Anda di halaman 1dari 4

TUGAS DAN JAWABAN TUTORIAL 1

NAMA: ULIL AFDAL


NIM: 043128705
ASAL: UBPJJ-UT MAKASSAR
MATA KULIAH: HUKUM ISLAM DAN ACARA PERADILAN AGAMA
Izin Menjawab

SOAL

Sempat menyeruak oleh satu kelompok yang menyatakan bahwa hadis bukanlah
merupakan sumber hukum yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Kelompok itu
berdalih bahwa hadis yang ada saat ini merupakan sebuah pernyataan yang disampaikan
setelah Rasulullah Muhammad SAW wafat.

Pertanyaan:

1. Berikan analisis anda atas alasan yang mendasari sehingga hadis dikatakan sebagai
sebuah sumber hukum dalam Islam.
2. Apakah semua jenis hadis diakui sebagai sumber hukum yang dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah? uraikan!

Jawaban:

1. Hadits adalah salah satu sumber hukum dalam Islam. Dalam hukum Islam, Hadits
adalah pedoman yang berposisi setelah Al-Qur'an. Hadits adalah hukum yang
berkaitan dengan perkataan dan perbuatan Rasulullah SAW. Dalam Islam, Hadits
adalah penyempurna umat dalam memaknai ajaran agama. Hadits adalah bagian
penting saat memahami Islam. Selain itu, peran Hadits adalah memberikan konteks
pada ayat-ayat dalam Al-Qur'an.

Hadits adalah sumber keislaman yang dikumpulkan para sahabat Nabi yang
selanjutnya disampaikan kepada sahabat lain. Hadits kemudian disusun dan
disatukan hingga mudah dipelajari umat. Pada zaman Nabi (w. 632 M.), belum atau
tidak ada bukti sejarah yang menjelaskan bahwa telah ada dari kalangan umat Islam
yang menolak hadis sebagai salah satu sumber ajaran Islam. Bahkan pada masaal-
Khulafa' al-Rasyidin (632 M.-661 M.) dan Bani Umayyah (661M.750M.), belum terlihat
jelas adanya kalangan umat Islam yang menolak hadis sebagai salah satu sumber
ajaran Islam. Mereka yang berpaham inkar al-Sunnah, sebagaimana yang
diidentifikasikan oleh Syuhudi Ismail, barulah muncul pada awal masa 'Abbasyiah
(750 M.-1258 M.). Mereka juga dikenal dengan sebutan munkir al-Sunnah. Adanya
kelompok yang menolak hadis itu diketahui melalui tulisan-tulisan al-Syafi'iy. Mereka
itu oleh al-Syafi’iy dibagi tiga golongan, yakni:
 golongan yang menolak seluruh sunnah
 golongan yang menolak sunah, kecuali 'bila sunnah itu memiliki kesamaan
dengan petunjuk Alquran
 Terdapat perbedaan tentang siapa yang dimaksud al-Syafi'iy dengan golongan
pertama tersebut. Hal itu disebabkan tidak adanya penjelasan dari al-Syafi'iy
sendiri. Uraian dari Abu Zahrah menjelaskan bahwa Khudariy berpendapat
golongan yang dimaksud golongan yang menolak sunnah yang berstatus ahad
Dua golongan yang disebutkan pertama sekali, sebagaimana dijelaskan Ahmad
Yusuf, sebenarnya dapat dikelompokkan menjadi satu, karena kedua-duanya
sama-sama menolak kewajiban-kewajiban yang timbul dari hadis.
Cukup banyak dalil yang dikemukakan oleh pengingkar hadis ini, baik berupa ayat
Alquran maupun interpretasi terhadap ayat itu sendiri. Di antara ayat Alquran yang
mereka sebutkan, sebagaimana ditulis alSyafi'iy dalam Alquran S. al-Nahl: 89 yang
artinya:
Dan kami turunkan kepadamu Alkitab (AIquran) untuk menjelaskan segala sesuatu
Menurut mereka, ayat dialas dan semakna dengannya menunjukkan secara jelas
bahwa Alquran telah mencakup segala sesuatu berkenaan dengan ketentuan agama.

