Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH PENGERTIAN FILSAFAT DAN NILAI

KEBUDAYAAN
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Filsafat dan Nilai Budaya Pendidikan
Dosen pengampu : Dr. Ahmad Hariyadi, S.Sos.I, M.Pd,S.Pd

DISUSUN OLEH:
1. Danuartha Jujur Prananta (202033104)
2. Ahmad Hasan Tino (202033119)
3. Laela Nuriyah Rahmawati (202033150)

KELAS C SEMESTER 1

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MURIA KUDUS
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-NYA sehingga
makalah ini dapat tersususn higga selesai. Tidak lupa kami mengucapkan banyak
terimakasih kepada seluruh pihak yang telah ikut berpartisipasi dalam pembuatan
makalah ini.

Semoga dengan adanya makalah ini dapat menambah pengalaman bagi para
pembaca. Karena keterbatasan dan pengetahuan penulis, kami yakin banyak sekali
kekurangan dari isi makalah ini. Untuk itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran
para pembca demi kesempurnaan makalah ini.

Kudus, 22 September 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................... i
DAFTAR ISI....................................... ii
BAB I PENDAHULUAN....................1
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Aliran Pragmatisme
2.2 Tokoh Aliran Pragmatisme
2.3 Pandangan Aliran Pragmatisme
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang
Filsafat merupakan salah satu disiplin ilmu yang menjadi sumber utama dari
berbagai ilmu di dunia pendidikan.Seperti yang telah kita ketahui, bahwa manusia
adalah makhluk yang yang  berpengetahuan. Pengetahuan manusia ialah semua yang
diketahui oleh manusia. Adapun pembagiaan dari jenis pengetahuan manusia adalah
sains, filsafat dan mistik. Karena fisafat merupakan salahsatu jenis pengetahuan yang
dimiliki oleh manusia, maka dapat dikatakan bahwa filsafat adalah sejenis pengetahuan
manusia yang logis saja, tentang objek-objek yang abstrak.
Walaupun objek kajiannya adalah suatu hal yang abstrak, namun dapat pula
objek filsasat berupahal yang kongkret, tapi hal yang ingin diketahuinya adalah bagian
yang abstraknya. Suatu teori filsafat dikatakan benar jika dapat dipertanggungjawab kan
secara logis dan tidak akan pernah dibuktikan secara empiris selama-lamanya. Jika
objek tersebut suatu waktu dapat dibuktikan secara empiris, maka ia akan berubah
menjadi ilmu. Berdasarkan hal tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa filsafat
pendidikan adalah kumpulan teori pendidikan yang hanya dapat dipertanggungjawabkan
secara logis dan tidak akan dapat dibuktikan secara empiris.
Adapun diantar  salah satu ciri manusia adalah berkebudayaan. Oleh karenanya
kebudayaan merupakan salah satu unsur penting yang harus diangkat menjadi salah satu
topik dalam pendidikan. Kebudayaan adalah suatu hal yang terus berlangsung dan
belum berhenti pada titik tertentu.Ketika suatu kebudayaan dalam kehidupan manusia
telah berhenti di satu titik dan tidak berkembang lagi, maka hal tersebut disebut
peradaban.
Dari beberapa uraian di atas, maka ada hubungan yang erat antara filsafat dan
kebudayaan yang dapat dijadikan suatu bahan diskusi untuk memperluas khazanah
keilmuan.
B.       Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan filsafat ?
2.      Apa yang dimaksud dengan kebudayaan?
3.      Apa hubungan antara filsafat dan kebudayaan?
4. Apa yang dimaksud ruang lingkup filsafat?
5. Apa hubungan filsafat dengan pendidikan?

