Anda di halaman 1dari 22

AL-ISLAM STUDI HADITS

HADITS, SUNNAH, KHABAR, DAN


ATSAR
Disusun oleh:
Anisa
Anisa Atla Dewi Saputri
Akuntansi 4A Non Regular
Pengertian Hadits, Sunnah, Khabar, dan Atsar
Hadits secara Etimologis Menurut istilah ahli ushul fiqh,
Hadits menurut bahasa pengertian hadits
(etimologi) ada 3 yaitu khabar, Hadits adalah segala sesuatu yang
jadid dan qarib. Khabar artinya disandarkan kepada Nabi SAW.,
“berita”. Jadid , artinya “baru”, selain Al-Quran Al-karim, baik
lawan dari qadim , yang berarti berupa perkataan, perbuatan,
“lama” , Qarib ,berarti “dekat” , maupun taqrir Nabi yang
atau “belum lama terjadi” bersangkut-paut dengan hukum
Syara’

Hukum syara' adalah seruan / firman dari Allah yang terkait dengan
perbuatan-perbuatan para mukallaf, baik berupa tuntutan, pemberian
pilihan, atau penetapan sesuatu sebagai pengatur hukum
Pengertian Hadits, Sunnah, Khabar, dan Atsar
Sunnah secara Etimologis sunnah menurut istilah, seperti
Sunnah menurut bahasa yang diungkapkan oleh
(etimologi)“Jalan yang Muhammad Ajaj Al-Khatib,
dilalui, baik terpuji atau Sunnah adalah “Segala yang
tercela”. dinukilkan dari Nabi SAW., baik
berupa perkataan, perbuatan, taqrir,
pengajaran, sifat, kelakuan,
perjalanan hidup, baik sebelum Nabi
diangkat jadi rasul atau sesudahnya”.
Pengertian Hadits, Sunnah, Khabar, dan Atsar
Atsar secara Etimologis Atsar secara Terminologis
Adalah Bekas sesuatu atau sisa Adalah Segala sesuatu yang
dari sesuatu dan berarti pula diriwayatkan dari sahabat dan
nukilan (yang dinukilkan). boleh juga disandarkan pada
Karena doa yang dinukilkan / perkataan Nabi SAW”.
berasal dari Nabi SAW.
dinamakan doa maksur.
Pengertian Hadits, Sunnah, Khabar, dan
Atsar
Khabar secara Etimologis Khabar menurut istilah ahli
artinya ‘warta’, ‘kabar atau hadis,
‘berita’ yang disampaikan Khabar adalah “Segala
dari seseorang kepada orang sesuatu yang disandarkan atau
lain. berasal dari Nabi SAW., atau
dari yang selain Nabi SAW”.

Jumhur ulama mengatakan bahwa atsar sama dengan khabar, yaitu


sesuatu yang disandarkan kepada Nabi SAW, sahabat dan tabi’in.
sedangkan menurut ulama Khurasan bahwa atsar untuk yang mauquf
dan khabar untuk yang marfu’.
Perbedaan dan persamaan Hadits,
Sunnah, Khabar, dan Atsar
Persamaan Perbedaan
1. Hadits dan sunnah: hadits terbatas pada
Keempatnya memiliki perkataan, perbuatan, takrir yang bersumber
kesamaan maksud, yaitu pada Nabi SAW, sedangkan sunnah segala
segala yang bersumber dari yang bersumber dari Nabi SAW baik berupa
Nabi SAW, baik berupa perkataan, perbuatan, takrir, tabiat, budi
perkataan, perbuatan, maupun pekerti atau perjalanan hidupnya, baik
taqrirnya sebelum di angkat menjadi rasul maupun
sesudahnya.
Perbedaan dan persamaan Hadits,
Sunnah, Khabar, dan Atsar
Perbedaan
2. Hadits dan khabar: sebagian ulama hadits berpendapat bahwa
khabar sebagai suatu yang berasal atau disandarkan kepada selain
nabi SAW., hadits sebagai sesuatu yang berasal atau disandarkan
pada Nabi SAW.
3. Hadits dan atsar: jumhur ulama berpendapat bahwa atsar sama
artinya dengan khabar dan hadits. Ada juga ulama yang berpendapat
bahwa atsar sama dengan khabar, yaitu sesuatu yang disandarkan
pada Nabi SAW, sahabat dan tabiin
Klasifikasi / Penggolongan Hadits
Hadis dapat diklasifikasikan berdasarkan beberapa kriteria yakni
bermulanya ujung sanad, keutuhan rantai sanad, jumlah penutur (rawi)
serta tingkat keaslian hadis (dapat diterima atau tidaknya hadis
bersangkutan).
1. Berdasarkan ujung sanad