Oleh karena itu, tidak diperlukan keterangan lainnya, misalnya hadis. Selain itu,
mereka menyatakan bahwa Alquran diturunkan dalam bahasa Arab. Mereka yang
memiliki pengetahuan yang mendalam tentang bahasa Arab akan mampu memahami
Alquran dengan baik tanpa bantuan hadis. Hal itu, menurut mereka juga, belum lagi
ditambahi dengan keadaan seseorang yang tidak mungkin secara akal terbebas dari
kesalahan dan kelupaan. Jadi dalam hal ini, sangat sulit untuk menyejajarkan posisi
hadis dengan Alquran sebagai sumber ajaran Islam.

Argumen-argumen yang mereka sebutkan, menurut al-Syafi'iy tidak kuat.


Menurutnya, mereka salah dalam menafsirkan dan memahami maksud kata tibyan
(penjelasan) yang termuat dalam Surat al-Nahl:89 Al-Syafi'iy menilai kata itu
mempunyai beberapa cakupan pengertian, yakni
 Ayat Alquran secara tegas menjelaskan adanya, berbagai kewajiban, misalnya
kewajiban Shalat, puasa, zakat, dan haji; berbagai larangan, misalnya
larangan-larangan berbuat zina, meminum minuman keras, memakan
bangkai, darah, dan daging Babi dan berbagai teknis pelaksanaan ibadah
tertentu, misalnya tata-cara berwudu
 Ayat Alquran dalam penjelasannya tentang kewajiban tertentu masih bersifat
global, misalnya kewajiban sholat, dalam hal ini, hadis Nabi menjelaskan
teknis pelaksanaannya
 Nabi menetapkan suatu ketentuan yang dalam Alquran ketentuan itu tidak
dikemukakan secara tegas. Ketentuan dalam hadis tersebut wajib ditaati,
sebab Allah memerintahkan kepada orang-orang yang beriman untuk menaati
Nabi
 Allah mewajibkan kepada hamba-Nya untuk melakukan ijtihad. Kewajiban
melaksanakan kegiatan ijtihad sama kedudukannya dengan kewajiban
menaati perintah lainnya yang telah ditetapkan oleh Allah bagi mereka yang
memenuhi syarat. Jadi, berdasarkan penjelasan di atas, hadis Nabi merupakan
penjelas bagi ketentuan agama Islam melalui Alquran yang masih bersifat
global.
2. Untuk mengetahui apakah semua jenis hadis diakui sebagai sumber hukum yang
dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah kita dapat melihat dari:
a. Unsur Hadits
 Rawi
Rawi dalam Hadits adalah orang yang menyampaikan atau menuliskan dalam
suatu kitab apa-apa yang pernah didengar dan diterimanya dari seseorang
(gurunya). Bentuk jamaknya adalah ruwah dan perbuatannya menyampaikan
Hadits disebut meriwayatkan Hadits. Hadits yang ditakhrijkan dari suatu kitab
Hadits pada umumnya membubuhkan nama rawi terakhirnya pada akhir matan
Hadits. Contohnya, Hadits di depan, rawi terakhirnya adalah Imam Bukhari.
Sedangkan rawi pertamanya adalah Abdullah (sahabat nabi).
 Matan
Matan dalam Hadits adalah pembicaraan (kalam) atau materi berita yang diover
oleh sanad yang terakhir. Baik pembicaraan itu sabda Rasulullah SAW, sahabat
ataupun Tabi’in. Baik pembicaraan itu tentang Nabi atau taqrir Nabi.
 Sanad
Sanad dalam Hadits adalah yang disebut sebelum matan Hadits. Sanad
merupakan silsilah orang-orang yang menghubungkan Hadits. Sisilah orang-orang
maksudnya adalah susunan atau rangkaian orang-orang perawi Hadits yang
menyampaikan materi Hadits sejak mukharrij sampai kepada perawi terakhir yang
bersambung kepada Nabi.

