Anda di halaman 1dari 9

FILSAFAT PLURALISME

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Filsafat Politik
Dosen Pengampu : Dr. Hasan Mustapa, S.Fil.I, M.Si

Disusun Oleh :
Rissa Auliya Febriani (1208040072)
Rival Zidni Ariziq (1208040073)
Rizqi Abdul Fattah (120804004)
KELAS B
PROGRAM STUDI ILMU POLITIK
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG
Kata Pengantar
Alhamdulillah segala puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT. karena
berkat rahmat dan hidayahnya kami bisa menyelesaikan tugas makalah Filsafat Politk
mengenai Filsafat Pluralisme, kami berharap semoga makalah ini dapat menjadi sumber
bacaan serta dapat memenuhi kehausan akan pengetahuan dan memenuhi nutrisi intelektual
para mahasiswa. Tak lupa kami ucapkan terimakasih kepada bapak dosen pengajar Mata
Kuliah Filsafat Politik yang telah memberikan ilmu-ilmunya, dan kepada teman-teman yang
telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini. Segala kekurangan dalam penulisan
makalah ini kami menerima setiap kritik dan saran dari teman-teman semua.
Mengingat pluralisme menjadi salah satu hal penting dalam dinamika sosial hari ini,
karena Indonesia sendiri adalah negara yang plural, makalah ini membahas tentang
bagaimana cara merawat keberagaman dan perbedaan dalam kehidupan. Karena manusia
sendiri merupakan makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri.

Bandung, 12 November 2021


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 1
1.3 Tujuan Pembahasan 1
BAB II PEMBAHASAN 2
2.1 Apa Itu Pluralisme? 2
2.2 Ciri Pandang Pluralisme 2
2.3 Tipe-tipe Pluralisme 2
2.4 Macam-macam Nalar Pluralisme 2
2.5 Pluralisme Dalam Berbagai Prespektif 3
2.6 Pluralisme di Era Postmodernisme 3
BAB III 4
3.1 Kesimpulan 4
DAFTAR PUSTAKA 5
BAB I
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Kajian pluralisme memiliki banyak pengertian, ada tiga gagasan dalam filsafat terkait
substansi yang membangun realitas, yaitu Monisme, Dualisme, Pluralisme, ketiganya
menjadi gagasan dasar yang digunakan untuk menjabarkan atau merekonstruksi realitas.
Monisme sendiri menggambarkan bahwa realitas itu berasal dari satu substansi. Sedangkan
Dualisme mempunyai pandangan bahwa realitas berasal dari perpaduan atas dua substansi
yang saling berhubungan, semisal antara raga dengan jiwa, panas dan dingin, kehidupan dan
kematian, ataupun perasan sedih dan gembira. Lalu Pluralisme itu sendiri menggambarkan
bahwa realitas terdiri dari banyak substansi, dan jika Pluralisme diaplikasikan dalam
memandang realitas seperti adanya keberagaman agama, keberagaman suku, keberagaman
budaya. Artinya, Filsafat Pluralisme jika ditarik lebih luas maka peranannya sangat
membentang luas karena berkaitan dengan bagaimana cara memandang dunia dan tentang
bagaimana cara menghadapi realitas yang majemuk. Dalam dunia filsafat, paham Pluralistik
lebih kental terlihat pada ranah kontemporer, jika filsafat klasik berorientasi pada konsep
rasionalistik dengan mengacu pda cara menentukan benar dan salah dengan hukum logika,
maka pada ranah kontemporer lebih ditekankan pada prinsip kebebasan dan keragaman
pandangan dan bukan lagi prinsip tentang salah dan benar. Pluralisme adalah paham
modernisme yang lahir diera post modernisme
1.2 Rumusan Masalah
2. Apa itu Pluralisme?
3. Apa saja Tipologi Pluralisme?
4. Pluralisme Dalam Berbagai Prespektif
5. Pluralisme di era post modernisme

1.3 Tujuan Pembahasan


Berdasarkan rumusan masalah diatas, penulisan makalah ini bertujuan untuk
1. Menjelaskan tentang dasar-dasar pemikiran Filsafat Pluralisme
2. Meningkatkan pengetahuan, pemahaman, serta penerapan kehidupan keberagaman
yang kompleks
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Apa itu pluralisme?
2.1.1 Pengertian pluralisme
Pluralisme berarti “doctrine of multicipity” sering digunakan sebagai antitesis dari
monisme (doctrine of unity) dan dualisme (doctrine of duality) istilah ini berarti
pandangan bahwa ada banyak substansi yang menyusun substansi yang menyusun
realitas secara keseluruhan. Istilah ini juga digunakan luas untuk menunjukan bahwa
tidak mungkin ada sistem penjelasan atau perspeftif fungsi yang bisa meenjelaskan
keseluruhan realitas, seperti misalkan menjawab pertanyaan manusia itu terdiri dari
jiwa atau materi? Jikala dijawab dengan jawaban bahwa manusia adalah materi lalu
ketika manuisa mempunyai hasrat atau napsu, bahwa napsu itu adalah materi atau
jiwa? Dan sebaliknya . Istilah pluralisme ini secara epistimologis bisa diartikan bahwa
ada banyak sudut pandang yang mungkin yang sama benar dan sama pentingnya
tentang sesuatu (WAWASAN VOL. 33 (1).PDF, n.d.).
2.2 Ciri pandang pluralisme
Pluralisme memandang bahwa dasar realitas ini bersifat banyak dan masing masing
sifatnya independen. Jadi kita tidak dapat mengenrealisasikan sesuatu yang bersifat
tunggal, dan alam semesta menurut pandangan pluralisme tidak di tentukan dalam
bentuk, yaitu tidak memiliki kesatuan atau kontiunitas harmonis yang mendasar, tidak
ada tatanan holistik yang koheren, rasional dan fundametal (WAWASAN VOL. 33
(1).PDF, n.d.).
2.3 Tipe tipe pluralisme
2.3.1 Tipe tipe pluralisme
a. Pluralisme metafisik
Percaya bahwa realitas tersusun atas banyak substansi yang berbeda beda
b. Pluralisme epistemologi
Ada banyak gambaran tentang dunia yang sama benarnya, karna tidak ada sistem
atau persfektif tunggal yang bisa menggambarkan semua fenomena
c. Pluralisme etika
Tidak ada kebenaran tunggal dalam moralitas karena ada banyak sumber nilai
yang sifatnya independen
d. Pluralisme politik
Menerima adanya beragam kelompok dan beragam kepentingan dalam
masyarakat
e. Pluralisme agama
Menerima adanya beeragam keimanan yang masing masing memiliki dasar dan
ukuran kebenaran sendiri (Setiawan & Sudrajat, 2018).
2.4 Macam macam nalar pluralisme
a.Perspectival pluralisme
Setiap orang mengalami dunia dunia yang sama namun menghayatinya secara
berbeda, oleh karena itu lahirlah pandangan tentang realitas yang sangat beragam
oleh karena itu setiap perspektif sah sah saja diterima.
b. Pluralisme of hipotesis
Realitas atau kebenaran umum itu sebenarnya tunggal namun setiap orang meraihnya
dengan perspektif masing-masing. Meskipun demikian, keragaman perspektif
tersebut akan lenyap begitu kebenaran yang tepat ditemukan, atau paling tidak
derajat keragamannya akan jauh menurun.
c.Methodological pluralisme
Kebenaran secara umum itu tunggal, namun setiap orang meraihnya dengan
perspektif masing masing dan masing masing perspektif membutuhkan metodologi
tersendiri untuk memahaminya penggabungan antar metode untuk pemahaman yang
lebih utuh mungkin saja dilakukan namun akan berhadapan dengan bahaya
kontradiksi dan inkonsistensi
d. Archal pluralisme
Realitas itu di susun oleh yang memahami/yang meneliti sehinnga setiap filosof atau
filsafat memiliki dunianya sendiri, meskipun demikian, karena aktivitas rasional itu
cenderung objektif maka masing-masing filsafat bisa saling memahami.
2.5 Pluralisme dalam berbagai perspektif
a. Demokritos -Pluralisme kuno
Teori demokritos disebut sebut sebagai rahim dari pluralisme karna pemikiran
democritus adalah jalan tengah dari pemikiran parmenides dan heraclitus (tetap dan
berubah) bahwa menurut democritus alam tersusun dari suatu unit kecil yang
dinamakan atom, atom sifatnya kekal, karena tidak ada yang muncul dari ketiadaan,
atom sifatnya keras padat dan bentuknya beragam dan alam terdiri dari atom atom
yang jumlahnya tak terhingga kemudian saling menyatu dan memisah, jika sesuatu
lenyap atau berubah bentuk, maka atom atomnya mengurai dan membentuk sesuatu
yang lain (Biyanto, 2009).
b. Paul fereyabend : pluralisme metodologi
Menurut pandangannya bahwa tidak ada validitas bagi satupun metodologi untuk
menjadi hukum universal yang mapan dan menurutnya semua metodologi mempunyai
keterbatasan karna semua ilmu punya sejarah dan mode berpikirnya sendiri, prinsip
prinsip feyerabend :
1. Kontra-induksi tidak ada satu teori yang bisa mencakup semua hal dalam bidangnya
2. Ketergantungan observasi dalam teori
3. Keterikatan teori kepada bahasa
4. Ketidaksepadanan antar teori : tidak bisa membandingkan suatu teori dengan teori
yang lain karena masing masing teori memiliki konteksnya masing masing
5. Metode sifatnya plural karena tidak ada teori yang sepenuhnya konsisten dengan fakta
dan tidak ada rasionalitasbyang tidak terkait dengan konteks
2.4 Pluralisme di era postmodernisme
Setelah membahas mengenai pluralisme kuno kali ini kita akan masuk pada
aliran pluralisme post modern. Sebelumnya kita pahami dahulu terkait postmodern itu
sendiri. Postmodern adalah bentuk dari kritik akan fenomena kehidupan modern,
sebagai anti tesis sekaligus menganggap pemahaman ini sebagai tesis baru yang
berusaha memperbaiki nilai-nilai yang dianggap gagal dalam dunia modern.
Pluralisme lahir dari nilai persamaan dan relativitas kebenaran. Hal ini membuat
pluralisme dimanifestasikan sebagai anti tesis dari sebuah paham yang memegang
kebenaran sebagai kepemilikan yang absolut. Pluralisme di era postmodernisme lain
tak lain menjadi kritik terhadap nilai-nilai modern tanpa mengenyampingkan
substansi pembentuk kebenaran itu sendiri.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pluralisme adalah sebuah nilai filosofis yang mengilhami kebenaran yang relatif.
Pluralisme memandang bahwa kebenaran bukanlah sesuatu yang absolut. Demikian,
kebenaran terbentuk oleh hal-hal substansial yang tidak bersumber dari kebenaran satu pihak.
DAFTAR PUSTAKA
Biyanto. (2009). Pluralisme keagamaan dalam perdebatan : pandangan kaum muda
Muhammadiyah. xxv, 292 p.
Setiawan, J., & Sudrajat, A. (2018). Pemikiran Postmodernisme Dan Pandangannya Terhadap
Ilmu Pengetahuan. Jurnal Filsafat, 28(1), 25. https://doi.org/10.22146/jf.33296
WAWASAN VOL. 33 (1).PDF. (n.d.).

Anda mungkin juga menyukai