Disusun Oleh:
Kelompok 12
2023/2024
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi ALLAH SWT. Yang telah mengajarkan makhluk-Nya melalui
perantara kalam,yaitu zat yang mengajarkan sesuatu yang belum di ketuhi manusia.Sehingga
kami bisa menyelesaikan tugas tambahan kami sebagai pegajaran bagi kami dan kedisiplinan
dalam menjalani perkuliahan agar kami menjadi mahasiswa yang disiplin.Shalawat dan salam
semoga senantiasa tercurahkan kepada nabi Muhammad SAW.
Terimakasih banyak kami ucapkan kepada dosen mata kuliah Sosiologi dan
Antropologi Pendidikan Dasar bu hirawati yang telah memberikan kesempatan kepada kami
dalam menyusun tugas tambahan bagi kami.Semoga makalah ini dapat berguna bagi para
pembaca dan menjadi amal jariyah bagi kami.
Akhirnya demi kelengkapan dan kesempurnaaan tulisan ini.Kami harapkan kritik dan
saran yang membangun dari pembaca.Semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan
dunia pendidikan.
Kelompok 12
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN..............................................................................................3
3.1 Kesimpulan.............................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................12
ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Postmodernisme adalah paham yang lahir dari sebuah kegagalan para filsuf Modernisme
untuk memajukan sosial manusia. Karna kegagalan tersebut dalam menjalani misinya untuk
menjadikan generasi manusia mendatang lebih maju dalam perkembangan pengetahuan dan
sosial juga. Menganggap bahwa kebenaran ilmu pengetahuan haruslah konkrit serta objektif,
tidak adanya nilai dari manusia, maka beberapa filsuf melahirkan sebuah paham yang lebih
baik dari sebelumnya dan lebih memantapkan tujuan yang akan dicapai yaitu paham
Postmodernisme. Dalam hal ini postmodernisme memiliki sebuah pengetahuan yang bersifat
subjektif dan interpretasi yang merupakan kebalikan dari Modernisme.
Budaya merupakan bagian hidup manusia yang paling dekat dengan kehidupan sehari-hari.
Setiap kegiatan manusia hampir tidak pernah lepas dari unsur budaya. Sebab sebagian besar
dari kegiatan manusia dilakukan secara berkelompok dan tak jarang dari latar
belakang budaya yang berbeda. Bila individu tidak dapat menerima perbedaan budaya dalam
sosialnya, maka tandanya individu perlu meningkatkan kesadaran budaya. Kesadaran budaya
merupakan hal mendasar yang harus dimiliki oleh individu sebelum mereka memiliki
pengetahuan dan keterampilan budaya. Menurut Sue & Sue (2006), kesadaran merupakan salah
satu kompetensi utama yang harus dimiliki dari ketiga kompetensi antar budaya. Hal ini
diperkuat oleh penjelasan Connerley dan Pedersen (2005) bahwa jika tahap kesadaran
diabaikan, maka pengetahuan dan keterampilan dapat didasarkan pada asumsi yang salah.
Indonesia adalah sebuah negara yang kaya akan keanekaragaman. Indonesia terdiri dari 35
provinsi dengan budaya yang beragam pula pada masing-masing provinsi. Contohnya seperti
agama, ras, etnis, kelas sosial, dan gender yang masing-masing berbeda. Keanekaragaman
budaya di Indonesia berpotensi menimbulkan konflik. Pergumulan antar budaya memberikan
peluang konflik manakala tidak terjadi saling memahami dan menghormati satu sama lain
.Rasa saling menghormati dan menghargai memang sulit hadir diantara keberagaman yang ada
di tengah-tengah masyarakat Indonesia, namun kedua hal tersebut sangat penting untuk
mencegah terjadinya konflik kecil yang bisa menjadi besar akibat keberagaman budaya.