1.Hadits Maqtu' adalah hadits yang sanadnya berujung pada para Tabi’in
(penerus). Contoh hadis ini adalah: Imam Muslim meriwayatkan dalam
pembukaan sahihnya bahwa Ibnu Sirin mengatakan: "Pengetahuan ini
(hadis) adalah agama, maka berhati-hatilah kamu darimana kamu
mengambil agamamu"

2. Hadits Mauquf adalah hadits yang sanadnya terhenti pada para


sahabat nabi tanpa ada tanda-tanda baik secara perkataan maupun
perbuatan yang menunjukkan derajat marfu'.
✖ Contoh: Al Bukhari dalam kitab Al-Fara'id (hukum waris)
menyampaikan bahwa Abu Bakar, Ibnu Abbas dan Ibnu Al-
Zubair mengatakan: "Kakek adalah (diperlakukan seperti)
ayah". Pernyataan dalam contoh itu tidak jelas, apakah
berasal dari Nabi atau sekadar pendapat para sahabat.
Namun jika ekspresi yang digunakan sahabat adalah seperti
"Kami diperintahkan..", "Kami dilarang untuk...", "Kami
terbiasa... jika sedang bersama Rasulullah", maka derajat
hadis tersebut tidak lagi mauquf melainkan setara dengan
marfu'.
✖ 3. Hadits Marfu' adalah hadits yang sanadnya berujung
langsung pada Nabi Muhammad saw.
2. Berdasarkan keutuhan rantai/lapisan sanad
Berdasarkan klasifikasi ini hadis terbagi menjadi beberapa golongan yakni
Musnad, Mursal, Munqathi’, Mu’allaq, Mu’dlal dan Mudallas. Keutuhan
rantai sanad maksudnya ialah setiap penutur pada tiap tingkatan
dimungkinkan secara waktu dan kondisi untuk mendengar dari penutur di
atasnya.

Ilustrasi sanad: Rasulullah > Penutur 1 (para shahabi) > Penutur 2 (tabi'in) >
Penutur 3 (tabi'ut tabi'in) > Penutur 4> Penutur 5 > Pencatat hadist .

1.Hadis Musnad. Sebuah hadis tergolong musnad apabila urutan sanad


yang dimiliki hadis tersebut tidak terpotong pada bagian tertentu. Urutan
penutur memungkinkan terjadinya penyampaian hadis berdasarkan waktu
dan kondisi, yakni rawi-rawi itu memang diyakini telah saling bertemu dan
menyampaikan hadis. Hadis ini juga dinamakan muttashilus sanad atau
maushul.
2. Hadis Mursal, Hadist yang apabila penutur 1 tidak dijumpai atau
dengan kata lain seorang tabi'in menisbatkan langsung kepada
Rasulullah ‫( ﷺ‬contoh: seorang
tabi'in (penutur 2) mengatakan "Rasulullah berkata..." tanpa ia
menjelaskan adanya sahabat yang menuturkan kepadanya).
3. Hadis Munqathi’, hadist yang sanadnya terputus pada salah satu
penutur, atau pada dua penutur yang tidak berurutan, selain
shahabi(penutur 1)
4. Hadis Mu’dlal, hadist yang sanadnya terputus pada dua generasi
penutur berturut-turut.
5. Hadis Mu’allaq, hadist yang sanadnya terputus pada penutur 5 hingga
penutur 1, alias tidak ada sanadnya. Contoh: "Seorang pencatat hadis
mengatakan, telah sampai kepadaku bahwa Rasulullah mengatakan...."
tanpa ia menjelaskan sanad antara dirinya hingga Rasulullah.
3. Menurut Jumlah perawi /
penutur
Jumlah penutur yang dimaksud adalah jumlah penutur dalam tiap tingkatan dari
sanad, atau ketersediaan beberapa jalur berbeda yang menjadi sanad hadis tersebut.

