Anda di halaman 1dari 10

FILSAFAT PENDIDIKAN

Pendekatan Filsafat Pendidikan secara Individualistis

Dosen Pengampu :
Dr. Ulfia Rahmi, M.Pd.
Dr. Lili Dasa Putri, M.Pd.

Disusun oleh kelompok 4 :


Ressy Nasvrela Dwi Ronisma (20003085)
Rifatul Az-zahra (22004089)
Stevany (21129311)
Nur Afni Oktafi (22022033)
Dewi (20003107)
Cindy Oktarinaldi (21129364)
Anugrah Arby Pranata (22004116)

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2023

i
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah Subhaanahu wa Ta’ala yang telah memberikan penulis

kemudahan sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.

Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu

Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam yang kita nantikan syafa’atnya di

akhirat nanti. Banyak hal yang akan disampaikan kepada pembaca mengenai

“Pendekatan Filsafat Pendidikan secara Individualistis”. Penulis tentu menyadari

bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan

serta kekurangan didalamnya. Untuk itu penulis mengharapkan kritik serta saran dari

pembaca untuk makalah ini, agar makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang

lebih baik lagi. Kemudian, apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini,

penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya. Penulis juga mengucapkan terima

kasih kepada semua pihak khususnya kepada dosen pengampu matakuliah Filsafat

Pendidikan yang telah membimbing dalam penulisan makalah ini.

September 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................ii

DAFTAR ISI.............................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………..1

A. Latar Belakang………………………………………………………………1
B. Rumusan Masalah…………………...………………………………….…...1
C. Tujuan……………………………………………………………………… .1

BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………………2

A. Kontroversi yang dilematis…………………………………………….……...2

B. Misteri kehidupan………………………………………………………..….....4

C. Ciri-ciri bilogis manusia.....................................................................................5

BAB III PENUTUP………………………………………..…………….….............6


Kesimpulan……........................................................……………….……..…...…….6
Saran……………………………………………..…………………..…..….......6
DAFTAR PUSTAKA……………………………..…………………….…….……..7

iii
BAB I
PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki dan memikirkan
segala sesuatunya secara mendalam dan sungguh-sungguh, serta radikal
sehingga mencapai hakikat segala situasi tersebut. Pendidikan adalah upaya
mengembangkan potensi-potensi manusiawi peserta didik, karenanya
pendidikan bertujuan menyiapkan pribadi dalam keseimbangan, kesatuan,
organis, dinamis, guna mencapai tujuan hidup kemanusiaan, melalui filsafat
kependidikan. Filsafat pendidikan adalah filsafat yang digunakan dalam studi
mengenai masalah-masalah pendidikan..

B. RumusanMasalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, dapat dirumuskan beberapa masalah
sebagai berikut :
1. Kontroversi dilematis seperti apa yang berkaitan dengan pendekatan
Individualistik?
2. Apa yang dimaksud dengan misteri dunia?
3. Apa saja karakteristik biologis yang dimiliki manusia ?

C. Tujuan
Tujuan dari dibuatnya makalah ini adalah :
1. Mengetahui apa saja kontroversi dilematis yang berkaitan dengan
pendekatan Individualistik
2. Mengetahui apa yang dimaksud dengan misteri dunia
3. Mengetahui apa saja karakteristik biologis yang dimiliki manusia

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Kontroversi Yang Dilematis


Mengenai kontroversi yang dilematis, kita meninjau berdasarkan poin
silabus mengenai pendekatan individualistik, jadi yang diuraikan dalam hal ini
adalah kontroversi mengenai pendekatan individualistik. Ditinjau terlebih
dahulu apa itu kontroversi, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
Kontriversi adalah suatu perdebatan, persengketaan atau pertentangan.
Sedangkan dilema sendiri menurut KBBI adalah situasi sulit yang
mengharuskan orang menentukan pilihan antara dua kemungkinan yang sama-
sama tidak menyenangkan atau tidak menguntungkan atau situasi yang sulit
dan membingungkan.
Jadi kontroversi yang dilematis ini maksudnya adalah suatu keadaan
yang menimbulkan pro dan kontra dikalangan masyarakat sehingga
menimbulkan pertentangan yang membingungkan, dimana harus memilih dua
persepsi yang berbeda dari satu permasalahan. Dalam makalah ini, yang
menjadi topik pembahasan yaitu kontroversi yang dilematis yang terjadi dari
pendekatan individualistik dalam filsafat.
Individualisme adalah salah satu paham yang paling sering dibahas
sebagai karikatur dalam banyak perdebatan di kalangan intelektual kita.
Sehingga menimbulkan pro dan kontra dalam memahami makna
individualisme sendiri. Salah satu kritikan yang menyerang individualisme
adalah, person manusia memperoleh kesejatian, dan meletakkan masyarakat
dalam pandangan aksidental (sekunder) yang akan berkhitmat (melayani)
person.
Person adalah berposisi sebagai materi pembentuk masyarakat, dan
masyarakat adalah sebagai penghubung antar materi-materi tersebut. Dengan
demikian, berdasarkan filsafat individualisme bahwa nilai dan pentingnya
penghubung lebih kecil ketimbang nilai dan pentingnya materi. Kritikan
tersebut juga menghantam filsafat hak-hak alamiah yang merupakan cabang
dari filsafat individualisme. Filsafat hak-hak alamiah hanya memberikan
perhatian kepada materi-materi pembentuk masyarakat, dan tidak memberikan
perhatian ataupun menganggap penting hubungan-hubungan antar materi yang
mungkin saja sejalan dengan kecondongan-kecondongan alamiah, ataupun

