Anda di halaman 1dari 17

Ilmu Hadis Dirayah

Kedudukan, Fungsi, Unsur-Unsur Pokok

M. Fadly Habibi, M.Pd.I


Pendidikan Agama Islam
Pengertian hadist menurut istilah
dari 3 sudut pandang Ulama :
A.Menurut para Muhadditsun (ahli hadist)
Hadist didefinisikan sebagai segala riwayat yang berasal
dari Rasulullah baik berupa perkataan, perbuatan,
ketetapan (taqrir), sifat fisik dan tingkah laku, beliau baik
sebelum diangkat menjadi rasul (seperti tahannuts beliau
di gua Hiro’) maupun sesudahnya”. Karena para
muhadditsun meninjau bahwa pribadi Nabi Muhammad
itu adalah sebagai uswatun hasanah, sehingga segala yang
berasal dari beliau baik ada hubungannya dengan hukum
atau tidak, dikategorikan sebagai hadist.
b. Menurut para ahli ushul fiqh (ushuliyyun)
Para ushuliyyun mendefinisikan hadist sebagai
segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi SAW
selain al-Qur’an, berupa perkataan, perbuatan
maupun ketetapan (taqrir) beliau, yang dapat
dijadikan sebagai dalil hukum syari’ah karena
bersangkut-paut dengan hukum islam. Ushuliyyun
meninjau bahwa pribadi Nabi Muhammad adalah
sebagai pembuat undang-undang (selain yang sudah
ada dalam Al-Qur’an) yang membuat dasar-dasar
ijtihad bagi para mujtahid yang datang sesudahnya
dan menjelaskan kepada umat islam tentang aturan
hidup (ibid)
c. Menurut sebagian ulama (jumhur ulama)
Menurut sebagian ulama antara lain at-Thiby, sebagaimana dikutip
M. Syuhudi Ismail, mengatakan bahwa hadist adalah segala
perkataan, perbuatan, dan takrir nabi, para sahabat, dan para tabiin.
(ibid)
Ada banyak ulama periwayat hadist, namun yang sering
dijadikan referensi hadist-hadistnya ada tujuh ulama, yakni :
a. Imam Bukhari
b. Imam Muslim
c. Imam Abu Daud
d. Imam Turmudzi
e. Imam Ahmad
f. Imam Nasa’i
g. Imam Ibnu Majah.
2. Kedudukan Hadist Terhadap Hukum Islam
Al-Qur’an dan Hadist merupakan dua sumber hukum
syariat islam yang tetap, yang orang islam tidak mungkin
memahami syariat islam secara mendalam dan lengkap
dengan tanpa kembali kepada sumber islam tersebut.
Banyak ayat Al-Qur’an dan Hadist yang memberikan
pengertian bahwa hadis itu merupakan sumber hukum
islam selain al-qur’an yang wajib diikuti, baik dalam
perintah maupun larangannya. Uraian di bawah ini
merupakan paparan tentang kedudukan hadis sebagai
sumber hukum islam dengan melihat beberapa dalil, baik
naqli maupun aqli.
Dalil Hadits
Dalam salah satu pesan Rasulullah SAW berkenaan dengan
keharusan menjadikan hadis sebagai pedoman hidup, disamping
Al-Qur’an sebagai pedoman utamanya. Beliau bersabda :
“Dari Abu Hurairah r.a., dari Nabi SAW, bahwa Rasulullah
bersabda: “Telah Aku tinggalkan pada diri kamu sekalian dua
perkara sehingga kamu tidak akan sesat selama kamu
berpegang teguh kepadanya. Yaitu Kitab Allah dan Sunnah
Rasul-Nya” (H.R. Malik).
Kedudukan Hadist dari segi statusnya sebagai dalil dan
sumber ajaran islam, menurut jumhu ulama adalah menempati
posisi kedua al-Quran. Hal tersebut terutama di tinjau dari segi
wurud atau stabutnya Al-Quran adalah bersifat qathi’i; oleh
karenanya yan bersifat qath’i (pasti) didahulukan dari pada yang
zhanni (relatif).
Kesepakatan Ulama (Ijma’)