C.      Tujuan Masalah
1.    Untuk mengetahui pengertian filsafat
2.    Untuk mengetahui pengertian kebudayaan
3.    Untuk mengetahui hubungan antara filsafat dan kebudayaan.
4. Untuk mengetahui ruang lingkup filsafat
5. Untuk mengetahui hubungan filsafat dan pendidikan
BAB II
PEMBAHASAN

A.      Pengertian Filsafat
Secara harfiah, kata filsafat berasal dari kata Philo yang berarti cinta, dan
kata Sophos yang berarti ilmu atau hikmah. Dengan demikian, filsafat berarti cinta
terhadap ilmu atau hikmah. Selain itu, terdapat pula teori lain yang mengatakan bahwa
filsafat berasal dari kata bahasa Arab falsafah yang berasal daribahasa
Yunani, phylosophia: philos  berarti cinta kepada kebijaksanaan atau cinta kepada
kebenaran.
Dari berbagai pengertian tersebut maka pengertian filsafat secara semantik
adalah cinta terhadap pengetahuan dan kebijaksanaan. Dengan demikian filsafat adalah
suatu kegiatan atau aktivitas yang menempatkan pengetahuan atau kebijaksanaan
sebagai sasaran utamanya. Dari segi istilah, Perwantara mengemukakan filsafat berarti
alam pikiran atau alam berpikir. Namun, tak semua berpikir berarti berfilsafat. Karena
berfilsafat adalah berfikir secara mendalam dan sungguh-sungguh.

B. Pengertian Kebudayaan
Kebudayaan menurut Mukti Ali (1982 : 4) adalah budi daya, tingkah laku
manusia. Tingkah laku manusia digerakkan oleh akal dan perasaannya. Yang mendasari
adalah ucapan hatinya yang merupakan keyakinan dan penghayatannya terhadap
sesuatu yang dianggap benar. Apa yang dianggap benar itu besar atau kecil adalah
agama. Dan agama, sepanjang tidak diwahyukan adalah hasil pemikiran filsafat.
Gazalba (1979 : 72) mendefenisikan kebudayaan sebagai “cara berfikir dan cara
merasa, yang menyatakan diri dalam seluruh segi kehidupan sekelompok manusia, yang
membentuk kesatuan social dalam suatu ruang ruang dan satu waktu”. Cara berfikir dan
merasa merupakan kebudayaan bathiniah, sedangkan manifestasinya dalam bentuk cara
berlaku dan cara berbuat atau cara hidup adalah kebudayaan lahiriah. Pendapat lain
menyatakan bahwa budaya atau kebudayaan adalah formulasi dari tida unsur daya, yaitu
daya cipta, daya rasa, dan daya karsa (cipta, rasa, karsa)
Berikut devinisi kebudayaan menurut beberapa ahli :
1. Taylor, budaya adalah suatu keseluruhan komplek yang meliputi pengetahuan,
kepercayaan, kesenian, moral, keilmuan, hukum, adat istiadan dan kemampuan yang
lain serta kebiasaan yang didapat oleh manusia sebagai anggota masyarakat
2. Linton, kebudayaan dapat dipandang sebagai konfigurasi tingkah laku yang dipelajri
dan hasil tingkah laku yang dipelajari, dimana unsur pembentuknya didukung dan
diteruskan oleh anggota masyarakat lainnya.
3. Kotjaraningrat, mengartikan bahwa kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan,
milik dari manusia dengan belajar
4. Herkovits, kebudayaan adalah bagian dari lingkungan hiup yang dicptakan oleh
manusia.