2
mungkin juga berseberangan (berlawanan) dengan materi-materi tersebut,
ataupun hubungan-hubungan tersebut membatasi materi.
Pemikiran ini, pada abad setelahnya menjadi objek yang ditentang
oleh beberapa filosof seperti, David Hume dan lainnya. Hal inilah yang
menjadikan timbulnya kontra terhadap filsafat dengan menggunakan
pendekatan individualistik. Lain hal dengan timbulnya pro dari beberapa
kalangan mengenai pendekatan individualistik ini, seringkali ketika seseorang
mendengar tentang individualisme orang cenderung menganggap bahwa ini
adalah suatu paham yang negatif dan berhubungan dengan kesombongan,
keserakahan, egoisme, persaingan yang tidak sehat, dan sebagainya.
Pandangan semacam ini bagi mereka suatu hal yang begitu sempit dalam
memahami paham individualisme, bagi kalangan yang tidak men- judge
negatif pendekatan individualisme, terlebih dahulu mereka memahami arti
individualisme

Dalam KBBI, Individualisme mempunyai 3 arti, yaitu:


 Paham yg menganggap manusia secara pribadi perlu diperhatikan
(kesanggupan dan kebu-tuhannya tidak boleh disamaratakan);
 Paham yg meng-hendaki kebebasan berbuat dan menganut suatu
kepercayaan bagi setiap orang; paham yg mementingkan hak
perseorangan di samping kepentingan masyarakat atau negara;
 Paham yg menganggap diri sendiri (kepribadian) lebih penting dari pada
orang lain.

Selanjutnya kami telaah arti yang digunakan dalam filsafat mengenai


individualisme, menurut "The Oxford dictionary of Philosophy;
“Individualism~The view that the single person is a basic unit of political
analysis, with social wholes being merely logical constructions, or ways
of talking about number of such individuals and the relations among
them”
“Individualisme ~Paham bahwa perseorangan adalah unit dasar dari suatu
uraian kehidupan, dengan keseluruhan sosial menjadi konstruksi logis
pendukungnya, atau jalan yang membicarakan jumlah dari individu-
individu yang ada dan hubungan diantara mereka”

3
Perlu diperhatikan bahwa paham dengan pendekatan individualistik ini
tidak menolak adanya (kumpulan) masyarakat Pandangan ini melihat bahwa
masyarakat adalah koleksi (kumpulan) dari individu-individu, tidak lebih dan
tidak kurang. Dari uraian tersebut diharapkan kita tidak lagi dilema dalam
memahami pendekatan individualistik yang pada akhimya menimbulkan
kontroversi berkepanjangan tanpa mendapatkan suatu titik temu dari
permasalahan tersebut. Dalam hal ini yang paling penting adalah bagaimana
kita menghargai suatu pemahaman yang masing-masing manusia berbeda.