1
2. Apakah yang dimaksud pascamodernisme?
3. Apakah yang dimaksud konflik sosial budaya?
4. Bagaimana karakteristik masyarakat majemuk di Indonesia?
5. Bagaimana struktur masyarakat majemuk dan integrasi nasional?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui tujuan pembelajaran pascamodernisme dan konflik sosial budaya
2. Untuk mengetahui pascamodernisme
3. Untuk mengetahui konflik sosial budaya
4. Untuk mengetahui karakteristik masyarakat majemuk di Indonesia
5. Untuk mengetahui struktur masyarakat majemuk dan integrasi nasional
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.2 Pascamodernisme
3
Menurut beberapa para ahli yang lainnya, seperti Louis Leahy, postmodernisme adalah
suatu pergerakan ide yang menggantikan ide- ide zaman modern. Menurut Emanuel,
postmodernisme adalah keseluruhan usaha yang bermaksud merevisi kembali paradigma
modern. Sedangkan menurut Ghazali dan Effendi, postmodernisme mengoreksi modernisme
yang tidak terkendali yang telah muncul sebelumnya.
Maka dapat disimpulkan bahwa postmodernisme merupakan suatu ide baru yang
menolak atau pun yang termasuk dari pengembangan suatu ide yang telah ada tentang teori
pemikiran masa sebelumnya yaitu paham modernisme yang mencoba untuk memberikan
kritikan-kritikan terhadap modernisme yang dianggap telah gagal dan bertanggung jawab
terhadap kehancuran martabat manusia; ia merupakan pergeseran ilmu pengetahuan dari ide-
ide modern menuju pada suatu ide yang baru yang dibawa oleh postmodernisme itu sendiri.
A. Lahirnya Postmodernisme
Munculnya postmodernisme tidak dapat dilepaskan dari modernisme itu sendiri. Kata
modernisme mengandung makna serba maju, gemerlap, dan progresif. Modernisme selalu
menjanjikan pada kita untuk membawa pada perubahan ke dunia yang lebih mapan di mana
semua kebutuhan akan dapat terpenuhi. Rasionalitas akan membantu kita menghadapi mitos-
mitos dan keyakinan-keyakinan tradisional yang tak berdasar, yang membuat manusia tak
berdaya dalam menghadapi dunia ini.1
1
Yusuf Zainal Abidin, Beni Ahmad Saebani Pengantar Sistem Sosial Budaya di Indonesia, Pustaka
Setia,Bandung, 2014,hlm. 75
4
keabsahan kebenaran ilmu. Sesuatu itu dikatakan benar ketika sesuai dengan konsensus atau
aturan yang berlaku di dunia modern, yaitu rasional dan objektif. Namun tidak dengan
Kierkegaard, dia berpendapat bahwa kebenaran itu bersifat subjektif. Truth is subjectivity,
artinya bahwa pendapat tentang kebenaran subjektif itu menekankan pentingnya pengalaman
yang dialami oleh seorang individu yang dianggapnya relatif.
Atas latar belakang itulah, para tokoh dan pemikir postmodernisme menghadirkan
sebuah gagasan baru yang disebut dengan postmodernisme dalam rangka melakukan
dekonstruksi paradigma terhadap berbagai bidang keilmuan, sebagai sebuah upaya untuk
mengoreksi atau membuat dan bahkan menemukan paradigma yang baru. Postmodernisme
seperti yang dikatakan oleh Derrida dan Lyotard, merupakan anti tesis dari modernisme.
Hampir semua istilah yang diajukan oleh postmodernisme adalah antonimasi modernisme.
Kelahiran postmodernisme membuat istilah baru dan mengakibatkan perbedaan dengan paham
modernisme.
• Pasca-Industri •. Dekonstruksi
• Paradigma • Sub-Kultur
• Delegitimasi
5
Kelebihan postmodernisme antara lain :
Postmodernisme ikut membuat kita sadar, sebuah kesadaran bahwa semua cerita besar perlu
dicurigai, perlu diwaspadai agar tidak menjelma rezim totalitarianisme yang hanya mau
mendengarkan suara diri sendiri dan mengharuskan suara-suara yang berbeda dari luar.
Menurut Franz Dahler, postmodernisme memiliki segi positif, yaitu keterbukaan untuk
kebhinekaan masyarakat, untuk toleransi, perlawanan terhadap monopoli, dominan agama,
aliran dan ideologi tertentu, hingga menguntungkan demokrasi.