C.  Hubungan Filsafat dan Kebudayaan


Pada pokoknya kebudayaan adalah semua ciptaan manusi ayang berlangsung
dalam kehidupan. Pendidikan dan kehidupan adalah suatu hubungan antara proses
dengan isi, yaitu pendidikan adalah proses pengeporar kebudayaan dalam arti
membudayakan manusia aspek lain dari fungsi pendidikan adalah mengolah
kebudayaan itu menjadi sikap mental, tingkah laku, bahkan menjadi kepribadian anak
didik. Jadi hubungan pendidikan dengan kebudayaan adalah juga hubungan nilai
demokrasi. Dimana fungsi pendidikan sebagai pengoper kebudayaan mempunyai tujuan
yang lebih utama yaitu untuk membina kepribadian manusia agar lebih kreatif dan
produktif yakni mampu menciptakan kebudayaan.
Perlu didasari bahwa manusia sebagai pribadi, masyarakat, bangsa dan negara
hidup dalam suatu sosial budaya. Maka membutuhkan pewarisan dan pengambangan
sosial budaya yang dilakkan melalui pendidikan. Agar pendidikan berjalan dengan baik.
Maka membutuhkan filosofis dan ilmiah berbagai sifat normatif dan pedoman
pelaksanaannya. Karena pendidikan harus secara fungsamental yang berazas filosofis
yang menjamin tujuan untuk meningkatkan perkembangan sosial budaya, marbtabat
bangsawa, kewibawaan dan kejayaan negara.
Pentingnya kebudayaan untuk mengembangkan suatu pendidikan dalam budaya
nasional mengupayakan, melestarikan dan mengembangkan nilai budaya-budaya dan
pranata sosial dalam menunjang proses pengembangan danpembangunan nasional serta
melestarikan nilai-nilai luruh budaya bangsa. Merencanakan kegairahan masyarakat
untuk menumbuhkan kreaktivtas ke arah pembaharuan dalam usaha pendidikan yang
tanpa kepribadian bangsa.
Kebudayaan mempunyai fungsi yang besari bagi mnausia dan masyarkat, berbagai
macam kekuatan harus dihapi sepert kekuatan alam dan kekuatan lain. Selain itu
manusia dan masyarakat memerlukan kepuasan baik secara spritual maupun materil.
Manusia merupakan makhluk yang berbudaya, melalui akalnya manusia danpat
mengembangkan kebudyaan. Begitu pula manusia hidup dan tergantung apa
kebudayaan sebagai hasil ciptaanya. Kebudayaan memberikan aturan bagi manusia
dalam mengolah lingkungan dengan teknologi hasil ciptaannya. Dan kebudayaan juga
diharakan dengan pendidikan yang akan mengembangkan dan membangkitkan budaya-
budaya dulu, agar dia tidak punah dan terjaga untuk selamanya. Oleh karena itu, dengan
adanya filsfat, kita dapat mengetahui tentang hasil karya manusia yang akan
menimbulkan teknologi yang mempunyai kegunaan utama dalam melindungi manusia
terhadal alam lingkungannya. Sehingga kebudayaan memiliki peran :
1. suatu hubungan pedoman antar manusia atau kelompoknya
2. wadah untuk menyalurkan perasan dan kemampuan lain
3. sebagai pembimbing kehidupan dan penghidupan manusia
4. pembeda manusia dengan binatan
5. petunjuk-petunjuk tentang bagaimana harus bertindak dan berperilaku dalam
pergaulan
6. pengaturan agar manusia dapat mengerti bagaimnaa seharusnya bertindak, berbuat,
menentukan sikapnya jikga berhubungan dengan orang lain
7. sebagai modal dasar pembangunan
Kebudayaan masyarkat tersebut sebagian besar dipenuhi oleh kebudayan yang
bersumber pada masyarakat itu sendiri. Hasil karya masyarakat melahirkan teknologi
atau kebudayan kebendaan yang mempunyai kegunaan utama dlaam melindungi
masyarakt terhadap lingkungan di dalamnya.
Apabila dibandingkan defenisi kebudayaan dan defenisi filsafat, bertemu dalam
hal berfikir. Filsafat ialah cara atau metode berfikir sistematik dan universal yang
berujung pada setiap jiwa, sedangkaan kebudayaan adalah salah satu hasil berfilsafat
yang termaniferstasi pada cipta, rasa, dan karsa sikap hidup dan pandangan hidup
(Gazalba). Dengan demikian, jelaslah filsafat mengendalikan cara berfikir kebudayaan.
Di balik kebudayaan ditemukan filsafat. Perbedaan kebudayaan dikembalikan kepada
perbedaan filsafat.
Tuhan menentukan nilai melalui agama. Manusia menentukan nilai melalui
filsafat. Kebudayaan berpangkal pada manusia, maka yang menentukan kebudayaan
adalah filsafat. (Mustopo, 1983 : 71-72)

D. Ruang Lingkup Filsafat


Pola dan system berpikir filosofis yang demikian dilaksanakan dalam ruang lingkup
yang menyangkut bidang-bidang sebagai berikut :

1. Cosmologi yaitu suatu pemikiran dalam permasalahan yang berhubungan dengan


alam semesta, ruang dan waktu, kenyataan hidup manusia sebagai makhluk ciptaan
Tuhan, serta proses kejadian-kejadian dan perkembangan hidup manusia di alam nyata.

