Anda di halaman 1dari 15

PEMIKIRAN PLURALISME

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Pada Mata Kuliah


Geonologi Pemikiran Islam pada Program Pascasarjana
Prodi Pendidikan Agama Islam
Semester I
Oleh:

DESI RATNASARI
861082023022

NATASYA NASILA NASIR


861082023013

Dosen Pengajar:
Dr. Sarifa Suhra, S.Ag., M.Pd.I

PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BONE
2023
KATA PENGANTAR

‫ِبۡس ِم ٱِهَّلل ٱلَّر ۡح َٰم ِن ٱلَّر ِح يِم‬


Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji Syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT.Yang telah

memberikan rahmat, kesempatan, dan kesehatan, sehingga kami dapat

menyelesaikan tugas makalah ini yang berjudul, “Pemikiran Pluralisme

”.Tidak lupa kita kirimkan Shalawat serta Salam kepada junjungan kita

Nabi Besar Muhammad Saw. Yang telah membawa kita dari alam yang

penuh kegelapan dan kebiadaban menuju alam yang terang benderang dan

kedamaian pada saat ini.

Ucapan terimakasih kepada pihak-pihak yang turut ikut serta

membantu mencurahkan segenap tenaga dan pikiran dalam pembuatan

makalah ini yang telah kami buat dalam bentuk yang sederhana dan

ringkas dengan harapan semoga para pembaca mudah memahami isi

makalah ini.

Penulis menyadari bahwa makalah yang kami buat banyak

kekurangan.Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran

dari pembaca sehingga dalam penulisan makalah ini selanjutnya menjadi

lebih baik.

Watampone, 11 Desember 2023

Kelompok VI
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

BAB IPENDAHULUAAN 1

A. Latar Belakang 1

B. Rumusan Masalah 2

C. Tujuan Masalah 2

BAB II PEMBAHASAN 3

A. Pengertian Pemikiran Pluralisme 3

B. Pokok pemikiran Islam Pluralisme 4

BAB III

PENUTUP 20

A. Simpulan 20

B. Saran 21
DAFTAR RUJUKAN 22
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada awalnya konsep pluralisme berasal dari pemikiran barat yang
menganggap dan mengartikan pluralisme dengan memandang semua agama sama,
namun setelah gagasan itu masuk dan berkembang di wilayah muslim istilah
pluralisme mengalami metamorphosis sebagaimana hakikat islam itu sendiri
sebagai rahmatal lil’alamin. Penting bagi seorang muslim untuk menjaga
moderalitas dalam kehidupan karena eklusivisme beragama dan dominasi muslim
atau non-muslim dapat merusak iklim pluralisme agama dan persatuan nasional
sehingga sulit dibenarkan oleh prinsip universalisme islam itu sendiri. 1 Islam
mengajarkan kepada umatnya untuk saling menghormati agama lain, melarang
saling mencela dan mengolok ibadah mereka. Islam juga mengajarkan untuk
hidup saling berdampingan dan saling bertoleransi kepada setiap muslim dan non-
muslim.
Pandangan islam terhadap pluralisme sebagai agama samawi, islam
memiliki pandangan tersendiri dalam menyikapi pluralisme. Berkaitan dengan
tema pluralisme atau lebih tepatnya memperkenalkan prinsip-prinsip pluralisme,
serta pengakuan terhadap adanya pluralistis dalam kehidupan manusia. Pluralisme
termasuk gagasan yang sedang actual diperbincangkan dimasyakat, dan
merupakan istilah yang baru. Namun gagasan yang baru tersebut banyak
menimbulkan persoalan dan menimbulkan pro dan kontra dari berbagai pihak
karena perbedaan presepsi tentang pluralisme itu sendiri.
Pluralisme merupakan suatu paham yang beroentasi kepada keagamaan
yang memiliki berbagai penerapan didalam banyaknya perbedaan, contohnya
didalam berbagai kerangka filosofi agama, moral, hukum dan politik dimana batas
kolektifnya ialah pengakuan atas kejemukan didepan ketunggalannya.

1
Imam Sukardi dkk, Pilar Islam bagi Pluralisme Modern, Tiga Serangkai, Solo, 2003,
hlm. 129-130.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka yang menjadi masalah
pokok dalam pembahasan ini dibagi ke dalam sub pokok masalah sebagai
berikut:
1. Bagaimana Pengertian Pemikiran Pluralisme ?
2. Bagaimana Tokoh-tokoh Pluralisme dan Pokok Pemikiran Islam ?
C. Tujuan Penelitian
Sehubungan dengan penulisan yang dilakukan, maka ada beberapa
tujuan yang hendak dicapai dan kegunaannya dalam penulisan ini. Tujuan dan
kegunaan yang dimaksud sebagai berikut:
3. Tujuan penulisan
a. Untuk Mengetahui Pengertian Pemikiran Pluralisme
b. Untuk mengetahui Tokoh-tokoh Pluralisme dan Pokok Pemikiran
Islam
4. Kegunaan Penulisan
a. Keguanaan teoritis, yaitu penulisan ini diharapkan dapat memberi
kontribusi terhadap ilmu pengetahuan pada umumnya serta refrensi
bagi penulis maupun pembaca mengenai pemikiran pluralisme.
b. Kegunaan praktis, yaitu penulisan ini diharapkan dapat memberi
sumbangsi pemikiran dan masukan terhadap individu mengenai tokoh-
tokoh pluralisme dan pokok pemikiran islam.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pemikiran pluralisme


Pluralisme berasal dari bahasa Inggris yaitu pluralisme terdiri dari dua kata
yaitu plural yang berarti beragam dan isme yang berarti paham yang artinya
beragam pemahaman, atau bermacam-macam paham sedangkan Pluralisme
berasal dari kata pluralis yang berarti jamak, lebih dari satu, atau pluralizzing
sama dengan jumlah yang menunjukkan lebih dari satu, atau lebih dari dua yang
mempunyai dualis, sedangkan pluralisme sama dengan keadaan atau paham dalam
masyarakat yang majemuk bersangkutan dengan system social politiknya sebagai
budaya yang berbeda-beda dalam satu masyarakat.2
Dalam istilah lain plualisme adalah sama dengan doktrin yang
menyatakan bahwa kekuasaan, pemerintahan di suatu Negara harus dibagi
bagikan antara berbagai gelombang karyawan dan tidak dibenarkan adanya
monopoli suatu golongan.3 Dalam kamus filsafat, Pluralisme mempunyai ciri-ciri
sebagai berikut; Pertama, Realitas fundamental bersifat jamak, berbeda dengan
dualisme yang menyatakan bahwa realitas fundamental ada dua dan monisme
menyatakan bahwa realitas fundamental hanya satu. Kedua; Banyak tingkatan hal-
hal dalam alam semesta yang terpisah tidak dapat diredusir dan pada dirinya
independent. Ketiga; Alam semesta pada dasarnya tidak ditentukan dalam bentuk
dan tidak memiliki kesatuan atau kontinuitas harmonis yang mendasar, tidak ada
tatanan kohern dan rasional fundamental. Pluralisme agama adalah sebuah konsep
yang mempunyai makna yang luas, berkaitan dengan penerimaan terhadap agama-
agama yang berbeda dan dipergunakan dalam cara yang berlainan pula.4

2
Fuad Hasan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi ke II (Jakarta: Balai
Pustaka,1990),777.
3
Prigoo digdo, Ensiklopedi Umum (Yogyakarta: Kanisius,1990),893
4
Lorens Bagus, Kamus Filsafat (Jakarta: Gramedia,2006),853.
B. Tokoh- tokoh Pluralisme dan Pokok Pemikirannya

Secara sederhana pluralisme dapat diartikan sebagai paham yang


mentoleransi adanya keragaman pemikiran, peradaban, agama, dan budaya.
Adapun beberapa tokoh-tokoh pluralisme dan pokok pemikirannya sebagai
berikut;5
1. Rene Guénon Pelopor Filsafat Abadi

Rene Guénon lahir di Blois, Perancis pada tanggal 15 November 1886.