b. Bentuk Hadits
 Hadits Qouli
Hadits Qouli adalah segala perkataan Nabi SAW yang berisi berbagai tuntutan
dan petunjuk syara’, peristiwa-peristiwa dan kisah-kisah baik yang berkaitan
dengan aspek akidah, syariah maupun akhlak.
 Hadits Fi’il
Hadits Fi’il adalah segala perbuatan Nabi SAW. yang menjadi anutan perilaku
para, sahabat pada saat itu, dan menjadi keharusan bagi semua umat Islam
untuk mengikutinya, seperti praktek wudlu, praktek salat lima waktu dengan
sikap-sikap dan rukun-rukunnya, praktek manasik haji, cara, memberikan
keputusan berdasarkan sumpah dan saksi, dan lainlain.
 Hadits Taqriri
Hadits Taqriri adalah Hadits yang berupa, ketetapan Nabi SAW. terhadap apa
yang datang atau yang dikemukakan oleh para sahabatnya dan Nabi SAW
membiarkan atau mendiamkan perbuatan tersebut, tanpa, membedakan
penegasan apakah beliau membenarkan atau mempersalahkannya.
 Hadits Hammi
Hadits Hammi adalah hadits yang berupa keinginan atau hasrat Nabi SAW
yang belum terealisasikan. Walaupun hal ini baru rencana dan belum
dilakukan oleh Nabi, para ulama memasukkannya pada hadis, karena Nabi
tidak merencanakan sesuatu kecuali yang benar dan dicintai dalam agama,
dituntut dalam syari’at Islam dan beliau diutus untuk menjelaskan syariat
Islam.
 Hadits Ahwal
Hadits Ahwal adalah hadits yang berupa ihwal Nabi SAW yang tidak temasuk
ke dalam kategori ke empat hadits di atas. “hal ihwal”, ialah segala
pemberitaan tentang Nabi SAW, seperti yang berkaitan dengan sifat-sifat
kepribadiannya/perangainya (khuluqiyyah), keadaan fisiknya (khalqiyah),
karakteristik, sejarah kelahiran, dan kebiasaan-kebiasaanya.

c. Istilah dalam periwayatan hadits


 Muttafaq Alaih
Muttafaq Alaih (disepakati atasnya) yaitu hadits yang diriwayatkan oleh Imam
Bukhari dan Imam Muslim dari sumber sahabat yang sama, dikenal dengan
Hadits Bukhari dan Muslim
 Akhrajahu syaikhani
Akhrajahu syaikhani, artinya hadis tersebut diriwayatkan oleh Bukhari dan
Muslim
 Akhrajahu tsalatsah
Akhrajahu tsalatsah, artinya hadis tersebut diriwayatkan oleh Abu Daud,
Tirmidzi, dan an-Nasa’i.
 Akhrajahu arba’ah
Akhrajahu arba’ah, berarti hadis tersebut diriwayatkan oleh Abu Daud,
Tirmidzi, An-Nasai dan Ibn Majah.
 Akhrajahu khamsah
Akhrajahu khamsah, yaitu hadis yang diriwayatkan oleh Abu Daud, Tirmidzi,
An-Nasai, Ibn Majah dan Imam Ahmad.
 Akhrajahu Sittah
Akhrajahu Sittah, berarti hadis tersebut diriwayatkan oleh Bukhari, Muslim,
Abu Daud, Tirmidzi, An-Nasai dan Ibn Majah.
 Akhrajahu Sab’ah
Akhrajahu Sab’ah, berarti hadis tersebut diriwayatkan oleh Bukhari, Muslim,
Abu Daud, Tirmidzi, An-Nasai, Ibn Majah, dan Imam Ahmad.
 Akhrajahu Jama’ah
Akhrajahu Jama’ah, artinya hadis tersebut diriwayatkan oleh banyak ulama
Hadis.

Terima kasih atas kesempatannya dan mohon maaf apabila ada kekurangan ataupun
kesalahan dari jawaban yang saya berikan, mohon koreksinya.

Anda mungkin juga menyukai