Anda di halaman 1dari 6

1.

Yang berhubungan sengan generasi periwayatan


a. Sahabat besar (Kibar Sohabat) : Sahabat yang banyak bergaul bersama Nabi, banyak
belajar, banyak mendengar hadist-hadist dari beliau, sering pergi berjihad dll, seperti Abu
Bakar, Umar bin Khattab, Utsman, Ali, Ibnu Mas;ud dan lainnya.
b. Sahabat Kecil (Sighor Sohabi) : Sahabat yang jarang bergaul bersama Nabi, disebabkan
tepat tinggalnya jauh dari Nabi, atau terakhir masuk Islam nya dll.
c. Tabi'in Orang Islam yang bertemu dengan sahabat, berguru dan belajar kepada sahabat,
tapi tidak bertemu dengan Nabi dan tidak pula semasa dengan Nabi.
d. Tabiin Besar (Kibar Tabiin) Tabiin yang banyak bertemu sahabat, belajar dan berguru
kepada

mereka.

Tabiin besar besar ini diantaranya yang dikenal dengan FUKAHA TUJUH, yaitu: Said
Ibn Musayyab. Al-Qasim Ibn Muhammad Abu Bakr, Urwah bin Zubair, Kharijah Ibn
Zaid, Abu Ayyub Sulaiman Hilali, Ubaidullah Ibn Utbah, Abu Salamah Ibn Abdurahman
ibn Auf
e. Tabiin Kecil (Sighor Tabiin) : Tabiin yang sedikit bertemu sahabat dan lebih banyak
belajar dan mendengar hadist dari Tabiin besar.
2.

Yang berkaitan dengan kegiatan periwayatan


a. MATAN
Matan secara bahasa artinya sesuatu yang menjulang dan tinggi di atas tanah. Secara
istilah, matan adalah suatu kalimat tempat berakhirnya sanad.
b. SANAD
Sanad secara bahasa artinya sesuatu yang dijadikan sandaran. Secara istilah, sanad adalah
mata rantai persambungan periwayat yang bersambung bagi matan hadist.
Agar lebih memperjelas dan memudahkan untuk membedakan mana yang matan dan
mana yang sanad, maka perhatikan hadist berikut:

( ):
( ) .
Telah mengkhabarkan kepada kami Abdullah bin Yusuf, dia berkata: Telah mengabarkan
kepada kami Malik dari Ibnu Syihab dari Muhammad bin Jubair bin Muthim dari bapaknya
berkata: aku mendengar Rasulullah SAW membaca surat Thur ketika Shalat Maghrib. (HR.
Bukhari).
Bagian di bawah ini adalah sanad Hadist:


Telah mengkhabarkan kepada kami Abdullah bin Yusuf, dia berkata: Telah mengabarkan
kepada kami Malik dari Ibnu Syihab dari Muhammad bin Jubair bin Muthim dari bapaknya.
)( .
aku mendengar Rasulullah SAW membaca surat Thur ketika Shalat Maghrib..
c. MUSNAD
Musnad secara istilah memiliki tiga pengertian:
1. Semua kitab yang dikumpulkan di dalamnya segala yang diriwayatkan oleh para sahabat.
2.

Hadist yang disandarkan kepda Nabi yang bersambung sanadnya.

3.

Yang dimaksud dengan musnad adalah sanad.


d. MUSDIN
Musnid, sebagaimana pendapat Jamaluddin Al-Qosimi adalah
)) ((
Artinya: Musnid adalah seseorang yang meriwayatkan hadits dengan sanadnya, baik dia
mengerti apa yang diriwayatkannya atau tidak.
Berdasarkan penjelasan Jamaluddin al-Qosimi tentang musnid, maka derajat musnid lebih
rendah dari muhaddits, hafid, dan hakim. Karena secara definitif, al-muhadits adalah seseorang
yang menyibukan dirinya dengan mempelajari ilmu hadits, baik hadits diroyah atau hadits
riwayah serta mempunyai pengetahuan mendalam tentang berbagai riwayat dan derajat rawinya.
Adapun al-hafid secara definitif memiliki dua arti, yang pertama adalah menurut mayoritas
ulama hadits bahwa al-hafid adalah murodif dari al-muhaddits; yang kedua adalah bahwa derajat
al-hafid lebih tinggi dari al-muhadddits berdasarkan bahwa pengetahuannnya tentang
berbagai thobaqot, tingkatan rawi lebih banyak dari yang tidak diketahuinya. Sedangkan alhakim menurut sebagaian ulama adalah seseorang yang menguasai mayoritas hadits riwayah dan
diroyah.
3. yang berkaitan dengan Matan
Hadist

menurut Ibn Manzhur dari segi bahasa itu berasal dari bahasa Arab, yaitu dari kata Alhadits, jamaknya yaitu : al-hadits, al-haditsan dan al-hudstan. Secara etimologi kata ini
memiliki banyak arti, diantaranya : Al-jadid (barau) lawan dari kata Al-Qadim (yang
lama),

dan

Al-Khabar

yang

berart

kabar

atau

berita.