Umat islam telah sepakat menjadikan hadis sebagai salah


satu dasar hukum beramal; karena sesuai dengan yang
dikehendaki Allah. Kesepakatan umat muslimin dalam
mempercayai, menerima dan mengamalkan segala
ketentuan yang terkandung di dalam hadis ternyata sejak
Rasulullah masih hidup. Banyak peristiwa menunjukan
adanya kesepakatan menggunakan hadis sebagai sumber
hukum islam, sebagai berikut: Ketika Abu Bakar di baiat
menjadi khalifah, ia pernah berkata, “ Saya tidak
meninggalkan sedikitpun sesuatu yang
diamalkan/dilaksanakan oleh Rasulullah, sesungguhnya
saya takut tersesat bila meninggalkan perintahnya.”
Sesuai Dengan Petunjuk Akal
Kerasulan Nabi Muhammad saw, telah diakui dan dibenarkan oleh umat islam,. Di
dalam mengemban misinya itu, kadang-kadang beliau hanya sekedar menyampaikan apa
yang diterima dari Allah swt., baik isi maupun formulasinya dan kadang kala atas inisiatif
sendiri dengan bimbingan ilham dari Tuhan. Namun juga tidak jarang beliau membawakan
hasil ijtihad semata-mata mengenai suatu masalah yang tidak dibimbing oleh wahyu dan
juga tidak dibimbing oleh ilham. Sudah selayaknya segala peraturan dan perundang-
undangan serta inisiatif beliau, baik yang beliau ciptakan atas bimbingan ilham atau atas
hasil ijtihad semata, ditempatkan sebagai sumber hukum dan pedoman hidup. Berarti ‫المعتمد‬
(pegangan). Dinamankan demikian karena hadis merupakan sesuatu yang menjadi
sandaran dan pegangan.
Sementara termenologi, sanad adalah jalan yang dapat menghubungkan matan hadis
sampai kepada Nabi Muhammad saw sebagaimana juga telah dijelaskan diatas. Dengan
kata lain, sanad adalah rentetan perawi-perawi (beberapa orang) yang sampai kepada
matan hadis.
Contohnya pada kitab Sholih Bukhari sebagai berikut :
Sesuai Dengan Petunjuk Akal
Dari hadis diatas sanadnya adalah orang-orang yang menyampaikan matan hadis
sampai pada Imam Bukhori, sehingga orang yang menyampaikan kepada imam bukhari
adalah sanad pertama dan sanad terakhir adalah Abu Hurairah. Sedangkan Imam Bukhari
adalah orang yang mengeluarkan hadis atau yang menulis hadis dalam kitabnya. Para ahli
hadis memberi penilaian terhadap shohih atau tidaknya dapat berdasarkan pada sanad
tersebut. Jika terdapat salah satu sanad yang kurang memenuhi syarat maka dapat
mengurangi atau bahkan dapat meragukan kesohihan hadis.

Berikut adalah contoh sanad lainnya:

“Al-Humaidi ibn al-Zubair telah menceritakan kepada kami seraya berkata Sufyan telah
menceritakan kepada kami seraya berkata Yahya ibn Sa’id al-Ansari telah menceritakan
kepada kami seraya berkata Muhammad ibn Ibrahim al-Taimi telah memberitakan kepada
saya bahwa dia mendengar Alqamah ibn Waqqas al-Laisi berkata “saya mendengar Umar
ibn al-Khattab ra berkata di atas mimbar “Saya mendengar Rasulullah saw. Bersabda..
Rawi,
Yaitu orang yang meriwayatkan hadis. Antara rawi dan
sanad orang-orangnya sama, yaitu – itu saja. Misalnya
pada contoh sanad, yaitu sanad terakhir Abu Hurairah
adalah perawi hadis yang pertama, begitu seterusnya
hingga kepada Imam Bukhari. Sedangkan Imam Bukhari
sendiri adalah perawi hadis yang terakhir.
Untuk menyeleksi hadis yang sekian banyaknya dan
pada waktu Nabi Muhammad saw masih hidup tidak
banyak sahabat yang menulis hadis, dan menyampaikan
hadis Nabi SAW masih terbatas dari mulut ke mulut
berdasarkan hafalan dan ingatan saja sampai pada masa
khalifah Umar bin Abdul Azis tahun 99 – 101 H.
UNSUR – UNSUR HADITS

Dalam suatu hadis harus memenuhi 3 unsur. Dimana


unsur tersebut dapat mempengaruhi tingkatan hadis, apakah
hadis tersebut asli atau tidak. Unsur – unsur tersebut yaitu :
Matan
Yakni sabda Nabi atau isi dari hadith tersebut. Matan
ini adalah inti dari apa yang dimaksud oleh hadis, misalnya.