Konflik sosial adalah suatu hubungan yang dilakukan oleh individu maupun kelompok
yang diikuti tindakan saling mengancam dan melakukan kekerasan antara satu dengan yang
lainnya. Selain itu, masih ada beberapa pengertian lain tentang konflik sosial. Konflik sosial
berasal dari bahasa latin 'configere', yang berarti saling memukul. Sementara secara sosiologis,
konflik sosial dapat diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau lebih berusaha
menghancurkan pihak lain dengan jalan menghancurkan atau membuatnya tidak berdaya. Tak
bisa dipungkiri, konflik sosial merupakan sesuatu hal yang sudah melekat dalam kehidupan
bermasyarakat. Ada beberapa penyebab munculnya konflik sosial. Munculnya konflik sosial
umumnya karena perbedaan antarindividu maupun kelompok. Baik itu perbedaan pendapat,
penampilan, ras, ideologi, budaya, dan perbedaan lain :
• Perbedaan antarindividu
• Perbedaan kepentingan
• Perbedaan kebudayaan
2
T.O. Ihromi, Pokok-pokok Antropoli Budaya, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 2019, hlm.18.
6
• Perubahan sosial
Ada yang menarik dari pandangan furnival (1948) terkait masyarakat majemuk.
Masyarakat majemuk adalah adalah masyarakat yang memiliki dua atau lebih tatanan sosial
yang saling berdampingan, tanpa menyatu dalams atu unit politik. Bisa juga karena masyarakat
dipersatukan oleh masyarakat suku bangsa oleh sistem nasional yang disatukan oleh aturan
paksa
Jika dibandingkan dengan Negara lain yang memiliki masyarakat majemuk. Indonesia
salah satu Negara yang cukup menarik perhatian. Karena nilai-nilai toleransi dan demokrasi
yang masih bisa berjalan. Terlepas dari itu semua, ada beberapa ciri masyarakat majemuk,
sebagai berikut :
• Masyarakat memiliki kelompok sosial yang saling terhubung dan mereka memiliki ci
khas budaya yang berbeda-beda.
• Memiliki lembaga sosial yang saling bergantung satu dengan yang lain, karena
perbedaan yang ada justru saling melengkapi.
• kurang maksimal dalam mengembangkan konsensus antar para anggota masyarakat
yang bersifat dasar
7
• Karena perbedaan budaya yang cukup banyak dan mencolok, maka potensi terjadinya
gesekan dan konflik antar kelompok lebih tinggi.
• Melahirkan integrasi sosial antar kelompok sosial yang muncul dari satu orang
dengan orang lain
• Melahirkan kekuasaan politik yang atas kelompok lain.
• Segi Keagamaan
Dari segi keagamaan, Indonesia mengesah ada lima agama yang dapat dianut oleh
masyarakat. Misalnya, keberadaan masyarakat muslim dengan masyarakat yang menganut
agama kristiani. Ketika Umat muslim ada yang meninggal, tetangga dari kristiani ikut
membantu. Begitupun sebaliknya. Saat umat kristiani sedang memiliki acara, umat muslim
juga membantu mengamankan parkir atau mengatur jalanan menuju lokasi. Adapun contoh
lain dalam hal keyakinan. Misalnya, aturan penganut muslim dilarang makan makanan haram
seperti babi. Maka, non muslim yang tinggal di Indonesia memaklumi label halal bentuk
kehati-hatian dalam memilih makanan bagi muslim. Sementara itu, jika ada non muslim ingin
mengkonsumsi babi tetap dipersilahkan, dan umat muslim pun memaklumi. Karena sikap
toleransi inilah yang menjadikan NKRI menjadi negara yang memiliki masyarakat majemuk
yang tetap damai.3
• Kebudayaan
Contoh masyarakat majemuk juga dapat dilihat dari corak budaya di Indonesia yang sangat
beragam. Mulai ada budaya etnis tionghoa, ada juga budaya masyarakat yang bersifat
monumental. Misal budaya selapanan, budaya 40 hari untuk orang yang sudah meninggal dan
masih budaya lain yang tidakdapat disebutkan satu persatu.