Sejak umur 18 tahun ia sudah mulai mempelajari agama-agama Timur,
khususnya Hinduisme, Taoisme dan Islam. Tahun 1906 ia pergi ke Paris, di
sana ia masuk ke sekolah Free School of Hermetic Scienses yang didirikan
oleh Gerard Encausse, seorang tokoh freemason dan pendiri masyarakat teosofi
di Perancis. Tahun 1912 Guénon mulai tertarik dengan sufisme, dan akhirnya
memeluk Islam dengan nama Abd al-Wahid Yahya. Ia tetap gandrung terhadap
mistis. Tahun 1930 Guénon pergi ke Mesir untuk meneliti dan mempelajari
teks-teks sufi. Sejak itu ia menetap di Mesir hingga meninggal pada tang gal 7
Januari 1951.
Pemikiran utama Guénon adalah filsafat abadi (perenialisme).
Menurutnya filsafat abadi adalah ilmu spiritual yang memiliki keutamaan
dibanding ilmu lainnya. Meskipun ilmu-ilmu lain harus tetap dicari, namun ia
hanya akan bermakna dan bermanfaat jika dikaitkan dengan ilmu spiritual ini.
Menurutnya substansi ilmu spiritual bersumber dari supranatural dan
transenden serta bersifat universal. Oleh sebab itu, ilmu tersebut tidak dibatasi
oleh suatu kelompok agama atau kepercayaan tertentu.Ia adalah milik bersama
semua agama dan kepercayaan yang ada.
Adapun perbedaan teknis yang terjadi pada setiap agama dan
kepercayaan merupakan jalan dan cara yang berbeda untuk merealisasikan
“Kebenaran yang satu”. Pebedaan ter sebut menurutnya sah-sah saja, karena
setiap agama me miliki cara yang unik untuk memahami Realitas Akhir. Maka
se bagai hasil dari pengalaman spiritualnya dalam gerakan teo sofi dan

5
Tokoh-Tokoh Pluralisme
freemason, Guénon menyimpulkan bahwa semua agama memiliki kebenaran
dan bersatu pada level batin (eso teris), sekalipun pada level lahir (eksoteris)
berbeda-beda.
2. Frithjof SchuonPengusung ide “Kesatuan Transenden Agama-agama”
Kesatuan Transenden Agama adalah salah satu teori besar dalam
wacana Pluralisme Agama.Tokoh utamanya adalah Frithjof Schuon, seorang
cendekiawan berkebangsaan Jerman yang oleh Seyyed Hossein Nasr dianggap
sebagai orang yang paling otoritatif dalam masalah ini. Dengan teorinya itu
Schuon yang kelahiran Basel, Swiss, tanggal 18 Juni 1907 ini berkeyakinan
bahwa sekalipun pada tataran luarnya agama berbeda-beda, namun pada
hakikatnya semua agama adalah sama. Dengan kata lain, kesatuan agama-
agama itu terjadi pada level transenden.
Keyakinan Schuon diatas berangkat dari pandangannya bahwa semua
agama mempunyai dua realitas atau hakikat, yaitu eksoteris dan esoteris.
Hakikat eksoteris adalah hakikat lahir, dimana pada level ini semua agama
memiliki dogma, hukum, ritual dan keyakinan yang berbeda-beda, dan bahkan
saling bertentangan. Sementara hakikat esoteris adalah hakikat batin, dimana
semua agama dengan segala perbedaan dan pertentangannya tadi
bertemu.Disinilah terletak titik temu agama-agama itu. Jadi level eksoteris
bagaikan ‘badan’ agama sementara level esoteris adalah ‘hati’ dari agama.
Level eksoteris berbeda-beda, namun level esoteris adalah sama. Karena itulah
Schuon menyebut teorinya ini dengan ‘the transcendent unity of religions’
(kesatuan transenden agama-agama).
Sehingga dengan demikian, dalam pandangan Schuon, semua agama
dipisahkan bukan dengan sebuah garis vertikal, tapi justru dengan sebuah garis
horizontal yang membelah semua agama.Garis itu tidak memisahkan antara
agama yang satu dengan agama lainnya, tapi memisahkan antara le vel bawah
(eksoteris) semua agama dengan level atas (esote ris) nya.Semua ini menurut
Schuon menunjukan bahwa yang mutlak atau absolut dalam semua agama
adalah dimensi esoterisnya.Sementara dimensi eksoterisnya harus bersifat
relative untuk berkoeksistensi dengan agama-agama lainnya.
Dalam konteks pandangan Schuon terhadap keberagaman agama ini,
pernyataan tentang superioritas agama tertentu di atas yang lain secara teoritis
menjadi tidak relevan. Sebab semua agama adalah orisinil dan berasal dari
sumber yang sama. Namun disisi lain, keberagaman bentuk luar (eksoteris)
agama-agama tadi tidak boleh dirubah-rubah atau dilebur (sinkretis), tapi harus
dibiarkan apa adanya, karena titik temu agama-agama bukan berada pada level
itu, tapi berada pada level batin (esoteris).
Menurut peneliti INSISTS, Adnin Armas, pemikiran Schuon tentang
titik temu agama-agama pada level esoteris ini secara konseptual masih
bermasalah. Sebab pada tingkat esoteris-pun terdapat perbedaan antara Islam
dengan agama-agama lainnya. Ini terbukti dari adanya ajaran Islam yang
menunjukan kesalahan-kesalahan agama lain, baik pada level eksoteris
maupun pada level esoteris.6

3. John Hick Penggagas Teologi Global


Menurut Dr. Anis Malik Thoha, Prof. John Hick merupakan tokoh
terbesar dan terpenting dalam wacana Pluralisme Agama. Sebab, dia adalah
orang yang paling banyak menguras tenaga dan fikiran untuk mengembangkan,
menjelaskan dan menginterpretasikan gagasan dan teori ini secara
masif.Dengan usahanya inilah wacana pluralisme agama dapat dikenalkan
kepada masyarakat secara umum.Ia memiliki banyak karya, kebanyakan telah
diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa. Lebih dari dua puluh buku
tentangnya telah diterbitkan dalam bahasa Inggris, Jerman, Perancis, Cina dan
Jepang.
Teori pluralisme agama Hick bermula dari pandangannya terhadap
globalisasi. Menurutnya, seiring dengan arus globalisasi, maka secara gradual
akan terjadi proses penyatuan (konvergensi) cara-cara beragama, sehingga
pada suatu ketika agama-agama akan lebih menyerupai sekte daripada entitas-

6
Hendratmoko Goroh. 2014. Mengenal Tokoh Pluralisme From Pluralist to Patriotic

Politics: Putting Practice First, Blattberg, Charles. Oxford University Press, 2000.
entitas yang eksklusif secara radikal. Hick kemudian menamakan agama yang
telah bersatu itu dengan global theology (teologi global).
Untuk mencapai hal itu Hick menawarkan sebuah gagasan yang ia
sebuat dengan, “Transformasi orientasi dari pemusatan ‘agama’ menuju
pemusatan ‘Tuhan’ /The transformation from self-centredness to Reality –
centredness”. Teori Hick ini mengatakan bahwa agama-agama hanyalah
bentuk-bentuk yang beragam dan berbeda dalam konteks tradisi-tradisi historis
yang beragam di seluruh dunia.Ini semua terbentuk sebagai akibat dari
pengalaman spiritual manusia dalam merespon Realitas yang absolut.
Realitas yang absolute itu menurut Hick adalah Tuhan yang
sesungguhnya yang ia sebut dengan istilah “The Real Yang Absolut”.
Sementara Tuhan-tuhan yang ada pada setiap agama dan kepercayaan,
dianggap Hick sebagai Tuhan-tuhan realtif karena hanya merupakan imej
masing-masing pemeluk agama terhadap The Real Yang Absolut tadi. Jadi The
Real itu pada dasarnya satu dan sama. Hanya saja ditangkap oleh pengalaman
manusia dengan berbagai konsep dan image menurut konteks-konteks
tradisional yang berbeda sehingga menghasilkan imej Tuhan yang berbedabeda
pula.
Dengan teori Hick ini maka terjadilah perubahan besar dalam semua
agama.Islam misalnya, yang sebelumnya merupakan satu-satunya jalan
keselamatan yang absolute, telah mengalami perubahan yang sangat besar
menjadi hanya satu dari sekian banyak jalan-jalan keselamatan yang ada.
Dengan demikian upaya mempermasalahkan benar (haq) dan salah
(bathil) terhadap agama-agama menjadi tidak lagi relevan dan tepat.Karena
dengan teorinya ini Hick hendak menegaskan bahwa jalan keselamatan
tidaklah tunggal dan monolitik, melainkan plural dan beragam sesuai dengan
jumlah tradisi-tradisi atau ajaran-ajaran yang ada. Hick sering menggambarkan
teorinya ini dengan menukil secara bebas perkataan Jalaluddin Rumi, “The
lamps are different, but the Light is the same.” (Walaupun lampu-lampunya
berbeda tapi Cahayanya sama). Dalam kitab suci Hindu, Bhagavad Gita, Hick
juga menemukan kalimat “Whatever path men choose is mine” (Jalan apapun
yang dipilih manusia adalah milik-Ku).
Teori Hick ini menurut Anis Malik Thoha sebetulnya sangatlah lemah.
Sebab jika Hick mengatakan bahwa Tuhan yang diyakini umat Islam dan
Tuhan yang diyakini pemeluk agama lain adalah sama relatifnya karena
merupakan respon yang berbeda-beda terhadap The Real, maka siapakah yang
menentukan bahwa Tuhan-tuhan itu relative?. Jika yang menentukan itu adalah
Hick sendiri, bukankah pemikiran Hick itu juga adalah relative?.Jika kemudian
Hick bersikeras mengatakan bahwa pandangannya sendirilah yang benar secara
absolute sementara pandangan lainnya salah, maka runtuhlah teori Hick ini
dengan sendirinya. Karena jika Hick beranggapan demikian, maka orang lain
pun berhak menga takan pendapatnya yang benar.
Selain itu menurut Anis, Hick telah melakukan kebohongan intelektual
dengan mengutip perkataan Rumi sepotong sepotong, sehingga seolah-olah
mendukung gagasannya itu. Padahal jika dibaca secara utuh, perkataan Rumi
itu justru menegaskan bahwa terdapat perbedaan antara orang beriman dan
pemeluk agama lain. Sebab tulisan Rumi selanjutnya adalah, “Dari
pemandangan yang objektif, Wahai Yang Maha Wujud, lahirlah perbedaan
antara orang beriman yang sebenarnya dan orang Zoroaster dan Yahudi.”

4. GUSDUR
Kyai Haji Abdurrahman Wahid atau dikenal sebagai Gus Dur lahir di
Jombang, Jawa Timur, pada 7 September 1940.Gus Dur adalah putra pertama
dari enam bersaudara dari keluarga yang sangat terhormat dalam komunitas
Muslim Jawa Timur.
Selama hidupnya, Gus Dur mengabdikan dirinya demi bangsa.Itu
terwujud dalam pikiran dan tindakannya hampir dalam sisi dimensi
eksistensinya.Gus Dur lahir dan besar di tengah suasana keislaman tradisional
yang mewataki NU, tetapi di kepalanya berkobar pemikiran modern. Bahkan
dia dituduh terlalu liberal dalam pikiran tentang keagamaan.. Namun ia
bukanlah orang yang sektarian. Ia seorang negarawan. Tak jarang ia
menentang siapa saja bahkan massa pendukungnya sendiri dalam menyatakan
suatu kebenaran. Ia seorang tokoh muslim yang berjiwa kebangsaan.
“Tidak penting apa pun agama atau sukumu. Kalau kamu bisa melakukan
sesuatu yang baik untuk semua orang, orang tidak pernah tanya apa
agamamu” -Gus Dur-
Dalam komitmennya yang penuh terhadap Indonesia yang plural, Gus
Dur muncul sebagai tokoh yang sarat kontroversi.Ia dikenal sebagai sosok
pembela yang benar. Ia berani berbicara dan berkata yang sesuai dengan
pemikirannya yang ia anggap benar, meskipun akan berseberangan dengan
banyak orang. Apakah itu kelompok minoritas atau mayoritas.Pembelaannya
kepada kelompok minoritas dirasakan sebagai suatu hal yang berani.Reputasi
ini sangat menonjol di tahun-tahun akhir era Orde Baru. Begitu menonjolnya
peran ini sehingga ia malah dituduh lebih dekat dengan kelompok minoritas
daripada komunitas mayoritas Muslim sendiri. Padahal ia adalah seorang
ulama yang oleh sebagian jamaahnya malah sudah dianggap sebagai seorang
wali. Beliau meninggal pada tanggal 30 Desember 2009.

5. Romo Mangunwijaya Pr
Romo Mangun memang dekat dengan semua golongan
agama.Perbedaan agama baginya bukan suatu persoalan yang besar. "Bagi
saya yang nomor satu bukan agama, melainkan iman dan takwa.Banyak orang
yang beragama tapi tidak beriman," ungkap Romo Mangun dalam berbagai
kesempatan.
Kedekatannya dengan agama lain juga terlihat pada keikutsertaannya
sebagai wakil Indonesia pada Dewan Agama sedunia. Romo Mangun duduk di
dewan ini bersama dengan ketua PBNU, K.H. Abdurrahman Wahid.Romo
Mangun secara pribadi juga dekat dengan Gus Dur. Keduanya dianggap
sebagai tokoh-tokoh agama yang tetap menonjolkan nasionalisme.
6. Frans Seda
Frans Seda dikenal terbuka dan suka humor. Ketika ditanya apa
resepnya tetap sehat dan bahagia di usia yang lebih dari 70 tahun, Frans Seda
berkata ,"Hidup itu artinya mengabdi pada Tuhan dan sesama." Dalam
melakoni hidup yang sering tak terduga ini, menurutnya orang perlu punya
sikap nothing to lose. "Cobalah berbuat baik saja, jangan terlalu takut
memikirkan akibatnya," -Frans Seda"
Tokoh dari Timur ini dikenal sebagai tokoh yang memberi sumbangan
besar pada perubahan politik dan ekonomi negara Indonesia.Frans Seda
merupakan sosok yang memberi sumbangan pemikiran politik ekonomi dari
suatu golongan minoritas agama.Sosok Frans Seda menjadi besar justru karena
berada dalam tantangan (challenge) dalam dirinya, dalam lingkungan sosial,
dalam partai katolik, dalam pertentangan kekuasanan dan secara khusus dalam
pertarungan politik ekonomi bangsa.Sosok pribadi Frans Seda sungguh
mencerminkan Gereja yang memasyarakat di negara Indonesia.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pluralisme berasal dari kata pluralis yang berarti jamak, lebih dari satu,
atau pluralizzing sama dengan jumlah yang menunjukkan lebih dari satu, atau
lebih dari dua yang mempunyai dualis, sedangkan pluralisme sama dengan
keadaan atau paham dalam masyarakat yang majemuk bersangkutan dengan
system social politiknya sebagai budaya yang berbeda-beda dalam satu
masyarakat.
Adapun tokoh-tokoh pluralisme dan pokok-pokok pemikirannya, Rene
Guénon Pelopor Filsafat Abadi Pemikiran utama Guénon adalah filsafat abadi
(perenialisme).Menurutnya filsafat abadi adalah ilmu spiritual yang memiliki
keutamaan dibanding ilmu lainnya, Frithjof Schuon Pengusung ide “Kesatuan
Transenden Agama-agama”Kesatuan Transenden Agama adalah salah satu teori
besar dalam wacana Pluralisme Agama, John Hick Penggagas Teologi Global
Menurut Dr. Anis Malik Thoha, Prof. John Hick merupakan tokoh terbesar dan
terpenting dalam wacana Pluralisme Agama, , Gus Dur muncul sebagai tokoh
yang sarat kontroversi.Ia dikenal sebagai sosok pembela yang benar, Romo
Mangun memang dekat dengan semua golongan agama.Perbedaan agama
baginya bukan suatu persoalan yang besar, dan Frans Seda merupakan sosok yang
memberi sumbangan pemikiran politik ekonomi dari suatu golongan minoritas
agama.

B. Saran
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak
terdapat kekurangan ataupun kesalahan, baik dari penyajian materi maupun
penulisan makalah.Hal ini tidak terlepas dari keterbatasan kemampuan menulis,
tentunya untuk lebih meningkatkan kualitas pada makalh berikutnya, penulis
berharap kritik ataupun saran agar kedepannya penulisan dapat lebih baik.
DAFTAR RUJUKAN
Imam Sukardi dkk, Pilar Islam bagi Pluralisme Modern, Tiga Serangkai, Solo,
Vol. 2, No. 1,2003..

Fuad Hasan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi ke II Jakarta: Balai


Pustaka,1990.

Prigoo digdo, Ensiklopedi Umum Yogyakarta: Kanisius, Vol/ 1,1990.

Lorens Bagus, Kamus Filsafat Jakarta: Gramedia,2006

Tokoh-Tokoh Pluralisme

Hendratmoko Goroh. 2014. Mengenal Tokoh Pluralisme From Pluralist to


Patriotic Politics: Putting Practice First, Blattberg, Charles. Oxford
University Press, 2000.

Anda mungkin juga menyukai