Matan, berasal dari bahasa Arab yang terdiri dari huruf ‫ن م‬


‫ – ت‬- Matan memiliki makna “punggung jalan” atau bagian
tanah yang keras dan menonjol ke atas. Apabila dirangkai
menjadi kalimat matn al-hads
Sanad
Yaitu sandaran atau jalan yang menyampaikan kepada
matan hadith. Sanad inilah orang yang mengkabarkan
hadis dari Rasulullah saw kepada orang yang
berikutnya sampai kepada orang yang menulis atau
mengeluarkan hadis. Secara bahasa, sanad berasal dari
kata ‫ سند‬yang berarti
( penggabungan sesuatu ke sesuatu yang lain), karena
di dalamnya tersusun banyak nama yang tergabung
dalam satu rentetan jalan. Bisa juga
Sanad
3. Nama-nama dalam sanad di atas disebut rawi.
Sebenarnya antara rawi dan sanad merupakan dua istilah yang tidak dapat
dipisahkan karena sanad hadis pada setiap generasi terdiri dari beberapa perawi.
Singkatnya sanad itu lebih menekankan pada mata rantai/silsilah sedangkan rawi
adalah orang yang terdapat dalam silsilah tersebut. Maka untuk menjaga keaslihan
hadis diperlukan Perawi-Perawi haids yang memenuhi syarat sebagai berikut :

1. Perawi itu harus orang yang adil, arti adil dalam periwayatan hadis yaitu :
muslim, baligh, berakal, tidak pernah melakukan dosa besar dan tidak seringn
melakukan dosa kecil.
2. Perawi itu harus seorang yang dabit, Dhabith ini mempunyai dua pengertian
yaitu
a. Dabit dalam arti bahwa perawi hadis harus kuat hafalan serta daya ingatnya dan
bukan orang yang pelupa
b. Dabit dalam arti bahwa perawi hadis itu dapat menjaga atau memelihara kitab
hadis yang diterima dari gurunya sebaik – baiknya, sehingga tidak mungkin ada
orang mengadakan perubahan didalamnya.
Sanad
Adapun para sahabat yang paling banyak meriwayatkan hadis yaitu :
a. Abu Hurairah, beliau meriwayatkan hadis sebanyak 5374 buah hadis
b. Abdullah bin Umar, beliau meriwayatkan hadis sebanyak 2630 buah hadis
c. Anas bin Malik , beliau meriwayatkan hadis sebanyak 2286 buah hadis
d. Aisyah Ummul Mukminin, beliau meriwayatkan hadis sebanyak 2210 buah
hadis
e. Abdullah bin Abbas, beliau meriwayatkan hadis sebanyak 1660 buah hadis
f. Jabir bin Abdullah, beliau meriwayatkan hadis sebanyak 1540 buah hadis
g. AU Sa’id Al Khudri, beliau meriwayatkan hadis sebanyak 1170 buah hadis\

Selain tujuh sahabat tersebut masih banyak yang meriwayatkan hadis tetapi
tidak ada yang meriwayatkan hadis lebih dari seribu hadis. Para sahabat Nabi
saw ini menjadi perawi hadis pertama dan sanad terakhir dan mereka inilah
yang pada umumnya disebut sanad dalam.
Mukharrij

Mukharrij secara bahasa adalah orang yang


mengeluarkan. Kaitannya dengan hadis, mukharrij adalah
orang yang telah menukil atau mencatat hadis pada
kitabnya, seperti kitab al-Bukhari. Memindahkan hadis dari
seorang guru kepada orang lain lalu membukukannya
dalam kitab disebut mukharrij. Oleh sebab itu, semua
perawi hadis yang membukukan hadis yang
diriwayatkannya disebut mukharrij seperti para penyusun
al-kutub al-tis’ah (kitab sembilan).
Contohnya : (HR.Bukhori dan HR. Muslim).
KESIMPULAN
1. Sesuatu yang disandarkan kepada Nabi Muhammad SAW,
baik berupa ucapan, perbuatan, ketetapan, atau dengan sifat.
2. Al-Qur’an itu menjadi sumber hukum yang pertama dan Al-
Hadits menjadi asas perundang-undangan setelah Al-Quran
sebagaimana yang dijelaskan oleh Dr. Yusuf Al-Qardhawi
bahwa Hadits adalah “sumber hukum syara’ setelah Al-
Qur’an dan Hadits merupakan sumber pokok ajaran Islam
dan merupakan rujukan umat Islam dalam memahami syariat.
3. Fungsi Hadits terhadap Al Qur’an adalah berfungsi untuk
memperkokoh isi kandungan al-Qur’an, untuk memberikan
rincian dan tafsiran global (mujmal), memberikan
persyaratan/batasan (taqyid) ayat-ayat al-Qur’an yang
bersifat mutlak, dan mengkhususkan (takhsis) terhadap ayat-
ayat al-Qur’an yang masih bersifat umum.
WASSALAM

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai