang.

Anda mungkin juga menyukai