1. Hadis Mutawatir, adalah hadis yang diriwayatkan oleh sekelompok orang


dari beberapa sanad dan tidak mungkin mereka semua sepakat untuk
berdusta dan meriwayatkan secara indrawi dan ilmu yakin. Jadi hadis
mutawatir memiliki beberapa sanad dan jumlah penutur pada tiap lapisan
generasi (thaqabah) berimbang. Para ulama berbeda pendapat mengenai
jumlah sanad minimum hadis mutawatir (sebagian menetapkan 20 dan 40
orang pada tiap lapisan sanad).
2.Hadis Ahad, hadis yang diriwayatkan oleh sekelompok orang namun tidak
mencapai tingkatan mutawatir.
Tingkat mutawatir
a. Isi hadits harus hal-hal yang dapat dicapai panca
indra

b. Orang-orang yang meriwayatkannya harus benar-


benar terpercaya.

c. Orang-orang yang meriwayatkan harus hidup pada


satu zaman.
4. Berdasarkan tingkat keaslian
hadist
Kategorisasi tingkat keaslian hadis adalah klasifikasi yang paling
penting dan merupakan kesimpulan terhadap tingkat
penerimaan atau penolakan terhadap hadis tersebut. Tingkatan
hadis pada klasifikasi ini terbagi menjadi 4 tingkat yakni shahih,
hasan, dha'if dan maudlu'.

1. Hadist Shahih, yaitu Hadits yang bersambung sanadnya,


diriwayatkan oleh orang yang adil dan dhobit (kuat hafalannya).
Syarat-syarat hadits shahih:
• Isinya tidak bertentangan dengan Al-Qur’an

• Sanadnya bersambung

• Diriwayatkan oleh para penutur/rawi yang adil, memiliki sifat istiqomah,


berakhlak baik, tidak fasik, terjaga muruah (kehormatan)-nya, dan kuat
ingatannya Tidak syadz (bertentangan dengan hadits lain yang lebih
shahih)

• Tidak cacat walaupun tersembunyi Hasan, yaitu jika rawi yang


meriwayatkannya adalah seorang syi’ah imamiah yang terpuji, tidak ada
seorangpun yang jelas mengecamnya atau secara jelas mengakui ke-
adalah-annya.
4. Berdasarkan tingkat keaslian hadist
2. Hadits Hasan yaitu hadis yang tersebut sanadnya
bersambung, tetapi ada sedikit kelemahan pada rawi(-
rawi)nya; misalnya diriwayatkan oleh rawi yang adil namun
tidak sempurna ingatannya. Namun matannya tidak syadz
atau caca
3. Hadist Da’if, yaitu , ialah hadis yang sanadnya tidak
bersambung (dapat berupa hadis mauquf, maqthu’, mursal,
mu’allaq, mudallas, munqathi’ atau mu’dlal), atau diriwayatkan
oleh orang yang tidak adil atau tidak kuat ingatannya, atau
mengandung kejanggalan atau cacat.
4. Hadis Maudlu’, bila hadis dicurigai palsu atau buatan
karena dalam rantai sanadnya dijumpai penutur yang dikenal
sebagai pendusta.
Contoh – Contoh Hadits, Sunnah, Khabar dan
Atsar
1. Contoh Hadits
ِ ‫ ِا َّن َما ااْل َعْ َما ُل ِبا ل ِّنيَّا‬: ‫هللا‬
}‫ {متفق عليه‬. ‫ امْ ِرى ٍء َما َن َوى‬A‫ت َو ِا َّن َما لِ ُك ِّل‬ ِ ‫َقا َل َرس ُْو ُل‬
Artinya :
“Rasulullah SAW. bersabda, bahwasanya segala amal perbuatan itu
tergantung pada niatnya, karena itu pahala bagi semua amal seseorang
itu sesuai dengan niatnya.” (H.R.Muttafaqun ‘Alaihi)