3
JS Furnivall, Netherlands India: A Study of Plural Economy, Cambridge at The University Press, 2019, hal 446-
469
8
Struktur masyarakat Indonesia ditandai oleh dua cirinya yang unik, yaitu secara
horizontal, ia ditandai oleh kenyataan adanya kesatuan-kesatuan sosial berdasarkan perbedaan-
perbedaan sukubangsa, agama, adat, serta perbedaan-perbedaan kedaerahan. Sedangkan secara
vertikal, struktur masyarakat Indonesia ditandai oleh adanya perbedaan-perbedaan antara
lapisan atas dan lapisan bawah yang cukup tajam. Perbedaan-perbedaan sukubangsa, agama,
adat, dan kedaerahan seringkali disebut sebagai ciri masyarakat Indonesia yang bersifat
majemuk, suatu istilah yang mula-mula dikenalkan oleh Furnivall untuk menggambarkan
masyarakat Indonesia pada masa Hindia Belanda. Konsep masyarakat majemuk sebagaimana
yang digunakan oleh ahli-ahli ilmu kemasyarakatan dewasa ini memang merupakan perluasan
dari konsep Furnivall tersebut.
B. Integrasi Nasional
9
dan luar Jawa tidaklah dengan sendirinya merupakan perbedaan antara golongan Islam Santri,
golongan Abangan, dan golongan Kristen. Mereka yang berasal dari sukubangsa-sukubangsa
berbeda-beda dapat bersama-sama menjadi anggota dari suatu golongan agama yang sama,
demikian juga sebaliknya. Struktur demikian, menurut Peter M. Blau disebut struktur sosial
yang mengalami interseksi (intersection social structure), yang fungsinya positif atau
mendukung terciptanya integrasi sosial. Berbeda dengan struktur sosial yang berhimpitan yang
disebut consolidated social structure (struktur sosial terkonsolidasi) yang menghambat
terciptanya integrasi social. Terciptanya integrasi sosial/nasional dalam masyarakat majemuk
dipengaruhi oleh beberapa hal, antara lain:
4
Sarlito W. Sarwono, Sosiologi Lintas Budaya, Rajawali Pers, Jakarta, 2014, hlm. 3.
10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Masyarakat majemuk adalah adalah masyarakat yang memiliki dua atau lebih tatanan
sosial yang saling berdampingan, tanpa menyatu dalams atu unit politik. Bisa juga karena
masyarakat dipersatukan oleh masyarakat suku bangsa oleh sistem nasional yang disatukan
oleh aturan paksa,sebagai salah satu contoh karakternya memiliki kelompok sosial yang saling
terhubung dan mereka memiliki ciri khas budaya yang berbeda-beda.
Struktur masyarakat Indonesia ditandai oleh dua cirinya yang unik, yaitu secara
horizontal, ia ditandai oleh kenyataan adanya kesatuan-kesatuan sosial berdasarkan perbedaan-
perbedaan sukubangsa, agama, adat, serta perbedaan-perbedaan kedaerahan. Struktur
demikian, menurut Peter M. Blau disebut struktur sosial yang mengalami interseksi
(intersection social structure), yang fungsinya positif atau mendukung terciptanya integrasi
sosial. Berbeda dengan struktur sosial yang berhimpitan yang disebut consolidated social
structure (struktur sosial terkonsolidasi) yang menghambat terciptanya integrasi social.
Terciptanya integrasi sosial/nasional dalam masyarakat majemuk dipengaruhi oleh beberapa
hal.
11
DAFTAR PUSTAKA
Ornstein, A.C. and Levine, D.U. Foundations of Educations, 10th Edition. Boston & NY;
Houghton Mifflin Company, 2014. (Chapter 6: Philosophical Roots of Education, pp.
159-198)
Jurnal Filsafat, ISSN: 0853-1870 (p); 2528-6811(e) Vol. 28, No. 1 (2018), p. 25-46, doi:
10.22146/jf.33296
JS Furnivall, Netherlands India: A Study of Plural Economy, Cambridge at The University Press, 2015,
12