Pertnyatan Ibn Manzhur ini juga ditegaskan kembali oleh Muhammad Yunus, yang
menyatakan bahwa kata al-hadits sekurang-kurangnya memiliki dua pengertian :
1. Jadid - Baru , lwan kata dari al-qadim jamaknya yaitu : hidats dan hudatsa;
2. Khabar - berita atau riwayat, jamaknya ahadits, hidtsan, dan hudtsan.
Khabar
Khabar menurut bahasa adalah Semua berita yang disampaikan oleh seseorang kepada
orang lain. Menurut ahli hadits, khabar sama dengan hadits. Keduanya dapat dipakai
untuk sesuatu yang marfu, mauquf, dan maqthu dan mencakup segala sesuatu yang
datang

dari

Nabi,

sahabat,

dan

tabiin.

Adapun atsar berdasarkan bahasa sama pula dengan khabar, hadits, dan sunnah. Adapun
pengertian atsar menurut istilah terdapat di antara para ulama. Jumhur ulama mengatakan
bahwa atsar sama dengan khabar, yaitu Sesuatu yang didasarkan kepada Nabi, sahabat,
dan tabiin. Sedangkan menurut ulama Khurasan bahwa atsar ditujukan untuk yang
mauquf, sedangkan khabar ditujukan untuk yang marfu.
Mutawatir
Mutawatir menurut bahasa berarti yang berarti yang berlanjut, berurutan. Artinya
Sesuatu yang datang kemudian atau secara beriring-iring antara yang satu dengan lainnya
tanpa adanya jarak.
Sedangkan Sohari Sahrani dalam bukunya ulumul hadits mengutip beberapa
definisi yang menjelaskan tentang hadits mutawatir secara terminologi yaitu terdapat
beberapa formulasi definisi, antara lain sebagai berikut.

Hadits mutawatir adalah hadits yang diriwayatkan oleh sejumah rawi yang tidak mungkin
bersepakat untuk berdusta, mulai dari awal sanad sampai akhir sanad dan cara penyandaran
mereka adalah pancaindra.

Hadits yang diriwayatkan oleh sejumlah besar orang yang menurut adat istiadat mustahil
mereka bersepakat untuk berdusta.
Dalam kitab Al-Minhal al-Lathif fi Ushulil Hadits asy-Syarif, Muhammad Alawy juga
menjelaskan tentang hadits mutawatir secara istilah, yaitu;
, ,
.
Hadits yang diriwayatkan oleh banyak perawi pada setiap tingkatan sanadnya, yang
menurut akal dan kebiasaan mereka tidak dimungkinkan untuk berdusta, dan dalam
periwayatannya mereka bersandarkan pada panca indra.
Maqbul
Sedangkan menurut istilah ahli hadis, hadis maqbul ialah hadis yang telah sempurna
syarat-syarat penerimaannya . Adapun syarat-syarat penerimaan hadits menjadi hadits
yang maqbul berkaitan dengan sanad-nya yang tersambung, diriwayatkan oleh rawi
yang adil dan dhabit, dan dari segi matan yang tidak syadz dan tidak terdapat illat.
Hadits maqbul ialah hadits yang dapat diterima sebagai hujjah. Jumhur ulama sepakat
bahwa hadits Shohih dan hasan sebagai hujjah. Pada prinsipnya, baik hadits shohih
maupun hadits hasan mempunyai sifat-sifat yang dapat diterima (Maqbul). Walaupun
rawi hadits hasan kurang hafalannya dibanding dengan rawi hadits shohih, tetapi rawi
hadits hasan masih terkenal sebagai orang yang jujur dan dari pada melakukan dusta.
Ahad
Hadis ahad adalah khabar yang diriwayatkan oleh satu orang, dua orang atau lebih
yang tidak mencapai tingkatan mutawatir. Dan hukumnya wajib diamalkan apabila
memenuhi syarat-syarat qabul-nya sebuah hadis ahad tersebut. Hadis ahad terbagi
tiga yaitu :
Hadis Ahad Masyhur, yaitu hadis yang diriwayatkan tiga orang atau lebih (dalam
suatu thabaqahnya) namun tidak mencapai derajat mutawatir. Hadis masyhur disebut
juga hadis mustafidh walaupun terdapat perbedaan, yaitu hadis mustafidh jumlah
rawinya tiga orang atau lebih, mulai dari tabaqat pertama hinggah thabaqat akhir.

sedangkan hadis masyhur jumlah rawinya untuk tiap thabaqat tidak harus tiga orang,
bahkan sebuah hadis yang diriwayatkan seorang rawi pada awalnya tetapi pada
thabaqat selanjutnya diriwayatkan banyak orang, juga termasuk hadis masyhur. Hadis
masyhur ada yang shahih dan ada yang dhaif karena ke-shahihan sebuah hadis
masyhur tidaklah identik dengan ke-masyhuran-nya tetapi ditentukan oleh rawi,
sanad dan matannya.
Sunnah
Sunnah secara etimologi adalah perbuatan atau perjalanan yang pernah dilalui baik
yang tercela maupun yang terpuji. Sedangkan secara terminologi sunnah mempunyai
pengertian yang berbeda-beda, karena ulama memberikan pengertian sesuai dengan
disiplin ilmu masing-masing.
a.
Menurut ulama ahli hadis, sunnah adalah semua hal yang berasal dari Nabi,
baik perkataan, perbuatan, ketetapan, maupun hal-hal yang lainya. Menurut
pengertian ini sunnah bisa meliputi fisik maupun perilaku Nabi dalam kehidupan
sehari-hari baik sebelum ataupun sesudah beliau diangkat menjadi Rasul. Mereka
memandang Nabi adalah sosok suri tauladan yang sempurna bagi umat Islam,
sehingga dalam pandangan mereka segala sesuatu yang berasal dari Nabi; baik yang
ada kaitanya dengan hukum maupun tidak adalah sunnah.
b.
Ulama usul fiqh memberikan definisi yang hampir sama, namun mereka
membatasi sunnah hanya dengan yang bisa dijadikan acuan pengambilan hukum. Hal
ini disebabkan mereka memandang Nabi sebagai syari (pembuat syariat) di samping
Allah. Hanya saja ketika ulama usul mengucapkan hadis secara mutlak maka yang
dimaksud adalah sunnah qawliyah. Karena menurut mereka sunnah memiliki arti
yang lebih luas dari hadis, yaitu mencakup semua hal yang bisa dijadikan petunjuk
hukum. bukan sebatas ucapan saja.
c.
Ulama fiqh mendefinisikan sunnah dengan suatu hal mendapatkan pahala bila
dikerjakan namun tidak sampai mendapatkan dosa bila ditinggalkan. Mereka
memandang Nabi saw sebagai pribadi yang seluruh perkataan dan perbuatannya
mengandung hukum syara.
Masyhur
ialah hadits yang diriwayatkan oleh tiga orang atau lebih, selama tidak mencapai
tingkatan mutawatir.
Dalam menanggapi

masalah

ini,

sebagian

ulama

mengatakan

bahwa

hadits masyhur itu sama dengan hadits mustafidl. sedang yang lain mengatakan

berbeda, jika mustafidlperawinya berjumlah tiga orang atau lebih sedikit,mulai dari
generasi

pertama

sampai

terakhir.

Dan

hadits masyhur lebih

umum

dari

pada mustafidl, artinya jumlah perawi dalam tiap-tiap genarasi tidak harus sama atau
seimbang, sehingga jika generasi pertama sampai generasi ketiga perwinya hanya
seorang, tetapi generasi terakhir jumlah perawinya beanyak, maka hadits ini
dinamakan hadits masyhur, sebagai contoh:
Hadits masyhur, ditakhrij imam Bukhari dari Ibnu Umar:

Rasulullah saw bersabda sesungguhnya sahnya amal perbuatan itu dengan niat dan bagi
tiap-tiap orang mendapatkan apa-apa yang telah ia niati.

Shahih
Secara etimologi, kata shahih (Arab: )artinya: sehat. Kata ini merupakan antonim dari
kata saqim (Arab: )yang artinya: sakit. Bila digunakan untuk menyifati badan, maka
makna yang digunakan adalah makna hakiki (yang sebenarnya), tetapi bila diungkapkan di
dalam hadis dan pengertian-pengertian lainnya, maka maknanya hanya bersifat kiasan
(majaz).

Anda mungkin juga menyukai