Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

ALIRAN MADZHAB FILSAFAT

(MONOISME, DUALISME, PLURALISME)

Disusun untuk memenuhi tugas

Mata Kuliah : Pengantar Filsafat

Dosen Pengampu : Jainul Arifin, M. Ag.

Disusun oleh :

1. Lu’lu’Izzati Rohmaniyah (20122032)


2. Muhammad Rinka Saputra (20122081)
3. Taufiq Abdullah (20122091)
4. Chayyunah Manzilatur Rohmah (20122101)

KELAS B

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI K.H. ABDURRAHMAN WAHID PEKALONGAN


2023
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT. atas berkat rahmat dan karunia-
Nya yang diberikan sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah mata kuliah
Pengantar Filsafat yang membahas tentang Aliran madzhab filsafat
(monoisme,dualisme,pluralisme) dapat diselesaikan dengan baik dan tepat waktu.

Kami sadar bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kata
sempurna. Untuk itu, bagi dosen pengampu kami Bapak Jainul Arifin, M.Ag. kami meminta
masukannya demi kebaikan pembuatan makalah ini dan mengharapkan kritik dan saran dari
para pembaca demi terciptanya makalah yang sempurna.

Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadikan
sumbangan pemikiran kepada pembaca khususnya para Mahasiswa di UIN K.H.
Abdurrahman Wahid Pekalongan.

Wassalamualaikum Wr. Wb

Pekalongan, 25 Februari 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................ii

DAFTAR ISI....................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................2

A. Latar Belakang.......................................................................................................2
B. Rumusan Masalah..................................................................................................3
C. Tujuan Pembahasan...............................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................4

A. Aliran Monoisme...................................................................................................4
B. Aliran Dualisme.....................................................................................................5
C. Aliran pluralisme...................................................................................................5

BAB III PENUTUP...........................................................................................................6

A. Kesimpulan............................................................................................................6

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................7

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Filsafat merupakan proses berpikir logis, radikal, universal, dan sistematis dalam
rangka memahami sebuah kenyataan. Proses berpikir semacam ini tentu saja sangat
bervariasi. Logika berpikir ada bermacam-macam; logika filsuf Timur cenderung
lebih terfokus pada religiusitas dan spiritualitas, sementara para filsuf Barat
cenderung lebih rasionalis dan empiris. Kedalaman pemikiran juga beraneka ragam;
ada yang hanya sebatas memikirkan yang empiris, namun ada juga yang lebih dalam
menjangkau alam metafisik. Keluasan ranah pemikiran juga begitu; ada yang hanya
memikirkan ruang dan waktu tertentu, tetapi ada pula yang pemikirannya jauh
menembus batas ruang dan waktu. Begitu pula sistematika pemikiran filsafat sangat
majemuk; ada yang sangat ilmiah, namun ada pula yang murni rasional, ada yang
religius, bahkan ada pula yang ateis. Hal ini tentu termasuk pula ragam metode
filsafat yang, menurut Rapar, jumlahnya adalah sebanyak jumlah filsufnya itu sendiri.

Metafiska merupakan satu dari cabang filsafat, cabang-cabang lainnya (seara


tradisional) adalah logika, epistemolgi, etika.1 Logika (logos=kata atau pikiran yang
benar) berate ilmu berkata dengan benar atau ilmu berfikir yang benar, dalam bahasa
arab dikenal dengan ilmu mantik. Dalan kehidupan sehari-hari kita selalu
mengemukakan argumentasi untuk mendukung pendapat kita atau untuk menolak
pendapat orang lain. Di sini letak pentingnya sbeuah ilmu. Dalam berdiskusi atau
berdebat selalu ditemukan lawan pendapat.

Oleh karna itu dalam tulisan ini mengulas beberapa aliran filsafat monoisme,
dualisme, dan pluralisme yang mana aliran-alairan tersebut. Karena masing-masing
bidang dalam kajian keilmuan mempunyai karakteristik2, atas dasar itu penulisan ini
akan lebih mencari apa hakikat dari masing-masing paham tentan hakikat, yang akan
dijelaskan di dalam poin pembahasan, sehingga dengan tujuan agar penulis dapat
lebih memahami makna dari hakikat masing-masing paham.

1
Asmoro Achmadi. (2013). Filsafat Umum (Edisi Revisi), Jakarta, PT. RajaGrafindo Persada.
2
Zainul Daulay. (2016). Filsafat Ilmu, pemaparan yang disampaikan dalam perkuliahan mata kuliah Filsafat
Ilmu Program Doktor Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Andalas pada tanggal 29 Oktober 2016.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu aliran monoisme?
2. Apa itu aliran dualisme?
3. Apa itu aliran pluralisme?