2. Ontology yaitu suatu pemikiran tentang asal-usul kejadian alam semesta, dari mana
dan kearah mana proses kejadiannya.
Secara makro (umum) apa yang menjadi obyek pemikiran filsafat, yaitu dalam ruang
lingkup yang menjangkau permasalahan kehidupan manusia, alam semesta dan
sekitarnya adalah juga obyek pemikiran filsafat pendidikan. Tetapi secara mikro
(khusus) yang menjadi obyek filsafat pendidikan meliputi :

1 Merumuskan secara tegas sifat hakikat pendidikan (The Nature Of Education).

2 Merumuskan sifat hakikat manusia sebagai subyek dan obyek pendidikan (The Nature
Of Man).

3 Merumuskan secara tegas hubungan antara filsafat, filsafat pendidikan, agama dan
kebudayaan.

4 Merumuskan hubungan antara filsafat, filsafat pendidikan dan teori pendidikan.

5 Merumuskan hubungan antara filsafat negara (Ideology), filsafat pendidikan dan


politik pendidikan (sistem pendidikan).

6 Merumuskan sistem nilai norma atau isi moral pendidikan yang merupakan tujuan
pendidikan.

Dengan demikian dari uraian tersebut diperoleh suatu kesimpulan bahwa yang menjadi
obyek filsafat pendidikan ialah semua aspek yang berhubungan dengan upaya manusia
untuk mengerti dan memahami hakikat pendidikan itu sendiri, yang berhubungan
dengan bagaimana pelaksanaan pendidikan dan bagaimana tujuan pendidikan itu dapat
dicapai seperti yang dicita-citakan

E. Hubungan Filsafat Dan Filsafat Pendidikan


Filsafat yang dijadikan [pandangan hidup suatu masyarakat atau bangsa merupakan
asas dan pedoman yang melandasi semua aspek dan kehidupan bangsa, termasuk aspek
pendidikan.

Hubungan antara filsafat dan filsafat pendidikan menjadi sangat penting sekali, sebab ia
menjadi dasar, arah, dan pedoman suatu sistem pendidikan. Filsafat merupakan ide-ide
dan idealisme, dan pendidikan merupakan usaha dalam merealisasikan ide-ide tersebut
menjadi kenyataan, tindakan, tingkah laku, bahkan membina kepribadian manusia.

Apabila kita mencoba mengerti persoalan-persoalan pendidikan seperti akan nyata di


bawah ini, bahwa analisa persoalan tidak mungkin semata-mata melalui analisa ilmiah.
Sebab masalahnya memang masalah filosofis, misalnya meliputi:
1. Apakah pendidikan itu bermanfaat, atau mungkin, guna membina kepribadian
manusia, atau tidak. Apakah potensi-hereditas yang menentukan kepribadian ataukah
faktor-faktor luar (alam sekitar dan pendidikan). Mengapa anak yang potensi
hereditasnya relatif baik, tanpa pendidikan dan lingkungan yang baik tidak mencapai
perkembangan kepribadian sebagaimana diharapkan. Sebaliknya, mengapa seorang
anak yang abnormal, potensi-hereditasnya relatif rendah, meskipun didik dengan positif
dan lingkungan yang baik, tak akan berkembang normal.

2. Apakah tujuan pendidikan itu sesungguhnya. Apakah pendidikan itu guna individu
sendiri, atau untuk kepentingan sosial, apakah pendidikan itu dipusatkan bagi
pembinaan manusia pribadi, ataukah untuk masyarakatnya. Apakah pembinaan pribadi
manusia itu demi hidup yang riil dalam masyarakat dan dunia ini ataukah bagi
kehidupan akherat yang kekal.

3. Apakah hakekat masyarakat itu, dan bagaimana kedudukan individu di dalam


masyarakat; apakah pribadi itu independen ataukah dependent di dalam masyarakat.
Apakah hakekat pribadi manusia, manakah yang utama yang sesungguhnya baik untuk
pendidikan bagi manusia, ataukah perasaan (akal, intelek atau akalnya, ataukah
kemauan, ataukah perasaan (akal, karsa, rasa); apakah pendidikan jasmani atakukah
rohani dan moral yang lebih utama. Ataukah pendidikan kecakapan-kecakapan praktis
(skill), jasmani yang sehat, ataukah semunya.

4. Untuk mencapai tujuan pendidikan yang ideal, apakah isi pendidikan (curriculum)
yang diutamakan yang relevan dengan pembinaan kepribadian sekaligus kecakapan
memangku suatu jabatan di dalam masyarakat. Apakah curriculum yang luas dengan
konsekuensi kurang intensif ataukah dengan curriculum yang terbatas tetapi intensif
penguasaannya sehingga praktis.

5. Bagaimana atas penyelenggaraan pendidikan yang baik, sentralisasi atau


desentralisasi dan otonomi, oleh negara ataukah oleh swasta. Apakah dengan leadership
yang instruktif ataukah secara demokratis. Bagaimana metode pendidikan yang efektif
membina kepribadian baik teoritis-ilmiah, kepemimpinan, maupun moral dan aspek-
aspek sosial dan skill yang praktis.

BAB III
KESIMPULAN
Berdasarkan penjelasan dan pemaparan di atas dapat disimpulkan beberapa hal,
antara lain :
1.   filsafat adalah suatu kegiatan atau aktivitas yang menempatkan pengetahuan atau
kebijaksanaan sebagai sasaran utamanya.
2.   kebudayaan adalah hasil dari cipta, rasa, dan karsa. kebudayaan sebagai “cara berfikir
dan cara merasa, yang menyatakan diri dalam seluruh segi kehidupan sekelompok
manusia, yang membentuk kesatuan social dalam suatu ruang ruang dan satu
waktu”. Cara berfikir dan merasa merupakan kebudayaan bathiniah, sedangkan
manifestasinya dalam bentuk cara berlaku dan cara berbuat atau cara hidup adalah
kebudayaan lahiriah.
           3. Hubungan antara Filsafat dan kebudayaan ialah filsafta sebagai cara atau metode
berfikir sistematik dan universal yang berujung pada setiap jiwa, sedangkaan
kebudayaan adalah salah satu hasil berfilsafat yang termaniferstasi pada cipta, rasa, dan
karsa sikap hidup dan pandangan hidup.
4. Pola dan system berpikir filosofis yang demikian dilaksanakan dalam ruang lingkup
yang menyangkut bidang-bidang
5. Filsafat yang dijadikan [pandangan hidup suatu masyarakat atau bangsa merupakan
asas dan pedoman yang melandasi semua aspek dan kehidupan bangsa, termasuk aspek
pendidikan.

DAFTAR PUSTAKA
Tafsir, Ahmad, 2000. Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam. Bandung: Remaja
Rosdakarya.

Nata, Abuddin, 2004. Filsafat Pendidikan Islam 1. Jakarta: LOGOS WACANA ILMU.

Notowidogda, Rohman, 2006, Ilmu Budaya Dasar Berdasarkan Al-qur’an dan Hadits,
Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Supriyadi, Dedi, 2008, Sejarah Peradaban Islam, Bandung: Pustaka Setia.

Gazalba, Sidi, 2001, Mesjid Pusat Ibadat dan Kebudayaan Islam, Jakarta: Pustaka Al-
Husna.

http//hubungan-kebudayaan-dengan-filsafat.html

Anda mungkin juga menyukai