Pendekatan keterampilan proses dapat diartikan sebagai wawasan atau anutan pengembangan
keterampilan- keterampilan intelektual, sosial dan fisik yang bersumber dari kemampuan- kemampuan
mendasar yang prinsipnya telah ada dalam diri siswa (DEPDIKBUD, dalam Moedjiono, 1992/ 1993 : 14)
Menurut Semiawan, dkk (Nasution, 2007 : 1.9-1.10) menyatakan bahwa keterampilan proses
adalah keterampilan fisik dan mental terkait dengan kemampuan- kemampuan yang mendasar yang
dimiliki, dikuasai dan diaplikasikan dalam suatu kegiatan ilmiah, sehingga para ilmuan berhasil
menemukan sesuatu yang baru.
Pendekatan Keterampilan Proses (PKP) adalah suatu pendekatan pembelajaran yang menekankan
kepada proses belajar siswa (learn how to learn). PKP adalah pendekatan pembelajaran yang melibatkan
aspek intelektual, sosial, emosional, maupun aspek fisik siswa secara optimal yang bersumber dari
kemampuan dasar yang telah ada pada siswa.
Pendekatan ini merupakan suatu pendekatan yang didasarkan atas suatu pengamatan, proses-
proses ini dijabarkan dari pengamatan terhadap apa yang dilakukan oleh seorang guru disebut
pendekatan ketrampilan proses. Dalam ketrampilan proses ini guru diharapkan bisa memaksimalkan
perannya, diupayakan agar siswa terlibat langsung dan aktif. Sehingga siswa dapat mencari dan
menemukan konsep serta prinsip berdasar dari pengalaman yang dilakukannya.
4) siswa terlibat langsung dengan objek nyata sehingga dapat mempermudah pemahaman siswa
terhadap materi pelajaran,
7) melatih siswa untuk bertanya dan terlibat lebih aktif dalam pembelajaran,
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan pendekatan keterampilan proses adalah merupakan
suatu cara untuk memecahkan permasalahan yang dihadapi guna mengembangkan dan membantu
siswa dalam memahami konsep.
- Jumlah siswa dalam kelas haeus relative kecil, karena setiap siswa memerlukan perhatian dari guru.
- Tidak menjamin setiap siswa akan dapat mencapai tujuan sesuai dengan tujuan pembelajaran.
- Sulit membuat siswa turut aktuf secara merata selama proses berlangsungnya pembelajaran.
1. Keterampilan Mengobservasi
Keterampilan mengobservasi menurut Esler dan Esler (1984) adalah keterampilan yang
dikembangkan dengan menggunakan semua indera yang kita miliki untuk mengidentifikasi dan
memberikan nama sifat- sifat dari objek- objek atau kejadian- kejadian. Definisi serupa disampaikan oleh
Abruscato (1988) yang menyatakan bahwa mengobservasi artinya mengunakan segenap panca indera
untuk memperoleh imformasi atau data mengenai benda atau kejadian. (Nasution, 2007: 1.8- 1.9)
Kegiatan yang dapat dilakukan yang berkaitan dengan kegiatan mengobservasi misalnya menjelaskan
sifat- sifat yang dimiliki oleh benda- benda, sistem- sistem, dan organisme hidup. Sifat yang dimiliki ini
dapat berupa tekstur, warna, bau, bentuk ukuran, dan lain- lain. Contoh yang lebih konkret, seorang
guru sering membuka pelajaran dengan menggunakan kalimat tanya seperti apa yang engkau lihat ?
atau bagaimana rasa, bau, bentuk, atau tekstur…? Atau mungkin guru menyuruh siswa untuk
menjelaskan suatu kejadian secara menyeluruh sebagai pendahuluan dari suatu diskusi.
2. Keterampilan Mengklasifikasi
Bentuk- bentuk yang dapat dilakukan untuk melatih keterampilan ini misalnya memilih bentuk-
bentuk kertas, yang berbentuk kubus, gambar- gambar hewan, daun- daun, atau kancing- kancing
berdasarkan sifat- sifat benda tersebut. Sistem- sistem klasifikasi berbagai tingkatan dapat dibentuk dari
gambar- gambar hewan dan tumbuhan (yang digunting dari majalah) dan menempelkannya pada papan
buletin sekolah atau papan panjang di kelas
3. Keterampilan Mengukur
Keterampilan mengukur menurut Esler dan Esler dapat dikembangkan melalui kegiatan- kegiatan
yang berkaitan dengan pengembangan satuan- satuan yang cocok dari ukuran panjang, luas, isi, waktu,
berat, dan sebagainya. Abruscato menyatakan bahwa mengukur adalah suatu cara yang kita lakukan
untuk mengukur observasi. Sedangkan menurut Carin, mengukur adalah membuat observasi kuantitatif
dengan membandingkannya terhadap standar yang kovensional atau standar non konvensional.
(Nasution, 2007 : 1.20)
Contoh kegiatan mengukur dengan alat ukur standar/ baku adalah siswa memperkirakan dimensi linear
dari benda- benda (misalnya yang ada di dalam kelas) dengan menggunkan satuan centi meter (cm),
dekameter (dm), atau meter (m). Kemudian siswa dapat menggunakan meteran (alat ukur, mistar atau
penggaris) untuk pengukuran benda sebenarnya.
4. Keterampilan Mengkomunikasikan
Kegiatan untuk keterampilan ini dapat berupa kegiatan membaut dan menginterpretasi informasi dari
grafik, charta, peta, gambar, dan lain- lain. Misalnya siswa mengembangkan keterampilan
mengkomunikasikan deskripsi benda- benda dan kejadian tertentu secar rinci.
5. Keterampilan Menginferensi
Keterampilan menginferensi menurut Esler dan Esler dapat dikatakan juga sebagai keterampilan
membuat kesimpulan sementara. Menurut Abruscato , menginferensi/ menduga/ menyimpulakan
secara sementara adalah adalah menggunakan logika untuk memebuat kesimpulan dari apa yagn di
observasi( Nasution, 2007 : 1.49)
6. Keterampilan Memprediksi
Memprediksi adalah meramal secara khusus tentangapa yang akan terjadi lpada observasi yang
akan datang (Abruscato Nasution, 2007 : 1.55) atau membuat perkiraan kejadian atau keadaan yang
akan datang yang diharapkan akan terjadi (Carin, 1992). Keterampilan memprediksi menurut Esler dan
Esler adalah keterampilan memperkirakan kejadian yang akan datang berdasarkan dari kejadian-
kejadian yang terjadi sekarang, keterampialn menggunakna grafik untuk menyisipkan dan meramalkan
terkaan- terkaan atau dugaan- dugaan. (Nasution, 2007 : 1.55)
Keterampilan mengenal hubungan ruang dan waktu menurut Esler dan Esler meliputi
keterampilan menjelaskan posisi suatu benda terhadap lainnya atau terhadap waktu atau keterampilan
megnubah bentuk dan posisi suatu benda setelah beberapa waktu. Sedangkan menurut Abruscato
menggunakan hubungan ruang- waktu merupakan keterampilan proses yan gberkaitan dengan
penjelasan- penjelasan hubungan- hubunagn tentang ruang dan waktu beserta perubahan waktu.
Keterampilan mengenal hubungan bilangan- bilangan menurut Esler dan Esler meliputi kegaitan
menemukan hubungan kuantitatif diantara data dan menggunakan garis biangan untuk membuat
operasi aritmatika (matematika). Carin mengemukakan bahwa menggunakan angka adalah
mengaplikasikan aturan- aturan atau rumus- ruumus matematik untuk menghitung jumlah atau
menentukan hubungan dari pengukuran dasar. Menurut Abruscato, menggunakan bilangan merupakan
salah satu kemampuan dasar pada keterampilan proses.( Nasution, 2007: 1.61- 1.62).
C. Keterampilan Proses dalam STAD
a) Perkembangan ilmu pengetahuan semakin pesat sehingga tidak mungkin guru mengajarkan semua
fakta dan konsep kepada siswa. Siswa harus berusaha untuk aktif mencari dan membangun
pengetahuannya sendiri.
b) Secara psikologis siswa dalam usia perkembangan lebih mudah memahami konsep yang rumit dan
abstrak jika disertai contoh konkret dan berhubungan dengan kehidupan sehari-hari.
c) Ilmu pengetahuan bersifat relatif, artinya suatu teori dapat terbantahkan bila ditemukan teori yang
lebih baik.
d) Dalam proses pembelajaran seharusnya pengembangan konsep tidak lepas dari pengembangan sikap
dan nilai dalam diri anak didik, selain mengajar guru seharusnya pandai memotivasi agar siswa memiliki
rasa ingin tahu dan berusaha mencari jawaban atas keingintahuannya.
Penerapan keterampilan proses pada pembelajaran juga perlu memperhatikan dan mempelajari
jenis-jenis keterampilan proses. Beberapa ahli mengemukakan tentang jenis-jenis keterampilan proses.
Semiawan (1999), Dimyati (1994), dan Subiyanto dalam Semiawan (1999) mengelompokkan
keterampilan proses sebagai berikut:
1. Observasi, kegiatan ini bertujuan untuk melakukan pengamatan tentang peristiwa sehingga
mampu membedakan unsur yang sesuai dan yang tidak sesuai dengan permasalahan.
3. Memprediksi, hasil intepretasi suatu pengamatan digunakan untuk memperkirakan kejadian yang
belum diamati.
4. Menyusun hipotesis, hipotesis adalah suatu perkiraan yang beralasan untuk menerangkan
pengamatan tertentu.
8. Menerapkan konsep, menggunakan konsep yang telah dikuasai pada masalah yang baru atau pada
mata pelajaran yang lain.
Secara garis besar keterampilan proses mencakup dua kelompok, yaitu keterampilan proses dasar
dan keterampilan proses terintegrasi. Keterampilan proses dasar mencakup observasi, klasifikasi,
komunikasi, pengukuran, prediksi, menerapkan konsep dan menarik kesimpulan. Untuk keterampilan
proses terintegrasi terdiri dari penyusunan hipotesis dan merencanakan percobaan.
Kegiatan ini bertujuan untuk melakukan pengamatan yang terarah tentang gejala atau fenomena
sehingga mampu membedakan yang sesuai dan yang tidak sesuai dengan pokok permasalahan.
Pengamatan di sini diartikan sebagai penggunaan indera secara optimal dalam rangka memperoleh
informasi yang lengkap atau memadai.
b. Mengklasifikasikan
Data yang dikumpulkan melalui observasi, perhitungan, pengukuran, eksperimen, atau penelitian
sederhana dapat dicatat atau disajikan dalam berbagai bentuk, seperti tabel, grafik, diagram.
d. Meramalkan (memprediksi)
Hasil interpretasi dari suatu pengamatan digunakan untuk meramalkan atau memperkirakan
kejadian yang belum diamati atau kejadian yangakan datang. Ramalan berbeda dari terkaan, ramalan
didasarkan pada hubungan logis dari hasil pengamatan yang telah diketahui sedangkanterkaan
didasarkan pada hasil pengamatan.
e. Membuat hipotesis
Hipotesis adalah suatu perkiraan yang beralasan untuk menerangkan suatu kejadian atau
pengamatan tertentu. Penyusunan hipotesis adalah salah satu kunci pembuka tabir penemuan berbagai
hal baru.
f. Mengendalikan variabel
Variabel adalah faktor yang berpengaruh. Pengendalian variable adalah suatu aktifitas yang
dipandang sulit, namun sebenarnya tidak sesulit yang kita bayangkan. Hal ini tergantung dari bagaimana
gurumenggunakan kesempatan yang tersedia untuk melatih anakmengontrol dan memperlakukan
variabel.
Kegiatan ini bertujuan untuk menyimpulkan hasil dari percobaan yang telah dilakukan
berdasarkan pada pola hubungan antara hasil pengamatan yang satu dengan yang lainnya.
Mengaplikasikan konsep adalah menggunakan konsep yang telah dipelajari dalam situasi baru
atau dalam menyelesaikan suatu masalah, misalnya sesuatu masalah yang dibicarakan dalam mata
pelajaran yang lain.
j. Mengkomunikasikan
Kegiatan ini bertujuan untuk mengkomunikasikan proses dari hasil perolehan kepada berbagai
pihak yang berkepentingan, baik dalam bentuk kata-kata, grafik, bagan maupun tabel secara lisan
maupun tertulis.
Fokus pembelajarannya tidak hanya pada pencapaian tujuan pembelajaran saja, melainkan juga
pada pemberian pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan untuk mencapai tujuan pembelajaran
tersebut. Pengelolaan kelas dalam pembelajaran dengan pendekatan keterampilan proses dilaksanakan
dengan pengaturan kelas, baik secara fisik maupun nonfisik. Pengaturan dilakukan sedemikian rupa agar
siswa mempunyai keleluasaan gerak, merasa aman, bergembira, bersemangat, dan bergairah untuk
belajar. Dengan kondisi yang demikian, materi yang diberikan kepada siswa akan mencapai hasil yang
maksimal.
Daftar pustaka
Moedjiono dan Moh. Dimyati. 1992/ 1993. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: DEPDIKBUD
Sumantri, Mulyani dan Johar Permana.1998/ 1999. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: DEPDIKBUD