C. Tujuan penulisan
1. Untuk mengetahui aliran monoisme,dualisme,dan pluralisme.
2. Untuk mendeskripsikan hakikat aliran monoisme,dualisme dan pluralisme.
3. Untuk menelaah permasalahan filsafat.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Aliran Monoisme
Istilah monisme berasal dari bahasa Yunani monos yang berarti tunggal atau
sendiri. Paham ini menganggap bahwa hakikat yang berasal dari seluruh kenyataan itu
hanyalah satu saja, tidak mungkin dua. Seharusnya hanya satu hakikat saja sebagai
sumber, baik yang asalnya berupa materi ataupun rohani. Tidak mungkin ada hakikat
pada masing-masing bebas dan berdiri sendiri. Haruslah salah satunya merupakan
sumber yang pokok dan dominan menentukan perkembangan yang lainnya. 3
Pemahaman ini terbagi menjadi dua aliran.
1. Materialisme
Aliran ini disebut juga aliran naturalisme karena menurutnya zat mati
merupakan kenyataan dan satu-satunya fakta. Pada aliran ini hanya terdapat
materi, selain itu bukan merupakan suatu kenyataan yang berdiri sendiri.
2. Idealisme
Aliran ini sebagai lawan materialisme atau biasa disebut spiritualisme.
Idealisme diambil dari kata “idea” yaitu sesuatu yang hadir dalam jiwa. Aliran ini
beranggapan bahwa hakikat kenyataan yang beraneka ragam itu semua berasal
dari ruh (sukma) atau sejenis dengannya yaitu sesuatu yang tidak berbentuk dan
menempati ruang.
Secara historis monisme pertama kali digulirkan oleh Parmenides, filsuf
yunani abad ke-6 SM (Sebelum Masehi). Parmanides menganggap pancaindera
kita bersifat menipu dan berbagai bentuk benda indrawi yang kita saksikan
sejatinya hanya iusi. The only true being, kata Parmanides, is the one, which
infinite and invisible4.
Maka dari pengertian dan penjelasan diatas hakikat dari monisme sejatinya
adalah sesuatu yang dicap adalah tunggal dan tidak bisa berubah-rubah, hanya
saja melalui panca indera kita (raba dengan indera gerak, misalkan tangan dan
kaki, rasa dengan indera lidah, dengar dengan indera telinga, bau dengan indera
hidung, cahaya dengan indera mata) hal yang tunggal tadi bisa berubah, dan
maknanya akan tetap sama.

3
Amsal Bakhtiar: 2004
4
Betrand Russel: 1955

3
B. Dualisme
Setelah kita memahami bahwa hakikat itu satu baik materi ataupun rohani. Dalam
aliran dualisme ini hakikat terdiri dari dua macam yaitu hakikat materi dan hakikat
rohani. Materi bukan muncul dari ruh, dan ruh bukan muncul dari benda. Sama-sama
hakikat Kedua macam hakikat itu masing-masing bebas dan berdiri sendiri, sama-
sama azali dan abadi. Hubungan keduanya menciptakan kehidupan dalam alam ini.
Teori dualisme sering diidentikkan dengan mahzab positivisme karena sama-
sama mengutamakan hukum nasional dengan bentuk peraturan perundang-undangan.5
Hal ini menyebabkan seorang pengacara internasional juga dianggap sebagai seorang
dualist sekaligus positivist.
Hakikat dari dualisme itu adalah segala sesuatu yang berlawanan dan sifatnya
kekal. Hal ini adalah mutlak didalam kehidupan, dan hal tesebut tidak bisa dibantah,
tetapi kedua hal tesebut akan kembali pada Tuhan, atau dengan kata lain Tuhan tidak
ada lawannya, misalkan saja disandingkan dengan alam semesta, alam semesta itu
adalah ciptaan Tuha, bukan lawan dari Tuhan. Hal lain yang bisa penulis contohkan
didalam dunia ini pasti akan ada hubungan kebalikan dari apa yang ada dengan contoh
sebagai berikut:
1. mati dan hidup;
2. gelap dan terang; dan
3. udara dan hampa udara.
C. Pluralisme
Akar kata pluralisme itu sendiri adalah pluralis dari bahasa Latin yang berarti jamak.
Sehingga pluralisme adalah paham yang berteorikan kejamakan. 6
Aliran pluralism secara umum dicirikan oleh keyakinan-keyakinan berikut:
a. Realitas fundamental bersifat jamak, berbeda dengan dualisme (yang
menyatakan bahwa realitas fundamental ada dua) dan monisme (yang
menyatakan bahwa realitas fundamental hanya satu);
b. Ada banyak tingkatan hal-hal dalam alam semesta yang terpisah, yang tidak
dapat direduksi, dan pada dirinya independen;

5
Giorgio Gaja, “Positivism and Dualism in Dionisio Anzilotti” European Journal International Law, 1992, hlm.
123.
6
MONOISME DAN PLURALISME KEBENARAN DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM Muhammad
Ilham Institut Agama Islam (IAI) Muhammadiyah Bima Jl. Anggrek No. 16 Ranggo Na’e Kota Bima Email:
ilhamsmsfc16@gmail.com

4
c. Alam semesta pada dasarnya tidak tertentukan dalam bentuk; tidak memiliki
kesatuan atau kontuinitas harmonisyang mendasar, tidak ada tatanan koheren
dan rasional fundamental.

Dari ciri-ciri tersebut, pluralisme dapat dipahami sebagai paham atau ajaran yang
menjelaskan tentang realitas dari dalam alam semesta yang terpisah dan tidak
memiliki kesatuan. Dalam sejarah filsafat Yunani klasik, ide pluralisme bisa dilacak
pada pemikiran filosofis Anaxaragos dan Empedokles. Ketika berbicara tentang alam
semesta, Empedokles menyatakan bahwa alam jagat raya yang kita saksikan ini terdiri
dari empat unsur atau akar, yaitu tanah, udara, apai dan air.7

Kita dapat mengamati perubaan-perubahan ini dengan mata telanjang. Namun,


tanah dan udara, api dan air tetap abadi, tidak tersentuh oleh semua campuran di mana
mereka menjadi bagiannya. Maka tidak benar jika dikatakan bahwa segala sesuatu
berubah. Pada dasarnya, tidak ada yang berubah. Yang terjadi adalah bahwa keempat
unsur itu tergabung dan terpisah, untuk menjadi tergabung lagi. Kita dapat mebuat
perbadingan dengan lukian. Jika seorang pelukis hanya mempunyai satu warna, merah
misalnya dia tidak dapat melukis pohon yang hijau. Namun, jika dia mempunyai
warna kuning, merah, biru dan hitam, dia dapat melukis ratusan warna yang berbeda
sebab dia dapat mencamputkan warna-warni itu dalam takaran yang berlainan.8

7
HAKIKAT DARI MONISME, DUALISME, PLURALISME, NIHILISME, ARGONTISME Yosep Hadi
Putra1, Laurensius Arliman S2 1Sekolah Tinggi Ilmu Hukum Lubuk Sikaping, Sumatra 2Sekolah Tinggi Ilmu
Hukum Padang Jalan Prof. Moh Yamin SH No 01, Lubuk Sikaping, Kabupaten Pasaman, Sumatra
yosephadiputra3011@gmail.com
8
Jostein Garrder. (1997). Dunia Sophie, terjemahan (alih bahasa: Rahmana Astuti), Bandung

5
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Monoisme berasal dari bahasa Yunani monos yang berarti tunggal atau sendiri.
Paham ini menganggap bahwa hakikat yang berasal dari seluruh kenyataan itu
hanyalah satu saja, tidak mungkin dua. Paham ini dibagi menjadi dua yaitu
Materialisme dan Idealisme.
Aliran dualisme terdiri dari dua macam yaitu hakikat materi dan hakikat
rohani.Teori dualisme sering diidentikkan dengan mahzab positivisme karena sama-
sama mengutamakan hukum nasional dengan bentuk peraturan perundang-undangan.
Contoh dari aliran ini adalah mati dan hidup, gelap dan terang, udara dan hampa
udara.
Pluralisme dapat dipahami sebagai paham atau ajaran yang menjelaskan tentang
realitas dari dalam alam semesta yang terpisah dan tidak memiliki kesatuan. Aliran
pluralism secara umum dicirikan oleh keyakinan-keyakinan berikut :
1. Realitas fundamental bersifat jamak, berbeda dengan dualisme (yang menyatakan
bahwa realitas fundamental ada dua) dan monisme (yang menyatakan bahwa
realitas fundamental hanya satu).
2. Ada banyak tingkatan hal-hal dalam alam semesta yang terpisah, yang tidak dapat
direduksi, dan pada dirinya independen.
3. Alam semesta pada dasarnya tidak tertentukan dalam bentuk; tidak memiliki
kesatuan atau kontuinitas harmonisyang mendasar, tidak ada tatanan koheren dan
rasional fundamental.

6
DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Firmansyah, dkk. 2005. Lembaga Negara dan Sengketa Kewenangan Antar Lembaga
Negara. Jakarta : KRHN.

Betrand Russel. (1955). History of Western Philosophy, London, Unwin University Books.

Amsal Bakhtiar. (2004). Filsafat Ilmu, Jakarta, PT. RajaGrafindo Persada.

MONOISME DAN PLURALISME KEBENARAN DALAM PERSPEKTIF HUKUM


ISLAM Muhammad Ilham Institut Agama Islam (IAI) Muhammadiyah Bima Jl. Anggrek No.
16 Ranggo Na’e Kota Bima Email: ilhamsmsfc16@gmail.com

Giorgio Gaja, “Positivism and Dualism in Dionisio Anzilotti” European Journal


International Law, 1992,

Jostein Garrder. (1997). Dunia Sophie

Anda mungkin juga menyukai