B. Misteri Kehidupan
Menurut KBBI misteri adalah sesuatu yang masih belum jelas (masih
menjadi teka-teki; masih belum terbuka rahasianya, arti lain yaitu kenyataan
yang begitu luhur sehingga secara mendasar melampaui daya tangkap
manusia; apa pun yg semakin dapat dimengerti atau dihayati, tetapi tidak
permah ditangkap seluruhnya sehingga tetap merupakan rahasia menyangkut
kehadiran atau kegiatan Ilahi.
Ada satu pernyataan dari para ahli bahwa filsfaat adalah suatu
ketidaktuntasan atau suatu fragmen yang tidak utuh. Sedikit mengacu pada
pendapat Eran Dorfman dalam bukunya “philosofy an an AS” menurutnya
berfilsafat merupakan suatu hal yang paradoksal. Jika kita berfilsafat, kita
ingin mendeskripsikan realitas sebagaimana adanya, namun agar dapat
mendeskripsikannya kita harus mengambil jarak antar realitas itu sehingga
kita tidak akan memilikinya secara utuh. Maksudnya berfilsafat bukan berarti
kita mengetahui semua yang terkandung di alam semesta dengan seutuhnya,
namun melalui filsafat kita berusaha untuk mencari tahu apapun tanpa adanya
batasan termasuk misteri kehidupan di dunia ini.
Walaupun filsafat adalah kegiatan olah nalar, yang sebenarnya
digumuli disana adalah kebutuhan terdalam ruh dalam dinamika jatuh
bangunya pengalaman; kebutuhan mendasar atas makna dan arah kehidupan,
kebutuhan tentang bagaimana misteri-misteri kehidupan bisa dijelaskan dan
dipahami, kebutuhan untuk mengerti apa yang sesungguhnya yang diinginkan
oleh jiwa itu sendiri.
Seringkali pada titik terdalam ruh tersentuh dan terisi bukan oleh hal-
hal material, bukan oleh kekuasaan atau kedudukan, bukan pula oleh
kesuksesan, melainkan oleh rasa penasaran, petualangan pencarian, keharuan,
keheranan, kekaguman yang seiring demikian misterius. Oleh karena itu,

4
dalam berfilsafat kita dapat berusaha untuk mencari tahu tentang
misteri kehidupan.

C. Ciri-Ciri Biologis Manusia


Adapun ciri-ciri biologis yang dimiliki manusia adalah sebagai berikut:
 Manusia memiliki otak yang digunakan untuk berakal dan berpikir, oleh
karena itu manusia adalah makhluk berpikir. Kemampuan manusia untuk
menggunakan akal dalam memahami lingkungannya merupakan potensi
dasar yang memungkinkan manusia Berfikir, dengan Berfikir manusia
menjadi mampu melakukan perubahan dalam dirinya, dan memang
sebagian besar perubahan dalam diri manusia merupakan akibat dari
aktivitas berfikir, oleh karena itu sangat wajar apabila Berfikir merupakan
konsep kunci dalam setiap diskursus mengenai kedudukan manusia di
muka bumi, ini berarti bahwa tanpa Berfikir, kemanusiaan manusia pun
tidak punya makna bahkan mungkin tak akan pernah ada.
 Manusia digolongkan dalam dua jenis kelamin, yaitu laki-laki dan
perempuan.
 Ciri-ciri fisik manusia berbeda dari setiap ras. Perbedaan ciri-ciri fisik
terkait dengan tinggi badan, warna kulit, warna rambut, warna mata dll.
Ukuran biologis banyak dipengaruhi oleh faktor keturunan.
 Manusia memiliki nafsu yang bisa di kendalikan.

Namun yang sangat membedakan manusia secara biologis dengan


makhluk lainnya terutama hewan adalah kemampuan manusia dalam
menggunakan otaknya dalam berpikir. Berpikir adalah daya paling utama dan
merupakan ciri khas yang membedakan manusia dari hewan. Manusia dapat
berpikir karena mempunyai bahasa. Dengan bahasa manusia dapat memberi
nama kepada segala sesuatu yang ada di alam semesta, baik yang kelihatan
maupun yang tidak kelihatan.

5
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Filsafat pendidikan merupakan ilmu yang pada hakekatnya merupakan
jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang timbul dalam lapangan pendidkan.
Oleh karena bersifat filosofis, dengan sendirinya fisafat pendidikan ini
hakekatnya adalah penerapan dari suatu analisa filosofis terhadap lapangan
Pendidikan. Dalam memahami pendekatan individualistik agar tidak
menimbulkan kontroversi yang paling penting adalah bagaimana kita
menghargai suatu pemahaman yang masing-masing manusia berbeda.

B. Saran
Selain melalui makalah yang telah permakalah tampilkan, disarankan
agar pembaca mencari lebih lanjut terkait materi ini dari sumber – sumber
lainnya sehingga akan lebih baik lagi dalam memahami materi.

6
DAFTAR PUSTAKA

Muhmidayeli (2011). Filsafat Pendidikan. Bandung: Refika Aditama. ISBN 979-602-


39-7
Wowo Sunaryo Kuswana (2013). Filsafat Pendidikan Teknologi, Vokasi dan
Kejuruan. Bandung: Alfabeta

Anda mungkin juga menyukai