Oleh:
ZAKY MAULANA [10122003]
KELAS A
JURUSAN HUKUM KELUARGA ISLAM
FAKULTAS SYARIAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) K.H. ABDURRAHMAN WAHID
PEKALONGAN
2022
A.Pendahuluan
Pengumpulan dan pembukuan hadis terus berlanjut dari masa Rasulullah, masa sahabat, masa
tabiin, dan masa setelahnya hingga mencapai masa keemasan pembukuan hadis pada sekitar
tahun 200-330 H. Pada masa keema- san pembukuan hadis itulah banyak karya ulama dalam
bidang tersebut mun- cul dan menjadi rujukan pada masa berikutnya. Pada abad itu pula
muncul para ulama dan kritikus hadis terkemuka. Hal yang lebih penting adalah lahirnya
Kutub as-Sittah (kitab hadis yang enam) dan sejenisnya yang memuat hampir seluruh hadis
Nabi. Sudah dikenal luas di kalangan kaum muslimin bahwa ku- tub as-Sittah merupakan
kitab hadis yang paling terkenal dan mendapat per- hatian Ulama sepanjang zaman dan dari
seluruh penjuru dunia. Hal tersebut terjadi karena kitabnya yang berkualitas tinggi dan
kepribadian penyusunnya yang baik. Bahkan kitab itu menjadi pegangan utama bagi para
ulama fikih, mujtahid, sastrawan, psikolog, sosiolog, dan penulis bidang lainnya. Mereka
mendapatkan apa yang dicari dalam-kitab-kitab tersebut.
Nah, bagian ini kita akan mengetahui salah satu ulama hadis yang enam ini yaitu Imam
Bukhari dan Imam Muslim. Setelah itu, kita juga akan mengetahui gambaran mengenai kitab-
kitab hadis mereka. Imam Bukhari dan Imam Muslim adalah para pegiat ilmu yang
mumpuni. Mereka sangat bersemangat mengumpulkan dan mengkaji hadis. Mereka juga
melakukan perjalanan ke berbagai negara, kota, dan daerah untuk berguru kepada ulama-
ulama ter kemuka.
B. Pembahasan
1. Biografi Imam Bukhari
Imam Al-Bukhari, amirul mu’minin fii al hadist, lahir dikota Bukhara
pada hari ke-13 bulan Syawal 194H (21 Juli 810), siang hari setelah shalat
Jum’at ditunaikan. Seakan kelahirannya menemani awal bulan baru pada tahun
hijriyah. Jika ditelisik, Imam Al- Bukhari lahir seratus tahun setelah wilayah
Bukhara dibuka dan penduduknya memeluk agama islam. Nama lengkpanya
adalah Abu Abdillah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin Al-Mughirah bin
Bardizbah bin Badzdzibah Al-Ju’fi.
2. Karakteristik/ metode kitab Shahih Bukhari
HADIST AHAD
Secara Bahasa
Kata اآلحادal- Ahad adalah bentuk jamak dari kata أحد
َ yang berarti الواحدal-
wahid yang artinya satu. I خبراآلحادkhabar ahad adalah berita yang disampaikan
oleh satu orang saja.[i]
Secara Istilah
Adapun pengertian hadits Ahad secara istilah, sebagaimana dijelaskan oleh
Syaikh Manna’ Al-Qathan adalah :
Dari definisi ‘Ajjaj Al-Khathib di atas dapat dipahami bahwa hadits Ahad
adalah hadits yang jumlah perawinya tidak mencapai jumlah yang terdapat pada
hadits Mutawatir atau pun hadits Masyhur.
Dalam pembahasan berikut ini, definisi yang dijadikan acuan adalah yang
dikemukakan oleh Jumhur ulama hadits yang mengelompokkan hadits Masyhur
ke dalam kelompok hadits Ahad.[iii]
2.Syarat-Syarat Hadist Ahad
.perawi hadis ahad tidak mencapai jumlah banyak yang meyakinkan bahwa
mereka tidak mungkin sepakat bohong sebagaimana hadis mutawatir
.Hnya diriwayatkan satu,dua,tiga empat dan atau lima yang tidak mencapai
mutawatir
3.Macam-Macam hadits Ahad
1.Hadits Masyhur
Secara bahasa, hadits masyhur berasal dari kata 'syaharah' yang bermakna
penampakan sesuatu, kejelasan sesuatu, ketenaran sesuatu dan penyebaran
sesuatu. Sedangkan secara istilah, hadits masyhur adalah hadits yang memiliki
jalan sanad lebih dari dua perawi dan tidak mencapai derajat mutawatir.
Berikut contohnya yang diriwayatkan dari jalur Ibnu Umar:
صاَل ِة َوِإيتَا ِءال َّز َكا ِة َ صلَّىاللَّهُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َمبُنِيَاِإْل ْساَل ُم َعلَى َخ ْم ٍس َشهَا َد ِةَأ ْناَل ِإلَهَِإاَّل اللَّهُ َوَأنَّ ُم َح َّمد
َّ ًار ُسواُل للَّ ِه َوِإقَا ِمال َ قَالَ َر ُسواُل للَّ ِه
ضان َ صوْ ِم َر َم َ “َ و ْال َح
َ جِّو َ
"Islam dibangun diatas lima asas (yaitu) syahadat (persaksian) bahwa tidak Ilah
yang hak kecuali Allah dan syahadat bahwa Muhammad itu Rasulullah,
mendirikan shalat, memberikan zakat, haji dan puasa Ramadlan.”
2. Hadits Aziz
Secara bahasa, kata Aziz adalah shifat musyabbahah dari kata kerja ‘azza-
ya’izzu yang bermakna sedikit atau jarang. Sedangkan secara istilah, hadits aziz
adalah hadits yang diriwayatkan oleh dua orang perawi dalam tiap thabaqat atau
tingkatan.
Jumlah perawi hadits aziz memang lebih sedikit dibandingkan hadits masyhur,
namun lebih kuat karena diriwayatkan melalui jalur tertentu.
3. Hadits Gharib
Mengutip buku Koreksi Tuntas Buku: 37 Masalah Populer oleh Abdurrahman
Al-Mukaffi, secara bahasa, gharib bermakna sesuatu yang jauh atau asing.
Sedangkan secara istilah, hadits gharib adalah hadits yang diriwayatkan oleh
satu orang perawi saja.
Berikut contoh hadits gharib yang dikutip dari Shahih Bukhari:
ُصيبُهَاَأوْ ِإلَىا ْم َرَأ ٍةيَ ْن ِك ُحهَافَ ِهجْ َرتُهُِإلَى َماهَا َج َرِإلَ ْي ِه
ِ “ِإنَّ َمااَأْل ْع َمالُبِالنِّيَّاتِ َوِإنَّ َمالِكُاِّل ْم ِرٍئ َمان ََوىفَ َم ْن َكانَ ْت ِهجْ َرتُهُِإلَى ُد ْنيَاي
"Sesungguhnya amal itu dengan niat, dan sesungguhnya bagi masing-masing
orang apa yang dia niatkan. Barangsiapa yang hijrahnya kepada dunia yangakan
ia dapatkan atau kepada perempuan yang akan dia nikahi maka (hasil) hijrahnya
adalah apa yang dia niatkan”. (Muttafaqun ‘alaih)
(MSD)