2. Contoh Sunnah
}‫{رواه ابودا ودوال ّترمذى‬. ‫َع َل ْي ُك ْم ِب ُس َّن ِتيْ َو ُس َّن ِة ْال ُخلَ َفا ِء الرَّ ا ِش ِدي َْن ْال َم ْه ِد ِّيي َْن ِمنْ َبعْ ِدى‬
Artinya :
“Berpegang teguhlah kamu dengan sunnahku dan sunnah Al-Khulafaur
Rasyidin yang menunjukkan sesudahku.”(H.R.Abu Dawud dan At-Tirmizi).
Contoh – Contoh Hadits, Sunnah, Khabar dan
Atsar
3. Contoh Khabar
Ali bin Abi Thalib r.a berkata :
‫صالَّ ِة‬
َّ ‫ت السُّرَّ ِة ِفى ال‬ َ ْ‫ ِم َن ال ُّس َّن ِة َوضْ ُع ْال َكفِّ َتح‬.
Artinya :
“Sebagian dari sunah, adalah meletakkan tangan di bawah pusar
sewaktu melakukan shalat.”
4. Contoh Atsar
Perkataan tabi’in, Ubaidillah ibn Abdillah ibn Utbah ibn Mas’ud :
‫ت‬ ٍ ‫ ِف ْط ِر َو َي ْو َم ااْل َضْ َحى ِحي َْن َيجْ لِسُ َعلَى ْال ِم ْن َب ِر َق ْب َل ْال ُخ ْط َب ِة ِتسْ َع َت ْك ِبي َْرا‬A‫ ال ُّس َّن ُة اَنْ ُّي َكب َِّر ااْل ِ َما ُم َي ْو َم ا ْل‬.
Artinya :
“Menurut sunah, hendaklah imam bertakbir pada hari raya Fitri dan hari
raya Adha sebanyak sembilan kali ketika duduk di atas mimbar sebelum
berkhutbah.”
Fungsi Hadits Terhadap Al- Qur’an
1. Hadits berfungsi sebagai bayan al - Tafshili, yaitu menjelaskan atau
merinci ke mujmalan Al-Quran sehingga dapat dipahami umat Islam.
Contoh perintah sholat yang ada dalam Al-Qur’an (Surah Al-Baqarah
ayat: 43)
2. Hadits berfungsi sebagai bayan al Takid, yakni memperkuat dasar
hukum yang telah ditetapkan dalam Al- Quran, yakni dengan cara
mengulangi apa yang dikatakan dalam Al- Quran, seperti perintah Allah
dalam Al-Qur’an Surah Al-Baqarah /2: 185 :“Karena itu, barang siapa
yang mempersaksikan pada waktu itu bulan, hendaklah ia berpuasa”
(di perkuat) oleh hadis Nabi SAW, yakni; Apabila melihat (ru’yat) bulan,
maka berpuasalah. Dan begitu pula apabila melihat (ru’yat) bulan itu
maka, berbukalah (HR. Muslim)
Fungsi Hadits Terhadap Al- Qur’an
3. Hadits berfungsi sebagai bayan al takhsis,
yaitu menjelaskan ayat Al-Qur'an yang masih bersifat aam (umum)
seperti dalam pemberian harta waris kepada anak laki-laki dan
perempuan bagi orang tua. Yang sudah meninggal tapi Rasul
membatasi dengan ketentuan bahwa anak yang membunuh tidak bisa
menerima warisan dari orang tua yang ia bunuh. Sebagaimana di
jelaskan dalam Al-Qur’an dalam Surah. An-Nisa 11: “Allah menyari’atkan
bagimu tentang pembagian pusaka untuk anak-anakmu, yaitu: bagian
seorang anak laki-laki sama dengan bagian dua anak perempuan.(Q.S.
An-Nisa 11). Di perkuat oleh hadis Nabi, yakni “Seorang pembunuh tidak
berhak menerima harta warisan”.(HR. Ahmad)
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai